Chapter 18 - first step

1.8K 220 7
                                    

"Kamu kenapa?" Tanya Haechan pada Renjun yang masih bengong. Mereka saat ini sedang berada di depan rumah megah Jaemin.
Bertiga.
Dengan Jeno.

Itu akan sangat masuk akal jika hanya ia dan Haechan yang datang. Tapi lihatlah Jeno, ia bahkan tidak terlihat marah ataupun sedih.

"Masuk den," ucap seorang ahjumma berusia kisaran 40 tahunan membukakan pintu.

"Makasih Bi," balas Jeno menyusul Haechan yang masuk ke dalam rumah. Haechan yang melihat Renjun masih berdiri bingung berbalik lalu menarik tangannya.

Renjun bukan hanya terkesiap dengan sikap santai Jeno, tapi juga dengan kemewahan rumah Jaemin. Ia sudah mendengar bahkan melihat rumah Jaemin lewat foto, namun melihatnya secara langsung sangatlah berbeda. Ini adalah kali pertama Renjun ke rumah Jaemin.

Rumah ini bahkan sepuluh kali rumah Jeno dengan ART yang entah berjumlah berapa.

"Dasar curang!" Seru Haechan saat membuka pintu kamar Jaemin. Jaemin sedang duduk di kasur sambil menonton televisi.

"Gue curang apaan?"

"Luka kecil gini langsung nggak masuk sekolah."

"Kapan lagi coba gue bolos sekolah," ujar Jaemin terkekeh. "Masuk Ren."

Renjun menurut. Kamar itu bernuansa abu-abu gelap. Sangat cocok dengan Jaemin yang suka mengenakan pakaian serba hitam. Lihat saja, ia mengenakan baju hitamnya.

"Baju gue ada ketinggalan disini kan?" Kata Jeno lalu melangkah ke lemari pakaian Jaemin. Setelah mengubrak abrik lemari Jaemin, ia mengenakan bajunya yang ketinggalan di rumah Jaemin. Haechan pun melakukan hal yang sama.

"Haechan, carikan baju ganti buat Renjun."

"Okay." Haechan menarik baju paling atas dan melemparnya pada Renjun.

Haechan dan Jeno berganti baju di kamar itu sementara Renjun dan Jaemin hanya memperhatikan mereka ganti baju.

"Kamu nggak ganti baju? Sini aku bantuin," ucap Haechan ramah.

Renjun menangkis tangan Haechan. "Bisa sendiri."

Hari sudah sangat gelap dan ketiganya tak nampak akan segera mengakhiri acara main bareng game itu. Mereka keasyikan sampai-sampai melupakan Renjun yang hanya bisa menonton dari atas kasur.

Renjun bosan bukan kepalang. Ia tak bisa main game seperti mereka, jika ia ikut maka ia hanya akan menjadi beban. Meskipun mereka mengatakan pada Renjun mereka tidak akan marah meskipun kalah.

Bosannnnn! Ga bisa main game jadi cuman bisa ngeliatin. Tulis Renjun pada bagian caption Story WA nya dengan foto ketiganya yang sedang asyik bermain game.

Tak berselang lama, wajah Renjun sumringah. Bagaimana tidak, Mark membalas story wa nya.

' Kalian dimana?'

'tempat Jaemin kak.'

'ayo jalan, daripada bosan'

Dug!
Renjun mengedipkan matanya tak percaya. Apakah Mark tidak tahu bahwa selama ini Renjun berusaha menghindar untuk berduaan dengan Mark. Teringat saat di kota tempat kompetisi basket kemaren, Renjun terus salah tingkah karena berduaan dengan Mark. Mark mungkin tidak tahu bagaimana Renjun merasa tubuhnya hampir saja membeku karena ia menghabiskan waktu dengan Mark malam itu.

Renjun menyukai Mark.
Terlalu frontal tapi itu kenyataannya. Renjun berulang kali meyakinkan dirinya bahwa itu hanya perasaan sekilas, tapi lihatlah ia sudah merasakan seolah kupu-kupu beterbangan di perutnya hanya karena pesan teks itu.

'Aku otw ke situ'

"What?!" Renjun tak sadar bahwa ia terlalu keras mengucapkan kalimatnya. Semua mata berpaling kearahnya.

"Kenapa?" Tanya Haechan.

"Enggak kenapa-kenapa." Renjun menggeleng.

Aduh bagaimana ini?

Alasan apa yang akan Renjun buat untuk menolak ajakan Mark. Bukannya tidak mau, tapi Renjun merasa sangat malu bila sedang bersama Mark.

Ia sudah merencanakan alasan tepat untuk menolak, namun pesan teks itu membuatnya menyerah.

"Aku di depan,"

Renjun dengan perasaan berkecamuk melangkahkan kakinya ke luar kamar. "Guys, aku duluan ya, ada urusan."

"Mau diantar gak?" Tanya Haechan menawarkan diri.

"Enggak usah. Kalian main aja."

Renjun menutup pintu dan bergegas keluar rumah tanpa menyadari ketiga pria di dalam kamar menatap kepergiannya.

"Hai, Kak," sapa Renjun. Mark menyetir mobil hitam milik ayahnya.

"Ayo masuk."

Renjun masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi depan di samping Mark. "Aku kira Kak Hendery ikut," ucap Renjun basa basi sambil mengatur napasnya yang berderu tak karuan.

"Dia ada urusan," kata Mark dan membawa mobilnya melaju ke jalanan. "Maaf ya ganggu kamu, aku enggak ada teman ke mall."

Mereka berdua ke pusat perbelanjaan besar di kota. Mark mencari beberapa baju dan bahkan meminta Renjun untuk memilih baju yang cocok dengannya.

Selesai berbelanja, Mark membawa Renjun ke kafe. Ia mentraktir Renjun kopi dan cake.

"Oh iya, video kompetisi kemaren udah jadi, kamu cek lagi aja." Mark menyerahkan sebuah flashdisk putih pada Renjun.

"Baik kak, nanti aku cek lagi," jawab Renjun meskipun ia sendiri jarang mengecek video editan Mark. Ia lebih percaya Mark daripada dirinya sendiri. "By the way, kak, aku berniat buka rekrutan baru lagi."

"Oh ya? Kenapa?"

"Ya kurasa, klub ini harus ada penerusnya di tahun depan. Aku juga udah engga mau mengurus klub ini, mau memfokuskan diri untuk ujian."

"Aku paham." Mark manggut-manggut. "Nanti aku bantu kamu."

"Makasih kak."

Renjun mengecek handphonenya saat benda berlayar sentuh itu berdering.
"Halo?"

"Dimana?" Suara Jeno terdengar dari ujung telepon.

"Lagi diluar."

"Cepetan pulang."

Belum sempat Renjun menolak, panggilan itu terputus.

"Kenapa?" Tanya Mark yang sedari tadi memperhatikan.

"Jeno nyuruh pulang Kak." Renjun bersiap-siap. Dalam hati Renjun kesal dengan Jeno. Ia merusak 'date' nya dengan Mark, meskipun itu hanya jalan-jalan biasa tapi bagi Renjun itu sudah lebih dari cukup.

"Ya udah, aku anterin," ajak Mark membereskan barang-barangnya.

Di perjalanan pulang mereka tak banyak bicara, hanya lantunan musik di radio yang menemani mereka.

"Hati-hati, ya, Kak," ucap Renjun sambil menutup pintu mobil setelah berpamitan dengan Mark. Ia melangkah masuk ke dalam gerbang rumah Jeno. Ia juga sempat melambaikan tangannya pada Mark.

Mark dari dalam mobil terus  memperhatikan Renjun sampai ia lenyap dari pandangan. "Sleep tight, ya," ucap Mark lirih kemudian melanjutkan perjalanannya.

~~~

What It Cost For a Love || Renjun Harem || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang