CHATPER 30

113K 14.5K 4.1K
                                    


Double up nih ^^

Aku tuh enggak akan pelit update kalau kalian gak pelit vote dan komen tau :p

Happy Reading...

7.5K vote dan 4K komen untuk next ke bab 31.

Semangat pren!



            Nadine memberontak tepat ketika Thalita mengungkapkan syarat tidak manusiawi tersebut. Cewek itu berusaha keras agar tangan dan kakinya lepas dari ikatan tanpa peduli bahwa kini hal itu membuat nya terluka. Mulut yang tersumpal, tidak membuat Nadine menyerah, dia berulang kali menggelengkan kepalanya atau kadang mendorong kain sumpal itu menggunakan lidah nya agar mau keluar namun hasilnya sama, sia-sia.

"Taka, lepas mulut dia," ucap Tahlita sebelum gadis itu menatap lagi pada Daniel dan Alex, "Gimana? Kalian pilih, pacar dan adik kalian yang di perkosa atau lo berdua yang merkosa Ibu Nad—"

"Bangsat lo Thalita! Lo gila! Gak punya hati!"

"Yeah, itu adalah gue, the new Thalita. Kejam, gila dan gak punya hati, dan itu semua persis seperti kalian," sahut Thalita santai dengan senyum lebar, "Dan rasanya kurang lengkap kalau gue nggak membuktikan gimana gila nya gue. Jadi, Daniel dan Alex, apa pilihan kalian? Lihat orang yang kalian cintai hancur atau menghancurkan?"

"Ta, jangan gini, ini bukan pilih—"

"AH! KAK ALEX TOLONG BELLA!" Pekikkan itu membuat kalimat Alex tergantung, cowok itu menatap khawatir pada ujung ruangan yang gelap. Tidak terlihat apapun, hanya saja ada bayangan yang sekilas di mana Alex seolah melihat adiknya sedang di cium paksa.

Melihat para penghianat itu hanya diam, Thalita memutar bola mata. "SENTUH MEREKA SAMPAI HANCUR!" teriaknya menggema. Tepat setelah ucapan Thalita rampung,saat itu juga Daniel dan Alex mendengar teriakan takut dan tawa menggelengar dari sudut ruangan. Mereka berdua juga bisa mendengar jelas, bahwa Kania dan Bella sama-sama meminta tolong dengan suara mereka yang nyaris hilang.

"Lepasin adik gue, dan gue bakal lakuin yang lo mau," ucap Alex parau.

"ALEX! BERANI LO NYENTUH IBU GUE! GUE BUNUH LO BERENGSEK!" maki Nadine tak terima.

Thalita terkekeh, "Fine. Lo, gimana, Daniel? Udah punya keputusan?"

"Lepasin Kania, gue bakal hancurin Ibu Nadine seperti yang lo pint—"

"DANIEL! LO NGGAK BISA KAYAK GINI SAMA IBU GUE!" Nadine meraung putus asa, "Ta, jangan gila! Jangan bawa-bawa orang yang nggak bersalah!"

"Nyenyenye gue nggak peduli," ejek Thalita. "Bagas, ayok cepat kasih minum Ibu nya Nadine. Kasian wanita tua itu, pasti haus," titahnya pada Bagas.

"TA! GUE SUMPAHIN LO MENDERITA SEUMUR HIDUP LO KALAU LO BERANI KASIH NYOKAP GUE MINUMAN ITU!" teriak Nadine. Dia jelas tahu air apa yang Thalita maksud. Itu pasti air yang sudah di beri obat perangsang.

"Makasih lho, udah doa'in. Baik banget, sih, bestai." Thalita membalas cuek, dia memberi kode mata agar Bagas segera meminumkan air itu. Bagas lagi-lagi patuh, dia kemudian membuka sumpal di mulut Ibu Nadine.

"Nadine, sayang, kamu di sini?" tanya wanita itu dengan suara bergetar.

"Iya, Bu. Nadine di sini, ibu jangan takut ya," balas Nadine. Namun percuma, Ibu nya tidak bisa mendengar suaranya karena telinga wanita itu masih terpasang earphone, "Bu, maafin Nadine, Bu."

THALITA'S WORLD (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang