Part 3

10.8K 705 7
                                    

Happy reading !!!

💫💫💫

Tok tok tok
Suara ketukan pintu, mengalihkan atensi ku, Ana muncul dari balik pintu.

"Nona Ara rapat akan segera di mulai, para klien juga sudah hadir, termasuk perusahaan Hamzah dan Orzon" Ucap Ana memberitahu.

"Mari kita ke ruang rapat"

Dengan nada memerintah, lalu aku beranjak dari kursi kebesaran ku, berjalan anggun menuju ruang rapat, di ikuti Ana sambil membawa berkas di tangannya.

Setelah sampai di pintu ruang rapat, aku berhenti sejenak, menarik napas dalam, guna meredakan jantung ku yang berdetak kencang, karena untuk pertama kalinya, aku akan bertatap muka lagi dengan wajah yang dulu merendahkan ku.

Pintu sudah di buka oleh Ana, perlahan dengan anggun, muka yang datar tanpa ekspresi, dengan dada membusung dan dagu terangkat tinggi, memancarkan aura anggun dan berwibawa.

Aku berjalan menuju tempat ku duduk untuk menjalankan rapat, aku tatap wajah mereka yang berada di ruangan, aku menangkap wajah terkejut dari Kris Aditama Orzon, lelaki tampan, cinta pertama ku, namun ia juga adalah salah satu alasan kesakitan ku.

Kris Aditama Orzon atau sering di sapa Kris adalah anak pertama dari pasangan Daniel dan Danisa Orzon, dia adalah teman ku sejak kecil sekaligus cinta pertama ku, lelaki yang pernah membuat ku berbunga-bunga dan merasakan indahnya dunia.

Namun naas cinta ku harus kandas, karena aku memergokinya tengah bermanja dengan Carla Grattenda, yang merupakan adik ku.

Sudah dapat ku pastikan dari gestur tubuh mereka, serta nada manja Carla yang membuat Kris semakin tersenyum gemas, bahwa mereka adalah sepasang kekasih, padahal aku dan Kris saat itu baru saja melangsungkan acara pertunangan.

Kecewa, hancur, patah hati, tak terima, benci itulah yang aku rasakan saat itu. Aku juga menangkap wajah terkejut serta tatapan yang tak bisa ku artikan dari manik biru Abraham Hamzah yang merupakan ayah kandung ku, ayah yang tega membuang ku dan menelantarkan ku.

Amarah dan dendam menguar ke udara, percikan-percikan api kecil sudah tercipta, namun sebisa mungkin aku tahan.

[Lihat lah.... anak yang kamu telantarkan berdiri anggun di singgasana ini Abraham]

[Lihatlah.... wanita yang kamu selingkuhi ini, dengan anggun memimpin kerajaan bisnis tersukses nomer 2 seasia Kris]

[Lihat lah aku baik-baik, Arabelle tengah mengepakkan sayap yang pernah patah berdiri anggun di hadapan kalian] Batin ku mengucap menggebu-gebu, meski aku tau mereka tak akan mendengarnya.

"Baik mari kita mulai rapatnya"
Ujar ku dingin.

Lantas Ana mulai memimpin rapat yang di adakan, cukup lama rapat berjalan hingga menghabiskan waktu 3 jam lamanya, namun aku bersyukur, karena rapat berjalan lancar, setelah rapat selesai, para klien yang lain menjabat tangan ku dan satu persatu keluar ruangan.

Kris juga mengulurkan tangannya, namun aku hanya memandang tangannya, aku tak berniat dan tak ingin menjabat tangannya, aku tak mau mengotori tangan ku, karena telah menjabat tangannya, lantas Kris menarik lagi tangannya karna tak kunjung mendapat balasan jabatan dari ku, maka tangannya di masukkan ke kedua sisi kantong celana.

"Semoga kita dapat bekerjasama nona Arabelle Hamzah" Ucapnya sembari mengucap nama panjang ku dan menunjukan senyumnya yang manis.

Jika dulu aku akan meleleh dengan hanya melihat senyumnya yang manis, namun kali ini aku merasa jijik dengan senyumnya, sungguh menjijikan ingin rasanya aku muntah di hadapannya.

"Ralat nama ku Arabelle tanpa ada Hamzah di belakang nama ku tuan Kris Aditama Orzon" Ucap ku dengan dingin dan tanpa ekspresi serta tatapan tajam, sekilas aku melirik wajah ayah ku yang nampak sedih akan perkataan ku.

Mengapa ia harus sedih, tak mungkin ia bersedih karena aku, lagi pula itu kan keinginanya, mencoret nama ku dari keluarga Hamzah, aku menepis fikiran ku yang menyimpulkan bahwa ekspresi dari Abraham adalah ekspresi sedih.

Tanpa kata Kris dan Abraham keluar ruangan, nampak sekali wajah Kris yang kesal, serta wajah Abraham yang muram dan tinggal lah seorang pemuda tampan, berwibawa, aura yang mencekam dan mengimintidasi tengah tersenyum menunjukan gigi gingsul yang mirip taring yang menambah daya tariknya.

"Nona Elle, wanita yang tangguh nan anggun, namun pemberani, salam kenal, semoga kita dapat bekerjasama" Sapanya yang entah mengapa membuat jantung ku tiba-tiba berdetak kencang, sepertinya aku tak asing dengan wajahnya dan suaranya.

"Maaf tuan apa kita pernah bertemu?" Tanya ku penasaran.

"Panggil saja aku Luciro nona Elle dan kita akan bertemu lagi, lain kali ingat nama ku saat kita berjumpa, saya permisi" Ucapnya dengan tatapan yang sulit aku artikan dan manik mata coklat itu aku merasa pernah melihatnya manik mata yang menenagkan serta menenggelamkan, menyeret ku lebih jauh ketengah-tengah pusaran asmara.

Jantung ku berdetak kala suara berat namun merdu memanggil nama ku "Elle" aku suka panggilan itu, tanpa sadar sudut bibir ku terangkat, aku tengah tersenyum, setelah 5 tahun aku tak pernah tersenyum seperti ini.

"Nona Ara mari kita makan siang" Ujar Ana yang tiba-tiba mengagetkan ku.

"Astaghfirullah Ana kamu mengagetkan ku" Ucap ku dengan kesal, namun Ana hanya diam memandang ku, tak mau terlalu memikirkannya, lantas saja aku dan Ana bergegas keluar untuk makan siang berdua.

Di saat jam kerja Ana akan bersikap profesional, namun saat jam kerja habis, Ana akan bermanja pada ku, berceloteh apapun yang ia rasa perlu ia ceritakan pada ku, termasuk masalah laki-laki, karena bagi Ana, aku adalah keluarganya, kakaknya, sandarannya sekaligus pelindungnya.

Aku pun menganggap Ana sebagai adik ku, keluarga ku, orang kepercayaan ku, aku menyayanginya, aku juga melindungin nya.



Bersambung....

PEMBALASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang