"Maafin Bunda, Sayang," ucap Bunda begitu tulus sembari mendekap putranya.
"Gak apa-apa, Bun. Gryffin paham kok, yang penting sekarang semuanya udah jelas, Bulan gak kenapa-kenapa," balasnya.
"Iya Sayang. Bunda cuman takut kamu ngelakuin hal buruk di luar pengetahuan Bunda," tuturnya mengusap lembut punggung Gryffin.
Samar-samar Gryffin mengangguk sembari tersenyum tipis, ia sangat menyayangi Bunda.
Bunda melerai pelukannya. "Manding sekarang makan yuk?"
"Hayuk! Gaskeun!" serunya bersemangat dengan netra berbinar-binar.
"Bangunin Bulbul dulu, Fin. Bunda mau nyiapin makanannya," pinta Bunda.
"Kesian, Bun. Dia tidurnya kaya nyenyak banget, gak tega," adunya.
"Gak apa-apa, bangunin aja. Lagian Bulan 'kan mau minum obat dari tadi juga dia belum makan," balasnya dan dibalas anggukan samar oleh Gryffin.
Setelah itu, Bunda langsung pergi ke dapur sementara Gryffin menuju kamar, di mana Bulan tengah tertidur di sana.
Sesampainya di kamar, Gryffin mendekat ke kasur lalu berucap, "Bulan bangun!"
"Bul, bangun hayuk!" tuturnya lagi karena tidak mendapat jawaban.
Beberapa detik sudah berlalu, tapi Bulan belum membuka matanya meski Gryffin sudah berkali-kali membangunkan gadis itu.
Lantas salah satu tangan Gryffin menepuk pelan pipi gembul milik Bulan.
"Hey bangun hey! Sahur-sahur!" tutur Gryffin sedikit dikeraskan.
"Bulan bangun eh kebo banget," ledeknya dan dibalas mengurangi oleh Bulan.
Sudah ada tanda-tanda terbangun setelah beberapa kali Gryffin mencoba membangunkannya, akhirnya berhasil juga.
"Ada apa Apin?" gumamnya sangat pelan dengan wajah bantal.
Tubuhnya berusaha bangkit untuk duduk, pemuda yang di sampingnya langsung bergerak cepat membantu Bulan, calon suami idaman memang.
"Makan dulu, nanti dilanjut bobonya," jawab Gryffin.
Bulan mengangguk kecil sebagai jawaban.
"Cuci muka dulu, gue tungguin di sini," perintah Gryffin lalu meletakan bokongnya di kasur setelah Bulan mulai beranjak turun dari kasur.
Bunyi gesekan pintu kamar mandi terdengar, Gryffin segera bangkit lalu mengambil handuk kecil.
Langkah kakinya membawa ke arah Bulan yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah yang basah, tersisa beberapa tetesan air di wajahnya.
Kedua insan itu saling berhadapan, kemudian Gryffin mengusap lembut wajah Bulan menggunakan handuk kecil.
Setelah selesai, sejenak keduanya saling bertatapan. Bulan tersenyum tipis sembari mendongak pada pemuda itu.
Salah satu tangan Gryffin mengusap pelan pipi Bulan.
"Ayo makan, biar pipinya nambah gede," ungkapnya.
Bulan mengangguk kecil sembari menyengir lebar.
oOo
Keesokan harinya, Gryffin tidak sekolah baru saja ia mendapat pengumuman di grup sekolah bahwa hari ini libur karena ada pelantikan salah satu organisasi yang di adakan di sekolah.
Ia masih di rumah Bunda karena Bulan belim sepenuhnya sembuh, sedari semalam ia tidur di sofa sementara Bulan tidur di kasur dengan nyenyak.
Sampai saat ini, gadis itu masih tertidur pulas meski cahaya matahari sudah menerobos masuk dari celah-celah jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Semprul & Bulan
Novela JuvenilGadis tanpa identitas ditemukan oleh pemuda tampan di tengah-tengah hutan dengan keadaan menangis. Gryffin terpaksa harus membawa gadis lugu itu pulang bersamanya. "Apin aku boleh ikut?" "Boleh, asal jangan bandel!" __________________________ "Ap...