"Gue gak mau, Jihyun. Lo kan tahu gimana hubungan gue sama Jeno itu gak baik. Yang ada, kami yang berantem di lapangan."
"Terus, kita kalah aja gitu? Ini udah final Mark. Untuk yang terakhir kalinya aja, gue mohon, main buat tim kita."
"Kan ada Jeno dan Haechan."
"Yakin mereka bisa main maksimal?" kata-kata Jihyun itu membuat Mark terdiam. Ia tahu pasti dengan emosi Jeno dan Haechan seperti itu, mereka tak akan main maksimal. Mark menoleh ke arah Hendery, menanti tanggapannya, tapi sahabatnya itu hanya diam dan mengalihkan pandangannya.
"Okay. Gue ikut main." Jihyun tersenyum lebar. "Tapi ini yang terakhir kalinya gue bakalan main. And seriously, gue kecewa sama lo Jihyun. Lo masukkin nama gue ke dalam tim tanpa sepengetahuan gue."
"Sorry, Mark. Gue..."
"Gue mau siap-siap," potong Mark, mengambil handuk dan tanpa menoleh ke arah Jihyun langsung masuk ke kamar mandi.
"Yakin seminggu ini dia gak bakalan mau ngomong sama Lo," kata Hendery, dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Jihyun keluar kamar.
Renjun mendengus pelan. Kemarin pertama kalinya ia melihat orang seceria Haechan marah. Dan pagi ini ia melihat bagaimana Mark yang selalu murah senyum menjadi kesal. Pikiran bagaimana marahnya Jeno membuatnya bergidik. Ia takut kejadian antara Jeno dan Mark terulang kembali.
Kabar buruk untuk Renjun. Ia terpaksa harus berdiam di villa untuk menjaga Jaemin.
Renjun hanya bisa menonton televisi dengan kesal di ruang tamu. Ia padahal sangat ingin pergi menonton pertandingan final itu, tapi apa daya ia diharuskan untuk menjadi baby sitter jaemin di villa.
Ia hanya berdua dengan Jaemin di villa. Sambil menonton ia scroll status WA yang malah membuatnya makin iri.
Sohee terus saja bilang bahwa ia akan menemani Jaemin, tapi pertandingan final cheerleader akan berlangsung hari ini juga. Renjun masih akan sempat menonton final berhubung Sohee akan langsung pulang setelah pertandingan cheerleaders selesai.
"Maaf ya Njun," Jaemin yang ikut duduk dengannya meminta maaf. Ia sudah mengerti bahwa Renjun sedang kesal.
"Bukan salah Jaem kok. Salah mereka yang main kasar."
Bel villa berbunyi. Bergegas Renjun keluar membukakan pintu.
"Hai, Hye," sapa Renjun sedikit kecewa karena ia berharap itu adalah Sohee. Yang datang malah Hyekyo, pacar Jeno. Hyekyo terlihat sedikit pucat, dan tampaknya ia menyetir seorang diri. Padahal jarak antar kota mereka dengan kota tempat pertandingan lumayan jauh.
"Hai Ren," sapa Hyekyo lalu bergegas masuk ke dalam rumah. "Jaem, gimana?"
"Udah lumayan membaik kok," jawab Jaemin santai. Itu memang sifat Jaemin yang selalu santai pada masalah apapun. Saat Haechan hampir mengamuk kemarin, Jaemin-lah yang menenangkan Haechan padahal yang paling berhak marah adalah dirinya.
Hyekyo melihat luka di kaki Jaemin. Luka itu sebenarnya tak terlalu parah, cuman ya Jaemin tetap tidak bisa bermain basket hari itu.
"Kok gak hati-hati sih." Hyekyo mulai mengomel.
"Kan gak sengaja Hye. By the way, final udah hampir mulai loh. Siap-siap sana, Ren," ucap Hyekyo melirik Renjun yang duduk di dekat mereka.
Renjun masuk ke kamarnya setengah berlari. Ia mengganti bajunya dan keluar kamar. Senang bukan main ia karena akhirnya bisa menonton final itu. Ia juga akan melihat Mark main untuk pertama kalinya. Ia tak pernah melihat Mark main basket, tapi menurut info yang beredar, Mark sama hebatnya dengan Jeno. Tak terbayang bahwa mereka akan satu tim. Pantas saja Jihyun berusaha keras agar Mark ikut main.
"Ngapain disini?" Sohee sudah datang seorang diri.
Cemburu lagi, cibir Renjun dalam hati. Ia baru keluar kamar setelah mengganti baju. Sebenarnya wajar jika Sohee sangat mudah cemburu mengingat sifat Jaemin yang playboy.
"Apa ini adalah masalah?" Tanya Hyekyo tak takut akan gertakan Sohee.
"Tentu. Menurut lo gimana perasaan Jeno kalau tahu pacarnya berduaan sama sahabatnya."
"Nggak berduaan kok," ucap Renjun. Kedua gadis itu tak ada yang menoleh ke arah Renjun. Mereka tidak melepaskan pandangan ke satu sama lain.
"Sohee, beneran nggak ada apa-apa kok. Ada Renjun disini. Hye juga baru datang."
"Kalian jelas berpegangan tangan tadi. Gimana gue bisa percaya."
"Kami cuman teman, Sohee." Jaemin menegaskan.
"Teman? Teman yang saling suka?"
"Sohee, tidak ada hubungan apapun antara aku dan Hyekyo."
"Bohong!!!"
Sohee marah dan mendorong Hyekyo sampai jatuh. Hyekyo yang tidak terima, bangun dan langsung mendorong Sohee.
Dalam waktu singkat aksi saling dorong itu berubah menjadi saling jambak rambut. Tak ada yang mau mengalah. Jaemin terus menyuruh mereka berhenti, tapi mereka mana mau mendengarkan.
Kedua wanita itu memang beringas. Renjun kesulitan melerai mereka seorang diri. Ia terkena cakar dan jambakan dari kedua sisi. Perkelahian itu berakhir dengan keadaan mereka bertiga yang berantakan.
~~~
Renjun tidak bisa pergi menonton final karena ia berjaga-jaga takut kemungkinan perkelahian susulan. Ia juga tidak bisa mengadu pada siapapun takut akan menganggu konsentrasi mereka yang sedang bertanding. Lengkap sudah harinya yang buruk.
Pukul 21.00 mereka yang dari tempat pertandingan pulang dengan girang karena berhasil meraih juara satu. Tapi melihat keadaan wajah Renjun, Hyekyo dan Sohee yang penuh cakaran membuat mereka terdiam. Sepertinya mereka sudah menduga apa yang telah terjadi.
Mark masih kesal pada Jihyun. Ia mengacuhkan Jihyun dan tak berbicara apapun. Jeno belum mengucapkan sepatah katapun semenjak ia datang dari tempat pertandingan. Jaemin menceritakan kejadiannya, dan Renjun khusus mengangguk.
"Menurut lo ini karena gue cemburu buta?" Sohee kesal. "Gimana mungkin gue bisa nganggap tak ada apa -apa antara mantan pacar yang berpegangan tangan."
What! Renjun tidak tahu Jaemin dan Hyekyo pernah pacaran.
Haechan menyenggol pelan Renjun. "Lo ngerebutin Jaemin juga ya?" bisik Haechan dengan senyum tertahan. Penampilannya tak kalah berantakan seperti Hye dan Sohee.
"Nggak lucu," ucap Renjun kesal. Lalu bergegas keluar dari tempat mengerikan itu. Ia menghentikan taksi dan berhenti di kawasan pasar malam. Ia tak tahu menuju kemana. Beberapa kedai masih buka, mungkin itu akan buka sampai tengah malam nanti. Kedai-kedai itu belum modern, mereka hanya menerima uang cash dan Renjun lupa membawa dompetnya. Ughh... kesal Renjun.
Ia melihat dari jauh beberapa anak muda sedang berkumpul. Renjun mengenal mereka. Mereka adalah pemain basket yang melukai Jaemin kemaren. Renjun menatap kesal pada mereka. Ia mundur perlahan agar mereka tak menyadari keberadaan dirinya. Orang-orang itu tidak memiliki kesan yang baik. Ia terus mundur tanpa menoleh ke belakang dan alhasil ia menabrak seseorang.
Renjun berbalik dan sialnya itu adalah salah satu teman mereka.
"Hello sweetie."
Pria itu tersenyum mengerikan. Renjun tidak sempat berpikir hal lain selain berlari. Ia tidak akan mampu melawan salah satupun dari mereka.
Ia berbelok di tikungan dan lagi-lagi menabrak seseorang. Untungnya bukan salah satu dari mereka.
"Lo kenapa Ren?" tanya Mark langsung menangkap Renjun yang hampir terjatuh.
Renjun mengatur napasnya. Tak ada enaknya lari tengah malam.
"Mau beli minum?"
Di dekat mereka ada kedai minuman yang masih buka.
"Aku nggak bawa uang cash," kata Renjun.
Mark tersenyum. "Ya udah, gue yang traktir."
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
What It Cost For a Love || Renjun Harem || NCT
FanfictionTentang kisah ribet Renjun dan para cogan Jeno X Renjun Jaemin X Renjun Mark X Renjun Haechan X Renjun Daily update!!