Chapter 12

2.6K 327 3
                                    

Seminggu lagi kompetisi basket itu akan dilaksanakan. Jaemin Dan Haechan sampai tidak punya waktu untuk ikut mengurus klub radio karena mereka latihan setiap hari. Jeno sering pulang malam Dan Renjun terlalu malas untuk hanya duduk diam sendirian di rumah.

Jihyun masih setia mengurus klub basket itu di bantu pengurus OSIS lainnya, termasuk Hendery. Renjun Yang tidak bisa membantu apapun memilih duduk menyendiri di kursi penonton. Mengamati para pemain dari kejauhan.

"Ga turun ke bawah?"

Renjun menoleh dan mendapati Mark datang lalu duduk di sebelahnya.

"Aku gak dilarang duduk disini kan?" Tanya Mark karena Renjun hanya diam menatapnya.

"Ya gak lah Kak." jawab Renjun tersenyum.

Perasaan Renjun menjadi tak karuan karena ada Mark di sampingnya. Ia memusatkan perhatiannya pada permainan agar tak menjadi salah tingkah.

"Nih," kata Mark menyodorkan sebotol minuman dingin rasa stroberi.

Renjun menerimanya, mengucapkan terima kasih lalu menonton kembali pertandingan.

"Kakak gak ikut main?"

"Enggaklah. Udah cukup pemain."

"Tapi kalo misalnya kakak sama Jeno satu tim, pasti 100% menang deh."

Bukan karena apa, Mark adalah mantan pemain basket andalan, sama halnya dengan Jeno. Jihyun meminta Mark setidaknya ikut pertandingan minggu depan tapi dengan tegas ditolak.

Mark tak menjawab dan hanya meneguk minuman rasa kopi miliknya.

Perselisihan antara Jeno Dan Mark masih belum reda. Haechan dan Jihyun sudah sering berusaha memperbaiki hubungan keduanya, tetap tak berhasil.

Sebenarnya mereka berdua memang tak pernah akrab. Mark dengan sifat easy-going dan kedisiplinan tingginya berbanding terbalik dengan Jeno yang hampir tak pernah bicara dengan orang lain dan sangat keras kepala serta amburadul. Tapi semenjak kejadian itu, mereka menjadi saling benci satu sama lain.

Renjun mengerti perasaan Jihyun dan Haechan. Itu sulit jika kau berteman dengan keduanya, kau tidak akan bisa memihak Salah satunya.

Jihyun yang melihat mereka, ikut naik ke atas kursi penonton lalu duduk di sebelah Renjun membuat Renjun berada di tengah keduanya. Terasa sangat canggung. Renjun memutar otak untuk dapat keluar dari zona tidak nyaman itu.

"Lo seriusan nih tetap gak mau ikut?" Tanya Jihyun dengan tatapan fokus pada permainan.

"No means no," jawab Mark santai.

"Kalo sampai tim kalah, gue salahin Lo ya."

"Lo ngeremehin Jeno? Jaemin sama Haechan pun pemain yang handal."

Hening.

"Aku ke toilet sebentar ya," ucap Renjun sambil bangkit berdiri. Mana mau ia berada di tengah perdebatan mereka.

"Gue juga," ucap Mark bangkit berdiri.

"Eh?"

Padahal niat Renjun agar mereka bisa berduaan. Mark malah jalan duluan. Renjun menoleh ke arah Jihyun yang sedang menatap punggung Mark dari belakang.

"Toilet bentar," kata Renjun dengan suara super kecil yang mungkin tak terdengar Jihyun.

Tak ada orang selain mereka berdua di dalam toilet. Semua siswa di sekolah sudah pulang. Renjun masuk salah satu bilik toilet agar tak nampak bahwa ia tadi berbohong.

Ia keluar dari bilik toilet dan Mark sedang mencuci tangan di wastafel. Buru-buru Renjun juga mencuci tangannya.

"Udah?"

Renjun mengangguk.

"Kak."

"Ya?"

"Apa Kak Mark nggak suka Jihyun?"

Mark menatap Renjun.

"Maksudku, satu sekolah nganggap kak Mark sama Jihyun pasangan ideal kaya Jeno sama Hyekyo, Jaemin sama Sohee."

Banyak yang menyayangkan hubungan Jihyun dan Mark hanya sekedar pertemanan. Renjun sering sekali di tanya oleh siswi-siswi kepo yang mencurigai bahwa keduanya menjalin hubungan yang dirahasiakan.

"Trus, gue harus pacarin Jihyun karena satu sekolah nganggap kami pasangan ideal gitu?" tanya Mark dengan wajah datar.

"Gak gitu kak. Maksud aku Jihyun itu kan sempurna banget. Cantik, pintar, pandai bergaul, baik..."

"Lo suka Jihyun, ya?" Potong Mark membuat Renjun salah tingkah.

"Gak gitu kak..." Renjun kesal lalu pergi begitu saja dengan wajah cemberut meninggalkan Mark yang terkekeh melihat tingkahnya.

"Kan."

"Uh?" Renjun berbalik.

"Dia sesempurna itu aja lo gak suka."

Aku kan berbeda, batin Renjun.

"Alasan untuk jatuh cinta itu beda-beda," ucap Mark.

Renjun akui itu.

"Apa kak Mark suka sama seseorang?" Degup jantungnya terasa hampir meledak. Jika Mark punya pendengaran yang sangat bagus, ia mungkin akan bisa mendengarnya dengan jelas.

"Tidak untuk sekarang." Mark melewati Renjun keluar pintu.

Aku punya kesempatan.

"Kalau boleh gue minta tolong ama Lo. Bantu temuin dia sama seseorang yang lebih baik dari gue. Gue nggak mau dia terus-terusan terluka gara-gara gue. Mau gimanapun, dia teman baik gue."

Renjun tahu saat itu, ia tak punya harapan untuk bisa bersama Mark, sesempurna Jihyun saja ia tak bisa jatuh Cinta, apalagi pada orang seperti dirinya.

Sebaiknya ia mengubur dalam-dalam perasaannya pada Mark.

~~~

What It Cost For a Love || Renjun Harem || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang