Part 38

7.6K 309 16
                                    

Pagi telah menyapa, setelah mengantarkan Arabelle ke kantor, Luciro segera memacu kendaraan besinya ke sebuah bangunan tua seperti kastil.

Baru saja ia turu dari mobil Lamborgini putihnya, sudah di sambut oleh Marko di depan pintu masuk. Luciro berjalan dengan santai melewati Marko begitu saja.

Tadi Marko memang sudah di kabari oleh Luciro perihal kedatangannya. Setelah mereka duduk di ruang khusus untuk Luciro mereka pun berbincang.

"Aku kira kamu sudah lepas tangan di klan ini" Marko mulai membuka obrolan ringan dengan Luciro, sudah lama mereka tak berbincang santai seperti ini, sudah lama pula ia juga tak bertatap muka terakhir kali Luciro datang ke markas adalah ketika ia baru pulang dari luar negeri, selebihnya Luciro tak pernah datang lagi, ia hanya akan meminta laporan dari anak buahnya dan hanya akan memantau dari kejauhan saja.

"Sudah mulai menyindir nih rupanya? Apa kamu bosan di sini mau aku kirim ke markas Jepang? " Luciro mendengus, selalu saja berbicara dengan Marko akan menguras banyak energi, walau begitu Marko dapat di andalkan.

Marko adalah tangan kanan Luciro, Marko adalah anak didik kakek Danzo di Jepang, lalu kakek Danzo membawanya ke Indonesia untuk ia percaya menjaga Luciro dan membantu Luciro mengurus klannya.

Mendengar dengusan dari mulut Luciro membuat seorang Marko yang sifatnya sebelas dua belas dengan Luciro ini terkekeh. Sudah lama sekali ia tak menggoda Luciro, suatu kesenangan bagi Marko untuk menggoda Luciro.

Mereka berdua bagai saudara, Marko sangat loyal dan setia, dia juga cekatan, cerdas dan dapat di andalkan. Mendengar kekehan tawa dari Marko membuat Luciro semakin kesal.

"Sudah puas kah kau mentertawakanku? Kalau sudah mari kita dengar laporan dari mu" Luciro mulai serius, ia membuka laptop lalu mengutak ngatiknya, kemudian matanya fokus mengamati layar laptop sambil mendengarkan laporan dari Marko.

"Kemarin klan queen menyerang tiba-tiba saat aku keluar, untung saja anggota queen yang menyerang sedikit, kayaknya anggota yang menyerang adalah anggota siap mati yang klan queen kirim untuk mengetahui seberapa kuatnya klan kita" Terang Marko.

Mendengar laporan dari Marko dahi Luciro mengernyit lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah Marko, Marko yang tau arti tatapan dari Luciro segera menjawab.

"Sama aku juga berpikir ada penyusup atau penghianat di anggota kita, karena terlalu aneh, kenapa waktu penyerangannya tepat ketika aku baru keluar di tambah anggota kita yang berjaga tak sebanyak biasanya, untung saja aku selalu melatih anggota kita dengan ketat mangkanya mereka dapat mengatasi penyerangan tiba-tiba ini" Marko menjelaskan sambil memandang Luciro.

"Bagus lanjutkan melatih mereka jangan sampai kendor, lalu kau sudah menangani para penyusup itu? " Tanya Luciro.

"Tenang saja aku sudah memasang banyak jebakan tinggal tunggu mereka memakan umpannya saja maka semua beres" Marko menepuk dadanya menyombongka diri di hadapan Luciro, Luciro yang melihat tingkah dan wajah tengil Marko hanya bisa mendengus.

"Bagus lanjutkan, oh ya bagaimana dengan Laras? "

Jika Marko tangan kanan Luciro maka Laras adalah tangan kirinya, kali ini Laras di tugaskan untuk menangkap Anastasya, Laras adalah perempuan yang tangguh, dia berjiwa kejam, hobinya menyiksa lawannya yang menurutnya pantas di siksa, maka dari itu ia di pilih kakek Danzo untuk menjadi tangan kiri Luciro.

"Berbicara tentang Laras, kayaknya dia lagi bersenang-senang dengan buruannya, terakhir ia bilang ia suka dengan buruannya kali ini karena Anastasya sangat licin di tambah pendukung di belakangnya yang misterius, jadi dia belum memberi laporan kelanjutannya, dan dia pesan jangan kawatir dia tak akan bermain lama-lama setelah puas bermain maka ia akan mendatangimu untuk menyerahkan tangkapannya" Marko sempat menghela nafas kasar kala membahas tentang Laras.

"Ya sudah aku akan membiarkannya bersenang-senang kali ini, tapi ingatkan dia jangan sampai membuat masalah atau mengecewakan aku"

Setelah memberi pesan ke Marko ia berdiri lalu berjalan keluar, ia mulai berkeliling melihat para anggotanya yang sedang berlatih beladiri dan senjata, setelah puas melihat hasil latihan para anggota ia pun pergi dari markas kali ini tujuannya adalah kantor.

Belum sampai kantor sebuah panggilan masuk dari Angga.
"Hallo" Sapa Luciro.

"Hay Ciro, ke club ku sekarang, ada pesta nih" Sahutan dari seberang telephone.

"No pelacur" Jawab Luciro tegas.

"Oke gampang hanya minum-minum doang kok, jangan kuatir aku tau kebiasaanmu"

"Oke aku on the way sekarang" Luciro mematikan panggilan secara sepihak, langsung saja ia memutar arah mobilnya menuju club malam Angga.

Setibanya di club, Angga sudah menunggu di mini bar, Angga yang melihat kedatangan Luciro langsung menyambutnya dengan sebuah tos ala pria.

"Wih udah dateng, makin ganteng aja nih yang habis tunangan" Ledek Angga

"Sialan kamu lagi ngatain aku kan? " Dengan mata menyelidik ke arah Angga, Angga pun tertawa terbahak-bahak, setelah menghentikan tawanya ia merangkul bahu Luciro untuk ia bawa ke ruangan khusus, ruangan dimana Angga mengadakan pesta.

Bersambung.....

PEMBALASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang