Renjun memeriksa hasil tesnya saat jam istirahat, sengaja tak keluar ruangan agar menghindari banyak orang. Haechan saat ini sedang berlatih band, kalau tidak mana mungkin ia meninggalkannya seperti ini.
"Renjun, bisa bantu aku sebentar nggak?" Tanya Jihyun.
"Boleh. Bantu apa Ji?"
"Ikut aku bentar."
Tanpa rasa curiga sedikit pun Renjun mengekori Jihyun. "Kita kemana?"
Renjun menyipitkan matanya saat wanita di depannya memimpin ke arah belakang sekolah, tepatnya ke bagian ruangan yang beralih fungsi sebagai gudang.
"Masuk!" Perintah Jihyun dengan nada tegas.
Saat pintu terbuka, Jihyun mendorongnya sampai jatuh terjerembab di lantai. Lututnya terasa perih.
"Ji apa..." Matanya menangkap tiga sosok lainnya yang sudah menunggu di ruangan itu. "Apa yang kalian mau?"
Jihyun masuk dan mengunci pintu, membuatnya terpenjara di ruangan kecil dan pengap itu.
"Lo seriusan laki gue sama modelan kek gini?" Sohee melipat tangan sambil menatap jijik pada Renjun. Di sana juga ada Minyoung yang berdiri takut.
"Mau bukti sebanyak apa lo? Dia ini nggak cuman ngedeketin Jaemin doang, tapi semua cowok. Gatel tuh a**l!"
Kalimat terakhir Jihyun menusuk jantungnya. Ia tak seburuk yang mereka pikirkan.
"Terus, ini kita harus ngapain?"
"Lah lu biasanya gimana ngancam orang yang ngedeketin pacar lo?" Jihyun berkata kesal Sohee malah banyak tanya.
"Hmmm...." Sohee mendekat membuat Renjun reflek mengesot ke belakang. "Biasanya sih buka bagian bajunya, tapi jal*ng ini ya mana punya susu. Masa iya buka celananya? Ogah!"
"Kalian jangan macam-macam!" Bentak Renjun. Ia bukannya tak bisa melawan, hanya tak ingin. Seperti pecundang rasanya jika melawan perempuan.
Plak!
Kepala Renjun ditampol. "Lo berani bentak gue?!"
Jihyun kesal karena Sohee tak kunjung merundung Renjun yang jelas-jelas terbukti sama pacarnya, eks maksudnya.
Sohee dengan kasar menjambak rambut Renjun yang langsung ditangkis Renjun. Sohee kembali menjambak rambut Renjun lebih keras sampai kepalanya ikut miring.
"Lo nyari mati ya?! Asal lo tahu, ini tuh cuma peringatan. Kalau Lo masih ngedeketin Jaemin, ah enggak, semuanya deh. Kalau lo ngedeketin cowok-cowok, siapa pun itu, aib lo bakal gue sebar biar satu sekolah tahu kalo lo tuh nggak lebih dari pela*ur! Paham?!"
Renjun menatap nyalak pada Sohee, tak gentar dengan ancamannya. Dadanya nenggebu-gebu menahan marah.
Keempat orang itu langsung pergi setelah memberi ancaman untuknya. Bel sekolah terdengar namun Renjun tak beranjak dari tempatnya. Untuk saat ini ia tak ingin bertemu siapa pun.
***
Di dalam kelas, Haechan sibuk mencari Renjun. Tas dan handphonenya masih ada di atas meja. Sampai jam pelajaran selesai ia tak kunjung datang.
Ia menghubungi Jaemin dan Jeno yang seharian ini malah belum bertemu Renjun. Ketiganya langsung mencari Renjun.
"Ada yang ngeliat Renjun nggak?" Tanya Haechan pada salah satu teman kelasnya yang nongkrong di belakang sekolah.
"Nggak bro. Dia kemana?" Malah nanya.
"Mmm... Renjun itu yang badannya paling pendek diantara kalian itu ya?" Seorang adik kelas yang nongkrong di sana bertanya.
"Iya. Ada lihat?" Jaemin harap-harap cemas.
"Tadi gua ada ngeliat, kalau bukan salah orang ya, dia ke gudang sana bareng Jihyun." Ia menunjuk arah lainnya.
"Makasih." Ketiganya pergi setengah berlari.
Ruangan gudang itu tak nampak seperti ada orang. Semua ruangan telah mereka buka dan hasilnya nihil.
"Renjun!" Seru Jeno saat Renjun keluar dari ruangan paling ujung. Ia berlari dan langsung memeluk Renjun. Secemas itulah dirinya.
Jaemin dan Haechan mematung dengan adegan itu.
"Lo dari mana aja sih? Kami khawatir loh." Jeno melepas pelukannya.
Belum sempat ia memberi jawaban, Haechan sudah menyambarnya. "Kamu nggak apa-apa kan?" Haechan memutar badannya untuk memeriksa keadaannya.
"Aku nggak apa-apa."
"Tadi lo sama Ji ngapain aja?" selidik Jaemin.
"Oh, tadi Ji minta bantuan sedikit."
"Dia udah balik kok lo masih disini?" Giliran Haechan bertanya.
"Karena aku lagi malas ketemu kalian? Puas?!"
"Ih kok gitu sih." Haechan mencubit pipinya gemas.
Keempat mereka berakhir dengan membolos kelas terakhir sambil berbincang di ruangan itu. Renjun memilih untuk memendam saja semuanya dan mulai memikirkan caranya menjauh.
Sejak saat itu, Renjun meminta ketiganya untuk menghindarinya selama di sekolah. Alasannya karena ada orang-orang yang curiga dengan kedekatan mereka.
Renjun lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan. Ia melarang dengan tegas ketiganya untuk menemuinya.
Haechan awalnya menolak, tapi setelah di beri pengertian ia akhirnya mau-mau saja. Apalagi sepulang sekolah, mereka terus bertemu di rumah Jeno.
Suatu ketika, Renjun terpaksa mengiyakan ajakan kencan tengah malam Jaemin. Meski capek, ia menuruti keinginan Jaemin yang hampir sebulan ini ia hindari.
Mereka pergi ke taman pinggir sungai Han dan duduk di dalam mobil, menikmati camilan dan tontonan.
"Ngantuk ya?" Jaemin mengelus lembut surai Renjun yang dari tadi terlihat menguap.
Renjun mengangguk pelan.
"Ya udah, ayo kita balik." Jaemin mengecup pelipisnya.
"Oke, aku buang sampah dulu." Renjun meraup plastik kosong bekas cemilan mereka dan keluar drai mobil. Bak sampah agak jauh dari mobil mereka.
"Bwee!" Jaemin tadi diam-diam mengikutinya.
"Aaaa...!!! Jaemin!" Renjun memukul dada Jaemin yang sekeras batu. "Ngagetin!"
Yang dipukul dadanya hanya tertawa setelah berhasil membuat Renjun terkejut. Ia menarik Renjun ke pelukannya sebagai permintaan maaf. "Maaf ya bebeb aku."
Tiba-tiba Renjun mendorong badan Jaemin dengan kuat. Jaemin mengikuti arah pandangan Renjun, dimana gadis yang pernah bersamanya itu mematung melihat adegan itu.
"Renjun balik mobil bentar ya."
Tak pikir dua kali, Renjun langsung menurut. Ia tak berani menatap Sohee yang entah sejak kapan ada di dekat mereka.
"Ja... Jadi kalian beneran..." Sohee tak melanjutkan ucapannya.
"Ya, gue sama Renjun pacaran. Dan gue cinta sama dia." Jaemin berkata tanpa memedulikan Sohee yang berurai air mata.
"Nggak! Nggak mungkin!" Sohee menggeleng kepalanya kuat, tak terima.
"Gue kasih peringatan ama lo! Jangan pernah deketin atau ngenyakitin Renjun gue. Kalo lo berani, gue nggak akan segan-segan balas perlakuan lo. Paham?!"
Jaemin sudah tahu cara mengendalikan Sohee. Caranya cukup berhasil karena Sohee tak pernah berani mengganggu Hyekyo dulu.
Jaemin menghempas tangan Sohee yang mencoba menahannya. Ia kembali ke mobil. Sohee hanya bisa menatap kepergian mereka dengan perasaan benci.
"Jaem, lo salah kalo ngira gue dulu takut. Nggak. Gue nggak pernah takut. Gue cuman tahu Hyekyo nggak bakalan ganggu lo lagi karena Jeno." Sohee menyeringai lebar.
"Cinta? Hahahaha... Gue makin pengen ngehancurin hidupnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
What It Cost For a Love || Renjun Harem || NCT
Fiksi PenggemarTentang kisah ribet Renjun dan para cogan Jeno X Renjun Jaemin X Renjun Mark X Renjun Haechan X Renjun Daily update!!