XIV. MY ANSWER bag.1

1.3K 121 20
                                    























Rumah baru, suasana baru, tempat tinggal baru, kota baru, itulah yang dirasakan seorang anak berumur sepuluh tahun bernama Sanha. Sanha yang sekarang sudah memasuki kelas 6 sekolah dasar harus meninggalkan kota tercintanya yang berada di Daegu menuju Seoul.

Seoul adalah ibukota yang sebenarnya tidak ingin Sanha jejaki. Katanya di Seoul itu orang-orang akan sibuk dan Sanha takut tidak punya teman. Tetapi pekerjaan ayahnya mengharuskan Sanha untuk mau tidak mau ikut pindah ke Seoul. Padahal, Daegu itu adalah tempat kelahiran ibunya. Juga, karena Sanha punya tujuan lain untuk setuju ikut dengan Ayahnya pindah. Padahal ayahnya juga tidak memaksa Sanha untuk ikut karena Sanha bisa tinggal dengan Nenek dari ibunya.

Mereka pindah ke sebuah perumahan elit dan super hening, iya, perumahan dengan isinya orang-orang sibuk semua. Tetapi beruntung Sanha masih punya pengasuh yang sudah bekerja dengan mereka sejak Sanha berusia dua tahun. Pengasuhnya ini sangat baik, dia juga menyayangi Sanha seperti orangtua Sanha.

Khusus hari ini Ayah Sanha izin dari pekerjaannya untuk membantu Ibunya, nenek Sanha juga asistennya pindahan. Ayah Sanha juga sebenarnya ingin langsung membawa Sanha berkeliling untuk melihat pemandangan kota Seoul, kota yang pernah ia tempati ketika masih kuliah.

Semuanya mulai sibuk membereskan barang. Ayah Sanha mengecek kamar miliknya yang kini akan ia tempati sendiri. Karena istrinya sudah tidak ada, Ayah Sanha akan menempati kamar ini sebagai duda beranak satu.

Ayah Sanha menempati foto mendiang istrinya di dinding atas kepala tempat tidur. Foto yang diambilnya ketika mereka pergi jalan-jalan di anniversary ke tiga pernikahan mereka. Saat itu istrinya baru mengandung tiga bulan sehingga dia hanya meminta berfoto agar tidak kelelahan. Iya, karena penyakitnya dulu istrinya menjadi lebih sering kelelahan dan lemas. Bahkan jika terlalu cape dia akan sering mimisan.



 Bahkan jika terlalu cape dia akan sering mimisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Ayah Sanha lalu berjalan ke nakas lemarinya. Mengeluarkan beberapa foto yang ia koleksi dalam sebuah album. Album itu terbagi menjadi tiga, dua diantaranya adalah album keluarga dan satu lagi album kenangan. Ia mendesah sedih ketika melihat album kenangan miliknya. Entah apa yang ada dipikiran Ayah Sanha, tetapi raut wajahnya menunjukkan bahwa ia memiliki kenangan sedih saat dulu.

"Yeonjun..."

Seorang wanita tua memanggil Ayah Sanha. Yeonjun, memutuskan lamunannya dan melihat bahwa ibunya sedang menghampirinya.

"Makanlah dulu, sejak pagi kau hanya makan selembar roti." katanya lembut.

Yeonjun tersenyum canggung. "Iya Eomma, nanti aku turun untuk makan." jawab Yeonjun.

Ibu Yeonjun melihat foto menantunya yang tak pernah Yeonjun lepas dari pajangan dinding. "Sudah delapan tahun lebih. Tetapi aku selalu merasa jika dia masih hidup disekitar kita. Terutama di hatimu Yeonjun."

HAREM [Yeonbin Another Love Story]🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang