Renjun terbangun oleh suara ketukan di pintu. Ia menggosok matanya tapi terlalu enggan bangun.
Saat ini ia berada di rumah Jaemin, tepatnya berada di kamar ART. Bukan karena kekurangan kamar, tapi ia dan Jaemin tengah bersembunyi dari Haechan. Untuk saat ini ia belum siap bertemu siapapun.
Jaemin sudah memberitahu semua pekerja di rumahnya jika saja Haechan datang mempertanyakan keberadaan Renjun dan dirinya. Bila ada yang memberi tau maka ia tak segan akan memecat mereka.
"Tuan Renjun?" Suara ART Jaemin memanggil dari luar.
"Iya?"
Dengan malas Renjun bangun dari tempat tidurnya dan membukakan pintu.
"Makan siangnya tuan." ART Jaemin mendorong sebuah troli berisikan banyak makanan.
"Apa enggak di dapur aja, Bi?" Tanya Renjun ragu. Inikan bukan hotel yang punya layanan antar makanan ke kamar.
"Kata Tuan Jaemin, Tuan Renjun pasti lelah, makanya diminta dibawakan ke kamar."
"Ya sudah, Bi. Biar saya bawa masuk."
"Baik, Den."
Setelah perempuan paruh baya itu pergi, Renjun membawa masuk troli makanan itu. Renjun bingung menyantap apa.
"Jaemin ngejek aku ya," ucap Renjun tak percaya.
Makanan serba macam ada disana. Hidangan sapi, ayam dan ikan dengan berbagai jenis masakan. Segala jenis sayur juga ada.
"Aku kan gak makan sebanyak ini."
"Renjun!" Panggil Jaemin.
"Ya?"
"Gue masuk ya."
"Iya, masuk aja."
Jaemin masuk dengan senyuman cerah. Ia tersenyum seperti itu padahal ia jelas-jelas tahu perasaan Renjun saat ini.
"Kok belum dimakan?"
"Ini mau dimakan. Lagian ini kok banyak banget Jaem, perut aku nggak muat."
"Ya gimana, nggak tahu lo sukanya apa, jadi makan aja yang lo pengen." Jaemin duduk di kasur Renjun.
"Bantuin habisin."
"Udah makan."
"Trus kalo nggak habis?"
"Nggak usah dimakan semua. Makan yang lo pengen aja."
"Mubazir loh. Nggak boleh buang-buang makanan."
"Iya, iya. Nanti masak yang lo pengen makan aja."
Renjun menyetujui Jaemin. Ia mulai mencicipi makanan itu satu persatu. Rasanya sangat enak dan pas di lidah. Renjun akui ART Jaemin sangat pandai memasak.
"Gimana perasaan lo sekarang?"
"Baik."
"Udah nggak galau?"
"Masih," jawab Renjun sendu. Bagaimana mungkin tidak sedih saat cintanya baru saja ditolak. "Sedih kan nggak harus nangis-nangis."
Jaemin terkekeh. Lucu Renjun mengatakan itu padahal beberapa jam yang lalu ia menangis di dalam taksi sepanjang jalan.
"Tadi kan cuma kebawa perasaan aja," Renjun membela diri sadar arti tertawa Jaemin.
"Iya, iya. Gue percaya."
"Lagipula, aku juga nggak berharap banyak kok. Aku sadar diri."
"Loh memangnya kenapa? Lo tuh cantik, imut, lucu, baik hati, ramah..."
KAMU SEDANG MEMBACA
What It Cost For a Love || Renjun Harem || NCT
Fiksi PenggemarTentang kisah ribet Renjun dan para cogan Jeno X Renjun Jaemin X Renjun Mark X Renjun Haechan X Renjun Daily update!!