Sore itu terasa langit lebih suram dari biasanya. Dengan langkah takut Renjun memasuki ruang radio dimana ia sudah bergabung selama tiga bulan disana. Semua anggota klub sudah berkumpul. Tak banyak yg bicara, itupun sambil berbisik.
Lucas ketua klub, kelas XII mengundurkan diri sebagai ketua klub. Ia ingin fokus pada pembelajaran menjelang ujian akhir.
Anggota lainnya juga mengeluarkan diri dengan alasan sudah menemukan klub lain. Yang tersisa hanya Renjun. Ia tidak tahu harus bergabung dengan klub apa.
Satu persatu, anggota klub keluar ruangan setelah rapat terakhir mereka."Kamu masih disini?" tanya Lucas, saat hanya dirinya dan Renjun yang tersisa.
"Aku tidak tahu masuk klub apa." Ia masih murid baru jadi tak punya kenalan di klub lain. Haechan dan yang lainnya masuk klub basketball sementara ia sama sekali tak mengerti tentang permainan bola itu.
"Kalau bisa dapatin paling tidak lima anggota, mungkin bakalan bisa nyelamatin klub ini." Lucas menambahkan setelah tak ada jawaban dari Renjun.
"Iya, Sunbaenim, mungkin cari klub baru aja," jawabnya tanpa semangat.
Setelah kepergian Lucas, ruangan yang biasanya ramai itu terasa lengang. Hanya dirinya yang tersisa.
"Kau masih disini," suara Mark mengejutkan Renjun. Pintu ruang klub tidak tertutup jadi Mark yang kebetulan lewat melihatnya di sana.
"Sunbae belum pulang?"
"Belum." Mark mengambil tempat di salah satu kursi dan mengamati ruangan. "Udah mau close ya?"
"Mau tidak mau."
"Lo nggarlk mau nyari klub lain?"
Renjun menggeleng.
"Aku terlanjur senang disini." Renjun menatap sendu ruang radio itu.
"Kau bisa membuka rekrutan baru."
"Entahlah Sunbae."
"Kalau butuh bantuan apapun, hubungi gue aja. Oh iya, nggak usah pake sunbae lagi. Pake Kak aja."
"Baik Sunbae."
"Kak," ralat Mark.
"Oh iya, Kak." Renjun masih canggung menggunakan panggilan itu. Kak harusnya untuk yang sudah dekat saja.
"Coba ikut basket aja," ucap Haechan mencoba menghibur Renjun yang terlihat murung.
"Aku nggak bisa main basket, Chan."
"Kan bisa latihan."
"Emang klub basket mau nerima aku?"
"Emm... enggak sih," ucap Haechan nyengir. "Lagian zaman sekarang udah jarang orang dengar radio. Coba bikin klub vlog ala youtube aja sekalian."
Seolah tersambar petir, ide itu terasa sangat menakjubkan. Cepat-cepat Renjun mengabari Mark dan meminta pendapatnya.
Mark tidak secara langsung mengatakan pendapatnya. Ia mencoba mencerna ide itu. Renjun sudah tidak sabaran mendengar pendapatnya.
"It's not bad. Tapi emangnya udah punya calon lima anggota?"
Renjun tidak menyerah. Segera ia membuat brosur penerimaan anggota klub reporternya. Tapi tak ada peminat.
Peminat pertama adalah Haechan yang mungkin mendaftar karena kasihan pada Renjun. Ia juga mengajak Jeno dan Jaemin. Tapi Jeno menolak.
Satu-satunya peminat klub itu yang bukan karena rasa kasihan pada Renjun adalah siswi cantik bernama Park Min Young, sahabat Han Sohee.
Tinggal satu lagi posisi yg belum diisi. Editor. Padahal posisi editor sangat dibutuhkan.
"Butuh berapa orang lagi?" tanya Mark saat Renjun sendiri di ruang klub.
Haechan dan Jaemin berlatih basket di lapangan, sedangkan Minyoung berlatih cheers.
"Satu lagi Kak, editornya." Renjun sudah sangat putus asa. Ia tidak mengenal siapa yang memiliki bakat mengedit. Kepalanya terasa akan pecah.
"Gue bisa," kata Mark menyarankan dirinya.
Renjun menatap Mark tak percaya.
"Kalau diterima sih."
"Pasti Kak, pasti diterima." Renjun girang mendengar Mark ikut klub nya. Ia sudah mendapatkan lima anggota klub dan secara resmi menyelamatkan klub itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
What It Cost For a Love || Renjun Harem || NCT
FanfictionTentang kisah ribet Renjun dan para cogan Jeno X Renjun Jaemin X Renjun Mark X Renjun Haechan X Renjun Daily update!!