33. Kepergian

8.8K 610 125
                                    

Kepergian Gryffin ditunda karena Bulan sakit, sepertinya gadis itu tidak ingin pangerannya pergi, jadi pikiran dan hatinya tidak tenang sehingga ia jatuh sakit.

Begitupun dengan Gryffin, tentu saja ia tidak tega meninggalkannya begitu saja. Selama gadis itu demam, Bulan terus saja memanggil Gryffin.

Bulan yang tengah berbaring di kasur sembari memejamkan matanya, ia cukup tenang ketika Gryffin sudah datang lalu mengusap puncak kepalanya.

Perlahan Bulan membuka mata, menampakan netra yang berkaca-kaca. "Jangan pergi," pinta Bulan dengan suara yang lemah.

Kepala Gryffin menggeleng pelan. "Ngga, Gue gak pergi Bul," jawab Gryffin penuh serius.

"Tapi, Apin mau pergi jauh...." ucapny lirih.

"Gue gak pergi, gue cuman lanjutin pendidikan gue. Gue pasti balik lagi," balas Gryffin.

Raut wajah Bulan menjadi sedih. "Berapa lama?" tanya Bulan sangat pelan.

"Gue gak bisa bilang berapa lama, tapi secepat mungkin gue bakalan pulang ke sini lagi," jelas Gryffin berharap Bulan mengerti.

"Gak apa-apa 'kan gue pergi?" tanya Gryffin ragu.

Bulan hanya mengangguk kecil tanpa mengatakan apapun, terlihat dari tatapan gadis itu tidak menginginkan ia pergi. Namun, bagaimana lagi ini sudah menjadi keputusannya sejak lama, lagipula ini juga demi masa depannya.

Tiba-tiba seseorang datang dari balik pintu membawa semangkuk bubur beserta susu dan dilengkapi dengan obat.

Wanita itu tersenyum dari kejauhan, lalu menghampiri kedua insan tersebut.

"Waktunya makan malam," ucap Mama dengan penuh semangat, menanggapi itu bulan hanya tersenyum tipis.

"Makan dulu, ya?" Bulan menggeleng kecil.

"Bulan gak laper, Ma," balasnya lemas.

"Makan dulu terus minum oke? Biar gak pusing lagi ya?" bujuk Mama.

Netranya melirik pada Gryffin. "Ma--u, disuapin sama Apin," pintanya lemah.

Mama langsung melirik pada Gryffin, ia merasa tidak enak kepada pemuda tampan itu karena Bulan lebih manja padanya, dibanding pada Ibunya sendiri.

"Biar Gryffin yang suapin Bulan, Tante," sahut Gryffin segera mengambil alih mangkuk yang berisi bubur.

Setelah mangkuk tersebut berlaih ke Gryffin, Mama berkata, "Maaf ya, Nak Gryffin. Jadi ngerepotin kamu terus."

Dengan tulus Gryffin menggeleng. "Ngga kok, Tan. Sama sekali gak ngerepotin," balasnya.

Gryffin segera membantu Bulan yang tengah berusaha merubah posisinya menjadi setengah duduk, ia senang jika makan disuapi oleh Gryffin.

Setelah beberapa suapan, Bulan mentap Mama dengan tatapan yang sulit diartikan sampai ibu dari dua anak itu dahinya mengerut heran, Gryffin pun menyadari akan hal itu.

"Kenapa Sayang?" tanya Mama penasaran.

"Bulan boleh ikut Apin ngga?" tanyanya sangat pelan hampir tak terdengar.

Mama menatap sekilas pada Gryffin, Mama menggeleng kecil. "Bulan di sini aja ya, sama Mama. Di sana kan Gryffin bakalan kuliah bukan main. Gryffin juga pasti pulang lagi ke sini kalo kuliahnya ya udah selesai, iya kan Nak Gryffin?"

Pemuda tersebut menyahut cepat, "Iya. Kalo udah selesai pasti langsung pulang hari itu juga."

Netra Bulan berkaca-kaca, bibirnya bergetar menahan tangis lalu gadis itu hanya mengangguk lemah.

Tiga Semprul & BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang