"Kok lama?" Jeno duduk di ruang tamu dengan wajah kurang bersahabat.
"Bentar aja kok," ucap Renjun kesal. Memangnya kau ibuku?
"Sama siapa?"
Renjun membisu. Tidak mungkin ia menjawab itu Mark. Jeno dan Mark masih belum akur sampai saat ini. "Sama teman," jawab Renjun singkat dan bergegas masuk kamar.
"Teman yang mana?" Jeno mengekor Renjun yang sudah membuka pintu kamar. Ia menahan pintu kamar Renjun membuatnya harus berbalik pada Jeno.
"Memangnya kenapa?" Renjun meneguk salivanya. Anyway, Jeno terlalu dekat dengannya, punggung Renjun sudah menyentuh dinding. Bau Jeno yang baru selesai mandi membuatnya berpikiran sedikit tak karuan. "Awas!" Renjun mendorong Jeno dan buru-buru masuk ke dalam kamarnya.
"Apa yang kau pikirkan Huang Renjun?" Bisik Renjun pada dirinya sendiri. "Sadarlah!" Ia memukul kepalanya.
~~~
Jeno sedang memanggang roti untuk mereka berdua saat Renjun ke dapur. Tak biasanya Jeno lebih dulu daripada Renjun. Biasanya ia yang harus memanggil Jeno di lantai atas untuk menyantap sarapan.
"Tumben," celoteh Renjun.
Jeno tak menyahut. Mungkin ia masih marah pada kejadian kemaren, pikir Renjun. Renjun menyantap roti bakar itu tanpa banyak kata.
Keduanya dijemput oleh Jaemin yang sudah masuk sekolah lengkap dengan sopir setianya. Kaki Jaemin masih sakit, jalannya pun masih terpincang-pincang.
Sungguh, persahabatan Jeno dan Jaemin patut diacungi jempol. Bagaimana bisa keduanya masih berteman padahal Jeno putus dengan Hyekyo karena Hyekyo masih menyukai Jaemin. Renjun tak habis pikir.
"Lagi mikirin apa?" Haechan menepuk pundak Renjun yang sudah berada di dalam kelas. Ia menyodorkan susu kesukaan Renjun.
"Haechan, aku mau nanya." Renjun menengok ke arah depan kelas takut bila tiba-tiba Jihyun datang. Jihyun adalah sahabat baik Hyekyo jadi ia tak enak hati bila Jihyun mendengar percakapannya dengan Haechan. "Kok Jeno sama Jaemin masih temenan?" Tanya Renjun dengan polosnya.
Demi melihat wajah Renjun yang kebingungan, Haechan tertawa. "Kamu penasaran itu ya dari kemaren?" Tebak Haechan.
"Ya udah kalau nggak mau jawab," kesal Renjun. Ia serius bertanya dan Haechan malah menertawakannya.
"Kamu sih kabur malam itu," ucap Haechan menghentikan tawanya karena melihat Renjun yang cemberut.
"Memangnya malam itu ada kejadian apa?" Renjun cepat bertanya. Ia tak ingin menjawab bila Haechan menanyakan keberadaannya malam itu.
"Well, Jeno dan Hyekyo udah putus, jadi apalagi masalahnya?" Haechan mengangkat bahunya.
"Maksudku, Jeno putuskan karena... Jaemin."
Haechan hanya tersenyum sambil menatap Renjun. Bagi Haechan, wajah kebingungan Renjun itu sangat imut.
"Intinya," Haechan melirik kiri kanan, "Baik Jeno maupun Jaemin udah nggak memperebutkan Hye lagi."
Renjun terdiam merespon kalimat Haechan. "Hah?"
Haechan yang terlalu gemas mencubit pipi Renjun membuatnya terpekik kesakitan. "Sakit, Chan!"
"Maaf maaf," ucap Haechan sambil mengelus lembut pipi Renjun. Ia tak sengaja mencubit pipi Renjun terlalu keras.
"Kalian lovey-dovey sekali," ucap Jihyun yang sudah berada di dalam kelas. Wajahnya masih terlihat murung. Menurut Haechan, Mark masih marah pada Jihyun, itulah sebab kegalauan Jihyun beberapa hari terakhir ini.
"Anyway, kamu kemaren sama Mark kabur kemana?" Bisik Haechan yang membuat Renjun kikuk.
"Cuman ke pasar malam," jawab Renjun. Ia tidak tahu bahwa Haechan mengetahui bahwa ia keluar dengan Mark malam itu.
Renjun saat itu sangat kesal karena pada akhirnya ia tidak bisa menonton pertandingan final basket. Ia sudah bersemangat akan menonton Mark bermain basket di lapangan. Kejadian Jaemin malah membuat semuanya menjadi kacau. Bekas cakaran di pipinya bahkan masih ada.
"Mengesalkan. Aku tidak bisa menonton final."
"Kamu sepengen itu ya nonton aku."
"Kepedean!" Renjun memberikan tatapan sinis pada Haechan yang kesenengan mengganggu Renjun.
~~~
"Renjun! Haechan!" Panggil Jaemin saat keduanya mencari bangku kosong di kantin. Jaemin yang saat itu sedang duduk bersama Jeno melambai-lambai pada keduanya.
Renjun menangkap sosok Mark di meja lain sedang bercakap dengan Hendery dan teman sekelasnya. Mendadak wajah Renjun menghangat. Buru-buru ia mengikuti Haechan yang sudah beranjak ke arah Jaemin dan Jeno.
Jaemin menyapa mereka dengan wajah cerah, berbanding terbalik dengan Jeno. Jeno tampaknya masih tak ingin bicara dengan Renjun. Terserah.
"Enak ya, kalau udah nggak cinta tinggal say goodbye," Jihyun yang tiba-tiba ikut duduk semeja dengan mereka langsung membuka percakapan tabu.
"Kita lagi makan, Ji," tegur Haechan.
"Kalian pasti senang Hye pindah sekolah." Lanjut Jihyun tak menghiraukan teguran Haechan.
"Kita nggak ada yang minta dia buat pindah sekolah, kan?" Ucap Jaemin tak memedulikan Jihyun.
"Bastard!" Jihyun menunduk untuk menutupi air matanya yang menetes.
Tak ada yang bicara lagi setelah itu.
Jihyun baru saja kehilangan sahabatnya karena kepindahan Hyekyo yang mendadak. Belum lagi pria yang ia cintai tidak menegurnya sama sekali.
Renjun menatap Jaemin dan Jeno yang sedang menyantap makanan di seberang mejanya dengan perasaan marah. Ia seolah mengerti akan perasaan Hyekyo. Hyekyo menjadi korban keegoisan persahabatan keduanya dan sekarang saat Hyekyo sedang hancur-hancurnya, keduanya malah baik-baik saja.
"Aku duluan," ucap Renjun. Ia bangkit dari tempat duduknya dan membawa piring makannya ke belakang.
"Makananmu belum habis, Njun," panggil Haechan yang tak Renjun hiraukan.
Persahabatan yang selama ini Renjun agung-agungkan ternyata penuh keegoisan.
Renjun melenggang keluar dari kantin menuju ke arah kelas. Ruangan itu hanya dihuni oleh beberapa siswa sedangkan yang lainnya sedang berada di kantin.
"Renjun!" Panggilan Haechan membuatnya menoleh.
Renjun tak menjawab panggilan Haechan. Ia menidurkan kepalanya di atas meja memandang ke arah jendela dan membelakangi Haechan.
"Kamu marah, ya?" Haechan tak menyerah. Ia duduk di kursi siswa lain dan menghadap langsung ke arah Renjun. Ia menidurkan kepalanya di atas meja persis seperti yang dilakukan Renjun. Keduanya kini saling berhadap-hadapan.
"Untuk apa?" Lirih Renjun yang terdengar lesu. Benar, Renjun tidak punya alasan untuk marah pada Jaemin maupun Jeno. Ia bahkan tidak berteman dekat dengan Hyekyo, hanya beberapa kali berjumpa karena ia teman Jihyun dan kekasih Jeno. Selain itu, ia tak pernah benar-benar berteman dengan Hyekyo.
"Entah. Kamu terlihat marah."
Renjun menghela napas. Ia memalingkan kepalanya ke arah berlawanan. Haechan yang tak mudah menyerah kini beranjak dari kursi tempat ia duduk menuju kursinya sendiri dan kembali melakukan hal yang sama seperti Renjun. Wajah mereka kini lebih dekat.
"Kamu lagi marah pun tetap lucu, ya," canda Haechan yang tak diterima baik oleh Renjun. Ia entah kenapa malah ingin mencabik-cabik wajah Haechan yang seolah mengejeknya itu.
~~~
Tolong upvote-nya ya biar author semangat nulisnya 🤗
Btw, menurut kalian lebih mudah fall in love atau fall out love?
KAMU SEDANG MEMBACA
What It Cost For a Love || Renjun Harem || NCT
FanfictionTentang kisah ribet Renjun dan para cogan Jeno X Renjun Jaemin X Renjun Mark X Renjun Haechan X Renjun Daily update!!