chapter 43 - Another Problem

498 58 0
                                    

Haechan keluar dari kosan Minho dengan wajah sumringah. Jaemin melirik ke arah Renjun yang tampak lesu dan tak bersemangat.

"Sorry bro, ganggu beberapa hari ini." Haechan menepuk bahu Minho.

"No problem bro," jawab Minho dengan wajah bingung.

"Minho, kami pulang dulu." Jaemin mengajak keduanya meninggalkan kosan itu.

Tangan mungil Renjun digenggam erat oleh Haechan sementara Jaemin memimpin jalan.

"Buruan masuk." Perintah Jaemin membukakan pintu untuk keduanya. Dalam hatinya ia sangat takut akan kemungkinan dan praduga yang menari ria dalam kepalanya.

"Jaem... Gue mau bilang, kalo aku sama Renjun resmi pacaran." Haechan mengumumkan hubungan mereka.

"Wah, benarkah? Selamat bro." Senyum tipis terukir di bibirnya.

Jaemin dan Renjun mengantar Haechan pulang. Mereka berdua duduk di kursi belakang membuat Jaemin tampak seperti sopir keduanya.

"Masuk sana!" Renjun mendorong Haechan yang masih ingin menggelayut di tubuh Renjun.

"Tapi masih kangeen..." Haechan tak bergeming.

"Haechan buruan."

Dengan mulut mengerucut sempurna, Haechan kembali ke rumah tantenya. Ia sudah lama tak pulang ke rumah itu.

Sekeluarnya Haechan dari mobil, Jaemin langsung menyuruh Renjun agar berpindah ke kursi depan di sampingnya. Renjun menolak.

Rasa marah dan sedih yang tercampur, Jaemin menjalankan mobilnya dengan kencang.

"Jaem, pelan aja. Aku takut..." Rengek Renjun di kursi belakang. Ia memasang sabuk pengaman.

Jaemin tak mengindahkannya. Ia membawa Renjun ke pinggir sungai Han dan memarkirkan mobilnya.

Ia beralih ke kursi belakang, duduk di samping Renjun yang menahan tangis.

"Ma..maaf..." Cicit Renjun.

"Sekarang jelaskan semuanya." Nada suara Jaemin yang berat terdengar menakutkan.

"Aku..." Jari-jari kecil Renjun meraih baju Jaemin.

Jaemin yang melihat itu lantas menarik Renjun ke dalam pelukannya, melumat bibir Renjun yang selama ini ia bayangkan rasanya.

Renjun melenguh pelan saat lidah Jaemin bermain di dalam mulutnya. Tangan Jaemin tak tinggal diam, ia meraba pinggang Renjun yang ramping.

Saat ciuman itu terlepas, mereka langsung mencari oksigen. Hembusan napas itu terasa hangat di wajah masing-masing.

Netra Renjun yang indah menatap penuh penyesalan pada Jaemin. "Maafin aku Jaem. Ini semua salah aku."

Jaemin mengecup bibir itu agar berhenti bicara. Di momen seperti ini, ia tak ingin kejadian tadi merusak suasananya.

"Ahhh, sialan, gue makin candu sama lo Renjun," ucap Jaemin lantang.

Renjun hanya menatap bingung karena Jaemin tidak marah atas apa yang terjadi.

Sementara itu, pria didepannya ini sudah seperti singa lapar saja. Dadanya bergejolak karena degup jantung yang membahana. Ia sangat menginginkan Renjun. Melihat wajah Renjun sedekat ini, yang ada dalam otaknya hanya pujian dan keinginan untuk melumat habis Renjun tak bersisa.

"Jaemin nggak marah?" Renjun bertanya dengan ragu.

Tangan Jaemin yang asyik memeluk Renjun beralih pada bibir Renjun yang tampak basah. Ia mengelap ujung bibirnya dan hanya tersenyum dengan pertanyaan Renjun tadi.

"Gue nggak peduli sama Haechan."

"Tapi aku sama Haechan udah pacaran Jaem."

"Gue juga pacar lo, Renjun." Nada suara Jaemin membuat takut Renjun. "Setelah dia baikan dan nggak ngambek lagi, lo harus putusin dia. Ngerti?!"

Renjun mengangguk. Ia tak berani membantah Jaemin yang saat ini melumat bibirnya dengan rakus lagi. Tak peduli dengan dorongan lemah Renjun padanya.

Jaemin melepas ciuman mereka hanya untuk memberi perintah. "Buka rahang lo!"

Renjun menurut. Ia membuka mulutnya agar Jaemin bisa dengan leluasa menjelajahi rongga mulutnya.

Krukkk...

Bunyi itu sangat tak tepat waktu.

Jaemin melepas ciumannya dan menatap wajah Renjun penuh pesona. "Lo belum makan?"

Renjun mengangguk lemah dengan wajah semerah kepiting rebus. Jaemin terkekeh dan mengecup keningnya.

"Kita isi perut dulu."

***

Haechan kembali ke sekolah dengan wajah berseri. Ia sudah tak sabar bertemu dengan kekasihnya.

"Good morning!"

Haechan menyapa Renjun saat pria mungil itu masuk ke dalam kelas. Renjun membalas dengan senyuman tipis. Haechan yang sudah buta akan cintanya pada Renjun tak memedulikan itu.

Seandainya di kelas ini tak banyak orang, maka pastilah Haechan sudah menarik Renjun dalam pelukannya. Ia hanya menahan diri.

Sepanjang kelas, Haechan hanya sibuk menggenggam tangan Renjun. Ia bahkan tak peduli dengan penjelasan guru di depan.

Renjun yang merasa risih melotot marah padanya. Haechan bukannya sadar, malah merasa gemas dengan wajah Renjun.

Apalagi bibirnya yang lembab dan terlihat berwarna merah muda yang tipis. Pikiran Haechan penuh dengan pikiran untuk melumatnya.

Di lain sisi, pikiran Renjun semakin kalut. Ia saat ini punya dua hubungan rahasia dengan Jaemin dan Haechan. Mereka tampaknya tak ada niatan untuk melepasnya.

Jeno dan Mark pun tak ada bedanya. Mark terus menghubunginya dan mengajak ingin bertemu segera mungkin. Jeno yang ia hindari memepetnya terus, padahal Renjun merasa malu atas apa yang terjadi pada keduanya.

Haechan yang melihat Renjun murung berinisiatif menggambar tanda hati (♥️) di ujung buku Renjun.

Renjun menoleh pada Haechan. Hanya dengan bibirnya dan tanpa suara, Haechan mengucapkan kata 'I Love You'.

What It Cost For a Love || Renjun Harem || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang