Semenjak kejadian tadi pagi, Bulan tidak menyelesaikan sarapannya melainkan ia diam di halaman belakang menunggu bonekanya hingga kering.
Sudah sekitar tiga jam Bulan menunggu, beberapa kali Bunda meminta untuk menunggu di dalam rumah, tapi Bulan tetap menolak dengan alasan, takut bonekanya hilang lagi.
"Kapan bonekanya kering...." gumamnya sembari menatap boneka panda itu.
Gadis itu menyentuh boneka miliknya yang sengaja dijemur di pinggir kolam.
"Kenapa lama banget, aku pengen peluk bonekanya," ujarnya lirih.
Tiba-tiba Bunda datang sembari membawa buku gambar serta satu set pensil warna.
"Sayang, kamu mau gambar sesuatu gak? Biar gak jenuh, Bunda bawain buku gambar nih," seru Bunda sembari menaruhnya di meja halaman belakang.
"Mau!" pekik Bulan sembari menghampiri Bunda.
Senyum manis terbit di wajah Bunda, kemudian ia menyodorkan apa yang tadi ia bawa.
Bulan dengan senang hati mengambil alih barang tersebut kamu duduk di ayunan, ditemani oleh Bunda.
Tangan mungilnya mulai menggorekan pensil ke kertas kosong tanpa noda. Awal mulai ia menggambar kepala, lalu tubuh dengan asal.
Ia menggambar empat manusia dengan berjejeran, di sana ada dua perempuan dan dua laki-laki.
Tiba-tiba Bunda bertanya, "Gambar apa itu?"
Gadis itu langsung menoleh, kemudian menunjuk gambar manusia itu satu-satu. "Ini Bunda, ini Ayah, ini aku dan ini A--pin," jelasnya ragu.
Perlahan tangan Bunda terangkat mengusap puncak kepala Bulan, Bunda seolah paham apa yang dirasakan oleh gadis ini.
"Sayang, Bunda tau kamu masih mikirin yang kemarin 'kan?" celetuk Bunda.
Bulan terdiam sembari keramas kuat pensil di tangannya.
"Jangan dimasukin ke hati, ya?" pinta Bunda.
Setelah itu, Bulan mengeluarkan suara. "Gak apa-apa Bunda. Seharusnya, aku gak ikut A--pin waktu it--"
"Gak gitu, Sayang. Gryffin cuman kesel aja sama kamu," potong Bunda.
Bulan menggeleng kecil, lalu membalas, "Kedatangan aku bikin A--pin gak nyaman, m--ungkin i--tu sebabnya Kakak kurung ak--u lama banget." Satu tetes air mata berhasil turun.
"A--ku gak nyesel ketemu A--pin, Apin baik, d--ia ngajarin banyak hal sama a--ku."
"Ak--u janji ga--k bakal nyus--hin lagi A--pin," ungkapnya tak tertahan diiringi dengan limpahan air mata.
Wanita paruh baya itu ikut berkaca-kaca, meski Bulan sudah hampir seusia putranya, tapi ia seakan melihat dan mendengarkan gadis kecil yang sedang jujur dengan perasaannya.
"Jangan bilang gitu, Sayang. Gryffin gak ngerasa kamu repotin, justru dia pasti seneng karena ada kamu," ucap Bunda sembari menangkup kedua pipi gadis itu.
Wajah Bulan sudah memerah dengan tangisan yang deras, gadis itu menggeleng kecil seakan menolak apa yang dikatakan Bunda.
"Enggak Bunda. A--ku juga janji, secepat mu--ngkin aku pergi dar--i kalian. A--ku bakal cari Kakak walaupun haru--s dikurung lagi," balasnya di sela senggukan.
Segera Bunda mendekap erat gadis itu, air mata Bulan berhasil turun membasahi gambar yang ja buat.
"B--unda mau kan bantu a--ku cari Kakak?"
Bunda terdiam, wanita itu malah semakin mengeratkan pelukannya.
oOo
Gryffin baru saja memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah, seragamnya dikeluarkan dan dua kancing bajunya terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Semprul & Bulan
Novela JuvenilGadis tanpa identitas ditemukan oleh pemuda tampan di tengah-tengah hutan dengan keadaan menangis. Gryffin terpaksa harus membawa gadis lugu itu pulang bersamanya. "Apin aku boleh ikut?" "Boleh, asal jangan bandel!" __________________________ "Ap...