Part 2

12.1K 687 7
                                    

Angin semakin berhembus bertiup pelan menerpa kulit wajah ku, bulu kuduk ku berdiri bukan tanda karena adanya makhluk astral melainkan karena kedinginan, kulihat lengan ku yang terbuka, benar saja pori-pori kulit membesar gigi ku gemeletuk angin dingin malam ini menyadarkan ku dari lamunan menarik ku kedunia nyata.

Aku berbalik badan dan kulirik jam bulat yang terlihat menggantung cantik di dinding kamar ku, sudah pukul 2 dini hari, namun aku sama sekali belum memejamkan mata barang sedetik pun, sedang nanti pukul 8 aku harus menghadiri rapat untuk menunjukkan kekuasaan ku.

Lantas ku putuskan untuk beranjak dari balkon kamar, rencananya aku akan berendam untuk menyegarkan tubuh serta fikiran ku agar saat rapat nanti penampilan ku maksimal, cukup 2 tahun semenjak kejadian itu aku bersembunyi, kata orang waktu adalah obat paling mujarab untuk menyembuhkan luka.

Aku juga membangun kerajaan ku untuk membuktikan bahwa tanpa mereka aku mampu hidup dengan baik, tanpa mereka aku baik-baik saja, dan tanpa mereka aku sukses, tak terasa hanya untuk berendam aku harus menghabiskan waktu lama.

Lantas aku putuskan untuk memanjakan wajah ku sebentar memakai masker wajah sambil memejamkan mata lumayankan meski sebentar lagi aku harus bersiap untuk berangkat ke kantor, mata sudah terpejam namun aku belum juga berada di alam mimpi, aku sudah tak sabar ingin sekali melihat raut wajah orang yang sudah merendahkan ku dulu, aku juga sudah tidak sabar untuk menunjukkan kekuasaan ku.

Di tengah ketidak sabaran yang kurasakan ada sebuah suara mengalihkan atensi ku suara dari asisten pribadi ku.

"Nona pakaian sudah saya siapkan, makanan juga sudah saya siapkan, sudah waktunnya anda bersiap nona"
Dengan nada lembut namun dingin ia mengingatkan ku.

Dia adalah asisten pribadi ku kesetiaan dan pengabdiannya sudah tak di ragukan lagi loyalitas pada pekerjaan dan keprofesionalannya adalah salah satu alasan ku memilihnya, panggil saja dia Ana kepribadiannya juga mirip dengan ku cuek dingin dan tanpa ekspresi.

Ia mampu mengendalikan emosi dengan baik aku sangat puas dengan kinerjannya, dia adalah orang kepercayaan ku yang sudah aku jamin ia tak akan berani menikam ku.

Ketulusan dan rasa hutang budinya pada ku membuatnya loyal, aku bertemu dengannya 1 tahun lalu di sebuah club malam, saat itu aku habis menghadiri rapat di club, rapat yang di adakan di ruang VVIP khusus mengantarkan ku bertemu dengan Ana.

Seorang remaja berumur 18 tahun sedang akan di lecehkan oleh beberapa pria dan aku menolongnya serta mengelontorkan uang yang tak sedikit jumlahnya untuk membelinnya, lantas aku membawanya, membiayai pendidikannya sampai lulus, aku menjadikannya asisten pribadi ku, meski aku juga menganggapnya sebagai adik ku sendiri.

Aku melindunginya mengajarinya ilmu beladiri, Ana adalah remaja yang cerdas, ia di jual oleh kedua orang tuanya di club malam itu, beruntung nasibnya bertemu dengan ku saat itu, sungguh malang nasibnya, aku yang juga telah di buang kedua orang tua ku tau persis rasanya seperti apa.

Orang tua yang seharusnya menjadi panutan kita, orang tua yang seharusnya melindungi kita, nyatanya mereka pula yang tega membuang anaknya.

Menjadikan gadis remaja seperti ku gelandangan, tak makan, kepanasan, kehujanan beruntung aku bertemu dengan seorang kakek tua yang baik hati, melihat Ana mengingatkan aku pada diriku sendiri, hati ku terketuk untuk menolongnya.

Setelah selesai bersiap dan sarapan aku keluar mansion mewah ku bergegas masuk ke mobil Reng Rover biru milik ku yang akan membawa ku ke kerajaan bisnis ku, setelah mobil tiba di pintu masuk dan Ana asistenku membukakan pintu mobil segera aku turun dari Reng Rover biru kesayangan ku, lantas sang sopir bergegas memarkirkan mobil ku ke parkiran kusus untuk mobil ku.

Setelah turun dari mobil, aku berjalan dengan anggun menuju tempat singga sana ku, di sepanjang jalan mereka yang berpapasan dengan ku menunduk hormat menyapa, aku hanya menatapnya sekilas dan melanjutkan langkah ku, setelah tiba di ruang kerja ku, aku segera duduk di kursi kebesaran ku dan tak lama aku mendudukan bokong ke kursi, Ana membuka pintu dan menyerahkan ku berkas untuk ku tanda tangani.

"Nona ini berkas untuk rapat nanti, dan ini juga ada berkas salinan permohonan kerjasama dari klien, mohon nona periksa kembali, karna sebentar lagi rapat akan segera di mulai"

"Oke tinggalkan di meja dan keluar lah"

Tak berselang lama Ana menunduk dan keluar dari ruang kerja ku.

Sesuai dugaan perusahaan Hamzah dan Orzon ingin bekerjasama dengan perusahaan ku, perusahan Hamzah ingin mengepakkan sayapnya lewat kerjasamanya dengan perusahaan ku serta perusahaan Orzon yang ingin bangkit dari goncangan ketidak stabilannya perusahaannya ingin menggunakan nama perusahaan ku untuk bangkit kedua perusahaan itu bekerjasama untuk memanfaatkan peluang untuk kepentingan masing-masing.

Mungkin mereka sudah tau pemiliknya adalah aku orang yang mereka kenal, jadi mereka bisa dengan mudah bekerja sama dengan ku atau mungkin mereka tidak tau jadi tanpa ada beban mereka ingin menjalin kerjasama dengan ku, entahlah kita lihat saja nanti.

Yang pasti aku tak akan membiarkan mereka dengan mudah memanfaatkan peluang yang ada, bahkan aku sudah ada rencana untuk menghancurkan perusahaan mereka secara perlahan namun pasti, aku akan membalaskan rasa sakit hati ku ini.

Sudah cukup waktu yang aku berikan kepada mereka untuk menikmati kesenangannya sebelum kehancurannya datang, lihat saja tanggal mainnya, aku tersenyum sinis memandang 2 berkas yang ada di hadapan ku ini, aku cukup percaya diri bahwa aku jauh lebih mampu untuk menghancurkan hidup mereka.






Bersambung......

PEMBALASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang