chapter 16 - bestfriend

2.7K 241 3
                                    

Flashback satu setengah tahun yang lalu.

"Gue rasa, gue suka Hyekyo," aku Jeno pada kedua sahabatnya. Haechan berhenti mengunyah cemilannya dan melotot pada Jeno.

"Lo suka sama mak lampir itu?" Hyekyo dikenal sebagai primadona sekolah. Ia cantik dan pintar namun disisi sempurnanya itu ia gadis yang galak, terutama pada Haechan.

"Serius lo suka sama Hye?" tanya Jaemin sama kagetnya. Jeno dan Hyekyo akan menjadi pasangan yang ideal. Tapi tetap saja itu membuat kaget dua sahabatnya itu.

Jeno mengangguk mantap. Hyekyo gadis yang cantik, dan walaupun mirip mak lampir seperti kata Haechan, ia gadis yang sopan dan baik. Tidak ada alasan bagi Jeno untuk tidak jatuh hati pada sahabatnya itu.

"Woy kalian ngomong apa sampe Haechan bengong gitu?" Tanya Jihyun yang menghampiri mereka bersamaan dengan sahabat karibnya, Hyekyo. Jihyun dan Hyekyo memang dikenal sebagai duo maut. Keduanya sama-sama cantik dan berprestasi.

"Nggak apa-apa." jawab Jeno cepat sebelum ada yang salah bicara.

"Apaan?" tanya Hyekyo karena Haechan memandangnya tak berkedip. Di sisi lain Jeno merasa gelisah pabila Haechan malah mengatakan hal yang tidak seharusnya.

"Lo cantik Hye."

Plak. Kepala Haechan di pukul dengan buku tebal yang dibawa Hyekyo.

"Eh mak lampir kok malah mukul gue. Kan gue memuji kecantikan lo."

"Apapun yang lo lakuin itu nyebelin tahu gak." kata Hyekyo yang membuat yang lain tertawa. Wajah Haechan memerah karena malu.

"Lo kalo pacaran sama Hye bakalan di pukul tiap hari Jen." kata Haechan penuh iba. Ia dan Jeno sedang menelusuri koridor sekolah yang sudah sepi lantaran para siswa-siswi sudah pulang sejak satu jam yang lalu.

"Yang dipukul itu cuman lo Chan. Gue sama Jaemin gak pernah tuh."

"Dasar Hye pilih kasih," gerutu Haechan. Jeno hanya tertawa.

Tempat yang mereka datangi adalah markas mereka. Itu bukan markas rahasia atau apa, hanya sebuah taman kecil di belakang sekolah. Mereka menjadikan tempat itu sebagai tempat tongkrongan. Tak ada yang berani duduk disana.

Langkah keduanya terhenti saat dari kejauhan itu mereka melihat Jaemin dan Hyekyo sedang bersama. Mereka tidak tampak seperti dua orang sahabat disana.

"Jen, kita pulang aja ya." Haechan mencoba menarik tangan Jeno. Ia tidak tahu apa hubungan Jaemin dan Hyekyo sebenarnya, tapi melihat mereka berpelukan hanya ada satu kemungkinan.

Jeno menangkis tangan Haechan.

Hyekyo yang melihat kedatangan Jeno melepaskan pelukannya. Ia segera memalingkan wajahnya tapi Jeno dan Haechan sudah melihat mata Hyekyo yang sembab.

Jaemin menoleh ke belakang dan ia terkejut melihat kedatangan Jeno. "Kalian belum pulang?" suaranya agak gemetar.

Jeno tak mengatakan apapun. Jantungnya berpacu keras. Jika bukan sahabatnya, tinju Jeno mungkin akan sudah mendarat di pipi Jaemin. "Jelasin."

Haechan menegang. Ini terlalu rumit.

Jaemin menghela napas. Ia menunduk terlalu takut menatap Jeno. "Aku dan Hyekyo gak ada apa-apa kok."

"Hey, Na Jaemin, apa maksudmu? Aku udah bilang aku gak mau putus kan."

"Hyekyo, masih ada pria di luaran sana yg lebih baik dari pada aku."

"Tapi aku cuma mau kamu Jaem." Hyekyo memegang Jaemin dengan erat. Jaemin melepaskan genggamannya.

"Maaf Hye, aku ga bisa."

Jaemin bangkit dan meninggalkan mereka. Setelah cukup jauh ia berbalik sekilas ke belakang. Ia melihat Jeno yang memeluk Hyekyo. Perasaannya bercampur aduk.

Jeno adalah sahabatnya, dan Hyekyo adalah Cinta pertamanya. Ia harus merelakan keduanya.

~~~

Persiapan untuk berangkat ke Amerika sudah lengkap. Koper-koper sudah terisi. Minggu depan ia akan berangkat.

Rasanya sungguh berat untuk meninggalkan semuanya. Kota yang ia cintai, sekolah, sahabat-sahabatnya. Semuanya terasa berat.

Jaemin memandangi koper-koper itu. Pertahanan matanya gagal. Ia segera menyekanya air matanya.

"ya," sahut Jaemin saat mendengar ketukan pelan di pintunya.

"Den Jaemin, ada teman tuan." kata Bu Salma, helper di rumah itu yang sudah berusia empat puluhan tahun.

Jantungnya seolah berhenti berdetak. Apalagi di depan pintunya, ada Jeno dan Haechan. Suaranya tersendat tak mampu untuk mengatakan kata sapaan.

"eh bocah Amerika, sombong amat lu ga balas chat gua." Haechan masuk kamar tanpa peduli apapun. Jaemin sungguh merindukan kehadiran mereka. Jeno pun ikut masuk ke dalam kamar. Duduk di kursi belajar Jaemin.

Suasana terasa sangat canggung. Haechan yang berusaha keras untuk memperbaiki hubungan mereka menarik Jeno dan mendudukinya di atas kasur di samping Jaemin. Membuat mereka berdua duduk bersebelahan.

"kalian ga boleh keluar kamar sampai masalah kalian beres." ucap Haechan sambil keluar kamar. Ia menutup pintu kamar dan suasana semakin canggung.

"jen," Jaemin memulai percakapan setelah beberapa menit hening. "Maafin aku ya."

Jeno tersenyum. "Cemen. Masa gara-gara itu lo mau pindah ke Amerika."

"ya gimana, aku benar-benar minta maaf Jen."

"hye udah cerita kalo kalian dekat bahkan sebelum aku bilang perasaanku. Aku yang harusnya minta maaf. Gara-gara aku kalian putus."

"Aku harusnya jujur lebih awal tentang hubungan kami. Semuanya salahku."

Jeno menepuk pundak Jaemin. "Eh bocil Amerika," ia meniru Haechan. "Karena kita sama-sama salah, wajarnya kita saling minta maaf."

"iya, iya." rasa hatinya terasa lebih plong.

"Tapi ada satu hal yang gue ga akan pernah maafin lo." ucap Jeno. Jaemin menatap sahabatnya itu. "Kalo lo pindah ke Amerika, gue bakalan benci lo pake banget."

Jaemin tertunduk. Tidak mungkin ia akan kembali ke sekolah itu saat masih ada Hyekyo dan Jeno. Tapi ia sungguh ingin mempertahankan pertemanannya dengan Jeno dan Haechan. Lagipula ia tak pernah ingin pergi.

Beberapa bulan kemudian, Jaemin masih berada di sekolah itu, tak pergi kemanapun. Hubungannya dengan Jenk pun membaik. Ia masih canggung dengan Hyekyo tapi keduanya sudah berjanji untuk menjadi teman lagi.

Dan bonusnya, Jeno dan Hyekyo berpacaran. Mereka menjadi pasangan paling ideal di sekolah. Jaemin memacari kakak kelas dan semuanya benar-benar membaik.

Namun, semua dari mereka tak bisa membohongi perasaan masing-masing. Jaemin dan Hyekyo masih menyimpan perasaan satu sama lain. Jeno berusaha menutup mata akan hal itu. Selama Hyekyo belajar untuk membuka hati untuk dirinya. Itu lebih dari cukup.

What It Cost For a Love || Renjun Harem || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang