chapter 22 - confession

1.7K 231 13
                                    

Renjun mengoles lip tint berwarna pink coral yang jarang ia pakai untuk menutupi bibir pucatnya. Ia sudah lumayan pulih dari demamnya meskipun masih lemas.

Sudah dua hari ia tak masuk sekolah, begitupun Jaemin dan Jeno. Haechan membolos di pertengahan jam sekolah dan ikut berada di rumah Jeno.

Mereka beralasan bahwa mereka mengurus Renjun yang sakit padahal kenyataannya mereka hanya bermain game di kamar Renjun.

"Ayo sarapan," ajak Renjun yang sudah selesai memasak sarapan untuk ia dan Jeno.

Jeno yang baru turun dari lantai atas mengikuti Renjun ke dapur. "Itu apaan?" Ia menunjuk kresek hitam di samping tas Renjun.

"Baju Jaemin yang kupakai kemaren." Baju yang Renjun maksud adalah baju yang ia pinjam saat berada di rumah Jaemin beberapa waktu yang lalu. Ia bermaksud mengembalikannya hari ini setelah lama berada di rumahnya.

"Jaemin mana mau pakai baju bekas orang," ucap Jeno sambil menyeruput teh hangat buatan Renjun.

"Seriusan?"

Jeno mengangguk.

Renjun dan Jeno berangkat ke sekolah dengan jemputan Jaemin. Jaemin beberapa kali memastikan bahwa suhu tubuh Renjun itu masih normal.

"Lo beneran udah sembuh?" Yang pertama Haechan lakukan saat ia sampai di ruang kelas adalah mengecek keadaan Renjun.

"Udah, Chan," ucap Renjun menangkis tangan Haechan dari keningnya.

"Lo masih kelihatan pucat."

Renjun yang mendengar bahwa ia masih terlihat pucat kemudian mengoles kembali liptint pink coralnya.

"Warnanya cantik," ucap Haechan mengamati Renjun.

Renjun melirik Haechan. "Orangnya?"

"Sangat cantik."

Renjun memutar matanya mendengar rayuan Haechan. Telinganya sudah sangat kebal dengan rayuan maut Haechan meski kadang ia baper juga.

"Oh iya," Renjun mengganti topik pembicaraan, "Jaemin nggak mau pakai baju yang pernah di pakai orang ya?"

"Hedeh, anak itu bahkan enggak mau pakai baju yang kena keringat orang lain meskipun itu masih baru dan belum pernah dipakai," tutur Haechan.

~~~

"Makasih Minyoung," ucap Renjun saat Minyoung masuk ke dalam ruang klub. Renjun meminta Minyoung menyebarkan pamflet perekrutan anggota baru ke siswa kelas sebelas sementara Renjun, Haechan serta Jaemin membagikannya pada siswa kelas sepuluh.

"Sama-sama. Yang lain pada kemana?" Minyoung mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruang klub dan tak mendapati anggota klub lain.

"Jaemin sama Haechan latihan basket."

"Ohh..."

Renjun memperhatikan Minyoung yang tampak murung. Tak biasanya gadis itu hanya diam.

"Ada apa?"
Renjun takut bahwa putusnya hubungan Sohee dan Jaemin menjadi alasan Minyoung murung seperti ini. Ia masih berprasangka bahwa Minyoung adalah mata-mata Sohee.

"Gue boleh curhat, gak?"

"Boleh."

Minyoung terdiam untuk waktu yang lama. Renjun menunggu dengan sabar. Ini adalah pertama kalinya ia dan Minyoung berbicara tentang sesuatu di luar kegiatan klub.

"Tipe-nya Haechan itu gimana, ya?"

"Memangnya kenapa?" Tanya Renjun curiga.

"Enggak, pengen tau aja." Wajah Min-young bersemu merah.

What It Cost For a Love || Renjun Harem || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang