chapter 26 - jealous

1.8K 185 2
                                    

"Kok nggak pake liptint?" Haechan cemberut saat melihat Renjun tak memakai liptint yang ia beli kemaren malam. Padahal ia sudah membelikan lima shade liptint untuk Renjun.

"Apaan sih, Chan," ucap Renjun tak bersemangat. Hari ini ia terpaksa berdesak-desakkan di dalam bus. Bahkan baunya kini sudah tercampur dengan keringat orang lain.

"Kan udah dibeliin."

"Aku kan nggak ada minta."

Haechan tak menyerah. Ia mengambil tas Renjun dan mencari liptint di dalamnya. Liptint pink coral Renjun rupanya masih ada di dalam tas. Kebetulan Renjun belum mengeluarkannya dari dalam tas.

"Sini gue pakein."

Renjun menahan tangan Haechan dan merebut liptint itu. Ia menggunakan handphone-nya sebagai cermin dan mengoleskan liptint itu di bibirnya. "Puas?"

Haechan mengangguk senang.

"Kerjaan lo ganggu anak orang aja sih Lee Haechan." Jihyun masuk ke dalam kelas dan duduk di kursinya. Pagi ini tampaknya Jihyun sedang good mood tak seperti beberapa hari terakhir.

"Ciee yang udah baikan ama ayang," ledek Haechan yang kini mengalihkan target.

"Apaan sih!"

Sepertinya Haechan berhasil membujuk Mark untuk berbaikan dengan Jihyun. Tampak dari wajah cerah Jihyun.

"Ayo ke kantin," ajak Haechan menarik Renjun saat bel istirahat berbunyi.

Perut Renjun sudah meronta-ronta karena belum terisi sama sekali. Biasanya paling tidak sarapan roti.

"Itu mereka," Haechan menunjuk Jaemin dan Jeno yang tampak sedang mengobrol.

"Haechan, aku ikut kak Mark aja," ucap Renjun yang membuat Haechan kebingungan. Renjun menyingkir dari Haechan seraya membawa nampan makannya menuju meja Mark dan Hendery. Meski masih bingung, Haechan mengikuti Renjun.

"Kak Mark, kak Hendery, boleh gabung disini nggak?" Tanya Renjun membuat keduanya mengalihkan pandangan.

"Duduk aja Renjun," Hendery mempersilakan.

Renjun duduk di depan Mark dan Haechan menyusul duduk di sampingnya.

"Tumben," celoteh Hendery yang secara bergantian menatap Renjun dan Haechan. Haechan mengangkat bahunya tanda tak mengerti sementara Renjun fokus pada makanannya.

"Kalian tumben disini, nggak gabung Jeno sama Jaemin," kata Jihyun yang juga bergabung dengan mereka.

Hendery dan Haechan mengangkat bahu. Mark memperhatikan Renjun yang hanya fokus pada makanannya tanpa banyak kata.

Dalam otak Renjun sekarang bukanlah kekesalannya pada Jeno. Harusnya ia tidak memilih bergabung dengan Mark dan Hendery agar tidak usah melihat kedekatan Mark dan Jihyun yang sudah akur. Rasanya ingin marah pada Haechan karena membantu Jihyun, tapi apa daya, ia bukan siapa-siapanya Mark yang punya hak untuk melarang.

"Renjun, gimana perekrutan klubmu?" Tanya Mark di sela obrolan mereka.

"Udah ada yang daftar kak," jawab Renjun.

"Okay. Nanti kalau butuh bantuan, datangin aku aja," ujar Mark menawarkan diri.

"Iya, Ren," Jihyun nimbrung. "Gue siap bantuin lo."

"Gue juga, Njun," Haechan menimpali.

"Makasih ya kak Mark, Ji."

"Kok ke gue enggak?" Protes Haechan tak terima.

"Kerjaan lo cuman ganggu Renjun," gurau Hendery yang membuat mereka semua tertawa setuju.

Haechan berkilah mengatakan ia selalu membantu Renjun. Renjun mengiyakan agar teman sebangkunya ini tutup mulut setelah ngoceh tak karuan.

Tak sengaja Renjun melirik ke arah Jeno dan Jaemin. Matanya bertemu dengan milik Jeno yang membuatnya buang muka.

Renjun tak peduli kalau Jeno marah karena ia duduk dengan musuh bebuyutannya. Renjun masih belum bisa memaafkan perlakuan kasar Jeno tadi malam. Lagipula yang bermasalah kan dia dan Mark, bukan Renjun dan Mark.

"Eh Ji, lo ikut kita nongkrong gak sore nanti?" Tanya Hendery yang membuat mereka beralih pada Jihyun.

"Boleh deh."

"Kita jalan lagi nggak?" Haechan mengaitkan lengannya pada Renjun. Renjun segera melepaskan dirinya dari Haechan. "Ayo jalan lagi," pinta Haechan.

"Ikut nongkrong bareng kita aja," ajak Mark yang membuat Hendery dan Haechan saling pandang.

"Enggak ah, gue mau jalan berdua ama Renjun aja." Haechan masih berusaha merangkul Renjun meski ditolak berapa kali.

"Jalan sendiri aja sana!" Renjun sudah kehabisan tenaga dan terpaksa membiarkan Haechan merangkulnya.

"Bareng kita aja, makin banyak kan makin rame."

"Enggak dulu deh kak, aku mau istirahat juga," Renjun terpaksa menolak meski ia masih tidak rela bila Mark dan Jihyun bersama. Ia sudah melihat tatapan tak nyaman Hendery saat Mark mengajak mereka.

Renjun kembali ke kelas dengan perasaan campur aduk. Ia tak ingin Mark dan Jihyun bersama, namun ia tak mungkin ikut saat Hendery terus memberikan kode.

Ia tak akan bertemu Mark dalam waktu yang lama sampai semester baru tahun depan dimulai. Hari ini guru mengumumkan libur sekolah yang berarti ia tak akan melihat Mark di kantin lagi.

Pulang sekolah Renjun memilih untuk berada di ruang klub. Ia tak ingin langsung pulang apalagi bertemu Jeno.

Sudah cukup gelap, Renjun mengemasi barang-barangnya setelah menyelesaikan tugas klubnya. Ia bergegas keluar karena langit sudah semakin mendung.

Cuaca dingin menembus jaket tebal Renjun. Ia gemetar kedinginan.

"Renjun!"

Renjun menoleh pada empunya suara.

"Darimana?" Mark setengah berlari menghampiri Renjun.

"Dari ruang klub kak."

"Udah mau pulang?"

"Iya kak."

"Ya udah ayo," Mark menarik Renjun menuju parkiran.

"Aku pulang naik bus aja kak."

"Cuaca dingin lo, entar sakit lagi," ucap Mark membukakan pintu di kursi penumpang depan.

Renjun menurut.

"Anterin aku nyari makanan bentar ya."

Renjun hendak menolak tapi mobil sudah berlalu kencang. Mereka tiba di sebuah kedai goreng dan langsung turun.

"Ayo cepat," Mark menyuruh Renjun masuk ke sebuah kedai. Kedai itu menyiapkan berbagai jenis gorengan dan minuman hangat.

Mereka menghabiskan waktu sambil mengobrol tentang klub.

"Ren," Mark menghadap Renjun yang duduk di sampingnya. "Lagi marahan sama Jeno."

"Um." Renjun menyeruput teh hangatnya.

"Kemaren... Sama Haechan kemana?"

Renjun mengangkat kepalanya, bertatapan dengan Mark. "Ke mall aja kak."

"Berdua?" Tanya Mark dengan suara kecil.

"Sama Minyoung juga," jawab Renjun yang entah mengapa tak ingin membuat Mark salah paham bila ia hanya berdua dengan Haechan meskipun pada kenyataannya ia memang menghabiskan waktu berdua dengan Haechan di taman.

"Oh."

Renjun dapat melihat sedikit senyum di bibir Mark meski ia memalingkan wajahnya. Tak ada pertanyaan lain dari Mark hingga mereka tiba di rumah Jeno.

"Yakin nggak mau ikut kami?"

"Enggak kak. Aku mau istirahat aja." Dalam hati Renjun yang paling dalam ia sangat ingin pergi dengan mereka.

"Ya udah, masuk sana."

Setelah memastikan Renjun masuk ke dalam gerbang rumah, Mark mengendarai mobilnya dan melaju di jalanan.

~~~

What It Cost For a Love || Renjun Harem || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang