chapter 34 - the reason

1.3K 191 12
                                    

"Haechan."

Yang dipanggil menoleh. "Cepetan."
Ia menatap angkuh Renjun yang berdiri dengan kikuk.

"Aku bakalan jujur tentang hari itu, tapi janji nggak boleh bilang siapa-siapa." Renjun mengajukan pinky promise pada Haechan.

Haechan tak memperhatikan itu, malah salah fokus pada yang dipegang Renjun di tangan sebelah. Merebut langsung coklat dan surat pemberian adik kelas tadi.

"Loh kok diambil?" Renjun mencoba merebutnya dari genggaman erat Haechan.

"Jangan sembarangan terima coklat dari orang nggak dikenal." Haechan memberi peringatan.

"Dia kan udah kenalan."

"Tetap aja nggak boleh." Ia mengangkat coklat itu tinggi-tinggi agar Renjun tak bisa menggapainya.

"Kan nggak enak udah dikasih."

Haechan yang kesal dengan sifat tidak enakan Renjun membuka bungkus coklat itu dan melahapnya utuh. Renjun hanya bisa terperangah melihat kelakuan Haechan.

"Sekarang cepetan bilang," Haechan berbicara hampir tak dimengerti karena mulutnya penuh dengan coklat. Renjun hanya bisa pasrah.

"Tapi janji dulu, nggak bilang siapa-siapa." Renjun kembali memberikan jari kelingkingnya. Haechan menautkan jarinya pada Renjun. Masih mengunyah coklat.

Helaan napas Renjun terdengar berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Helaan napas Renjun terdengar berat. "Aku nembak Kak Mark hari itu."

Kabar mengejutkan itu membuat Haechan tersedak. Coklat yang sudah ditelannya naik ke tenggorokan dan tersangkut.

"Haechan!" Seru Renjun panik sambil memukul punggung Haechan. Coklat itu berhasil keluar.
"Kamu nggak apa-apa?"

Haechan terbatuk-batuk. "Coba ulang... yang Lo bilang tadi." Haechan berdehem agar coklat yang lengket di tenggorokannya bisa tertelan habis.

"Aku nembak Kak Mark," ulang Renjun.

Haechan menelisik lekat wajah Renjun mencari tanda kebohongan. "Lo yang nembak apa Mark yang nembak Lo?"

"Aku." Renjun tak berani menatap Haechan.

Haechan memproses data itu di otaknya, rumit seperti matematika.

"Aku ditolak kok," lirih Renjun.

"Jadi karena itu Lo sembunyi dari gue?"

"Kalo ketemu pasti diledekkin." Bayangan wajah Haechan yang tertawa meledeknya seperti mimpi buruk. Apalagi saat itu matanya masih bengkak dan ia terlihat sangat berantakkan.

"Lo nangis nggak?"

"Tuh kan, Haechan nyebelin." Renjun merajuk.

"Maaf, maaf. Kalo Lo nangis kan bisa gue hibur gitu maksudnya."

"Pokoknya, terserah Haechan mau tetap marah apa enggak. Yang jelas tadi udah janji nggak akan bilang siapa-siapa, termasuk Jeno."

"Rahasia lo aman sama gue." Haechan menyeringai tipis yang membuat Renjun malah curiga. Harusnya ia biarkan Haechan marah padanya asal rahasia kelamnya aman tentram.

What It Cost For a Love || Renjun Harem || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang