Gryffin sangat tergesa-gesa, takut Bulan terbangun dan menangis kembali karena ditinggalkan oleh dirinya. Ia berjalan ke dapur, mengambil dua piring serta mengisinya dengan nasi.
Gryffin segera naik ke kamar Bulan.
Seketika netranya menatap seseorang yang tengah berbaring dengan tenang, di detik yang sama ia menghembuskan napasnya lega.
Langkahnya bergerak pelan menghampiri gadis yang tertidur, ia menyimpan makanan di atas nakas. Usai menyimpan makanan tersebut ia membangunkan Bulan.
"Bulan ...." lirihnya merasa ragu untuk membangunkannya.
Dirasa tidurnya terganggu, Bulan membuka matanya menyesuaikan cahaya semesta. Melihat Bulan yang membuka matanya, Gryffin tersenyum tipis.
"Makan dulu yuk? Gue beliin lo sate," bujuknya berharap Bulan menyetujui.
Bibir pucatnya berusaha membuka suara. "Sate ayam? Sapi? Kambing?" Pertanyaan itu terlontar.
Gryffin terkekeh. "Sate'rasna sareng Abdi," balasnya canda.
(Seterusnya sama gue)~Sunda Lemes
Tentunya Bulan tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Gryffin, dahinya mengerut heran serta seolah meminta jawaban yang sesungguhnya.
"Bercanda, mau sate apa? Semuanya ada, gue beli dua porsi," timpalnya serius.
"Mau sate sapi," pintanya dengan suara pelan.
Gryffin mengangguk paham.
Kemudian ia mengambil sebungkus sate, lalu membukanya serta menyajikan di piring yang tadi ia bawa. Bulan hanya memperhatikan pergerakan Gryffin saat ini, memandang pahatan wajahnya yang tampan.
Sepiring makan malam disodorkan pada Bulan, dengan senang hati Bulan menerimanya dengan binaran mata bahagia. Seketika sudut bibir Gryffin tersenyum tipis.
"Abisin makannya biar cepet gede. Besok kita beli lagi," celetuk Gryffin menyenangkan hati Bulan.
"Beli lagi yang banyak ya!" pekiknya girang.
Gryffin mengangguk tulus. Ia pun beralih mengambil makan malam untuknya, seketika hatinya menghangatkan kala menatap Bulan yang sedang merasa senang.
Beda dengan tadi, rasanya ia benar-benar jatuh ketika melihat Bulan seperti yang tersiksa. Terkadang perlakuan Gryffin tidak memikirkan dampak setelahnya alias gegabah.
Nasi dan sate ia telan hingga beberapa suapan masuk ke dalam mulut kedua insan itu. Tidak lama makanan malam kini nyaris habis tidak tersisa sedikit pun.
Piring kotor ditumpukan di nakas, nanti Gryffin akan mencucinya di bawah. Sekarang ia akan menemani Bulan terlebih dahulu.
"Kenyang?" tany Gryffin pada Bulan.
Bulan mengangguk samar.
Terlihat bumbu sate yang tersisa di sudut bibir Bulan. Pemuda berkaos hitam mengambil tisu yang terletak di atas nakas, lalu ia mendekat pada Bulan.
Jarak benar-benar terkikis, netra mereka saling bertubrukan memancarkan arti dari sebuah perasaan yang mulai tumbuh. Seketika debaran jantung tak seperti biasanya, berdetak lebih cepat.
Usapan lembut dari tisu bergerak begitu cepat, Gryffin memang sengaja mempercepat pergerakannya karena debaran jantungnya tidak baik jika seterusnya begitu.
Bulan tersenyum tipis pada Gryffin membuat pemuda itu ketar-ketir tidak jelas. Rasanya seperti ada perasaan aneh terhadap gadis berparas lugu.
Netranya yang tadi setia menatap Bulan gini ia sengaja mengalihkannya karena dibuat salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Semprul & Bulan
JugendliteraturGadis tanpa identitas ditemukan oleh pemuda tampan di tengah-tengah hutan dengan keadaan menangis. Gryffin terpaksa harus membawa gadis lugu itu pulang bersamanya. "Apin aku boleh ikut?" "Boleh, asal jangan bandel!" __________________________ "Ap...