[49] 6-Again

578 125 65
                                    

"Paman! Paman! Culik Sinb, dong~"

Seketika kening Eunha mengerut, tatapan mata terkejutnya kini terlihat begitu jelas. Eunha menarik tangan Sinb untuk meminta kepada Sinb agar melihat ke arahnya, tapi Sinb yang kepalang senang pada laki-laki di dekatnya itu mengabaikan Eunha.

"Paman mau menculik Sinb?"

"Ahaha, maaf, maafkan adik saya, ya~" sesal Eunha, ia tersenyum sebisa mungkin sambil sesekali membungkuk.

"Ah, tidak apa-apa, kok. Adikmu menggemaskan."

Sinb melepaskan genggaman tangan itu. "Ayo! Ayo culik Sinb, dong!"

Eunha memegang kepala Sinb dan segera menariknya ke belakang punggung, matanya melotot memberi peringatan, kemudian kembali normal saat berhadapan dengan laki-laki tersebut.

"Sekali lagi saya minta maaf, ya~" sesal Eunha karena perilaku Sinb. "Sinb diam!" Eunha memperingati sambil memegangi tangan Sinb erat.

Sinb menyengir. "Sinb itukan hanya mau merasakan sensasi diculik saja."

"Apa?" Eunha kaget, tapi ia berusaha menahan suara melengkingnya.

Jadi ceritanya hari ini Eunha ada waktu luang untuk pergi jalan-jalan, karena Umji yang malas terkena paparan sinar matahari, hanya Sinb yang bisa ia bawa pergi. Sekarang mereka sedang mengantre di salah satu food truck untuk membeli makanan lezat. Nah, kebetulan di samping mereka ada laki-laki.

"Omong-omong, suaramu seperti tidak asing," ujar si laki-laki ketika semakin lama ia mendengar suara Eunha.

"O-oh?" Eunha kelabakan, ia semakin kuat menggenggam tangan Sinb.

Laki-laki itu memicingkan matanya, berhubung Eunha tak mengenakan riasan sedikit pun, juga masker sebagai penutup sebagian wajahnya, jadi ada kemungkinan tidak ada yang mengenalinya.

"Paman! Paman! Paman!" panggil Sinb sambil mengangkat kedua tangannya. "Ayo dong! Ayo! Ayo culik Sinb!"

Laki-laki itu mengernyit. "Sinb? Namamu Sinb?"

Eunha memejamkan mata, kemudian ia berjongkok dan segera ia menggendong Sinb.

"Beli makanan di tempat yang lain saja, yuk!" ajak Eunha kepada Sinb. "Sekali lagi maaf atas ketidaknyamanannya," sesal Eunha kemudian melenggang pergi.

"Paman! Paman! Paman ayo culik Sinb!" jerit Sinb yang mengundang gelak tawa orang-orang di sekitar  sana.

Eunha berlari untuk menghindari kerumunan, salah memang membawa bocah satu ini keluar. Sinb memang mengenakan masker, tapi ya dia tetap saja kelihatan imutnya. Sebelas duabelas dengan Eunha, sih.

"Aish, kenapa pergi?" tanya Sinb sambil memukul bahu Eunha.

Eunha mengusap keringatnya. "Kita hampir ketahuan, bocah!"

"Ketahuan apanya? Sinb itukan mau diculik oleh paman itu," ocehnya dengan pipi yang menggembung.

"Apa? Kau mau diculik? Yak, kau pikir diculik enak?"

"Tidak," jawabnya santai.

"Nah, itu kau tahu!"

"Tapikan seru, tahu!" kata Sinb sambil tersenyum membayangkan jika nanti ia diculik.

"Arggh! Entah aku yang tidak waras atau dia yang kelebihan obat!" geram Eunha, bisa stres kalau seharian dengan Sinb begini.

"Eonie, kenapa kita pergi? Padahal di sana makanannya lezat!" ucap Sinb menyayangkan.

"Kau yang membuat kita pergi, bocah!"

"Lho? Kenapa aku? Sinb juga berbaik hati minta diculik, Eonie bisa pulang sendiri kalau Sinb diculik, iyakan?"

6 Again || GfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang