Sesampainya di kamar Bulan, pintunya masih tertutup rapat. Ia pun membukanya lalu menilik Bulan yang tidak ada di kasur, seperti ia sedang membersihkan tubuhnya terdengar dari gemercik air turun.
"Bul, ini bajunya gue simpen di kasur, ya?!" celetuknya di depan pintu kamar mandi.
"Iya!" balasnya di dalam sana.
Setelah itu, ia berjalan ke belakang rumah tangannya masih menengteng tas kucing. Kali ini ia akan menemui Subroto, kandangnya tepat di belakang rumah.
Suara kucing sudah terdengar jelas menerpa telinga Gryffin kala pintu terbuka. Ia tersenyum tipis pada Subroto, yaitu kucingnya. Dia kucing LAKIK, sekali pun dia tidak pernah bermain dengan kucing tetangga.
Pasalnya Gryffin takut kalo Subroto khilap, bisa-bisa ia besanan ama tetangga. Namun, kali ini ia membawakan calon untuk Subroto, belum sempat ia memberikan nama untuk kucing putih ini.
Setelah beranjak menghampiri Subroto, ia disuguhkan dengan kolam yang terbilang lumayan besar, terlihat baru dibuat.
"Hai Subroto!" sapa Gryffin kala membuka kandang yang terbuat dari besi.
Subroto langsung mengeong saat menyadari majikannya datang. Gryffin mengusap lembut kepala Subroto, lalu ia memberikan makanan kucing serta vitamin dan susu kucing.
Kucing yang berada di tas mengeluarkan suara seolah ia pun ingin makan. Gryffin segera mengeluarkan kucing itu dari tas, kemudian memasukannya ke dalam kandang dan memberikan sarapan seperti Subroto.
Subroto mengeong keras saat ada kucing putih di sampingnya, beruntung kedua hewan tersebut tidak bertengkar. Setelah semua kegiatannya selesai, ia segera beranjak masuk kembali.
"Apin!" Suara itu tidak lagi asing baginya, sepertinya Bulan mencarinya.
Cepat-cepat Gryffin menghampiri Bulan yang masih ada di kamar, karena suara tersebut datang dari Kamar.
"Kenapa?" tanya Gryffin saat menapakan kakinya di depan pintu.
Bulan mendekat dengan luka di jidatnya tidak dibalut apa pun.
"Ininya aku lepas karena susah mau mandinya," Ady Bulan pelan.
"Duduk!" pinta Gryffin meminta duduk di kasur.
Kemudian ia mengambil kotak P3K untuk membalut luka di jidat Bulan yang masih belum kering. Kasa gulung mulai dikeluarkan, serta betadine.
Gadis yang terbalut dress selutut meringis pelan kala betadine mulai menyentuh lukanya, tanpa sepatah kata pun Gryffin segera membalut lukanya dengan telaten.
"Selesai!" ucap Gryffin lalu menutup kembali kotak P3k itu.
Senyum tipis terpancar. "Makasih, Apin!"
Gryffin mengangguk kecil.
"Ayo sarapan dulu!" ajak Gryffin sembari menggapai tangan Bulan.
Langkahnya pun menyamakan dengan Gryffin, mereka menuruni tangga seraya netranya tertuju pada Bunda serta Ayah yang sedang bercanda ria di meja makan, ya begitulah pasangan romantis.
Mereka pun menghampiri meja makan, lantas segera mendaratkan bokongnya di kursi. Bunda menyiapkan roti untuk sarapan bersama. Beberapa roti di letakan di empat piring kemudian disodorkan pada suaminya.
Setelah itu giliran Gryffin dan terakhir Bulan. Bulan menggapai piring tersebut, seraya pupilnya menatap heran pada makanan kali ini.
Ia malah terus memandangi isi piringnya, Tanpa melahap. Tiba-tiba Gryffin menyeletuk bertanya, "Kok gak di makan, Bul?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Semprul & Bulan
Dla nastolatkówGadis tanpa identitas ditemukan oleh pemuda tampan di tengah-tengah hutan dengan keadaan menangis. Gryffin terpaksa harus membawa gadis lugu itu pulang bersamanya. "Apin aku boleh ikut?" "Boleh, asal jangan bandel!" __________________________ "Ap...