Part 11

7.5K 542 22
                                    

Happy Reading !!!!
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan comment kalian ya para readers!! dan terikamakasih atas dukungannya selama ini. ❤❤❤

💫💫💫💫

Luka yang tersayat,
Kian membiru,
Belum sepenuhnya pulih,
Sudah tersayat luka yang baru,
Dengan pisau yang sama,
Orang yang sama,
Dan tempat yang sama,

~ Arabelle ~

💖💖💖💖

Ada pepatah mengatakan darah lebih kental dari pada air, ada pula pepatah yang berkata sejahat jahatnya harimau tak akan pernah memakan anaknya sendiri, namun di kenyataan ini Arabelle telah mengalaminnya sendiri, bahwa memang ada beberapa pepatah yang memang benar darah lebih kental dari pada air

Namun bagiku ada pula pepatah yang salah ketika mengatakan sejahat jahatnya harimau tak akan pernah memakan anaknya sendiri, nyatanya orang yang lebih memiliki akal dan hati mampu menelan anaknya sendiri sama halnya dengan kedua orang tuanya yang mampu menghancurkannya dan menelantarkannya begitu saja.

Bahkan mereka sudah tidak perduli apakah anak kandungnya ini bisa tidur nyenyak atau tidak, atau anaknya ini kenyang atau kelaparan bahkan apakah anaknya ini hidup atau mati di jalanan, namun kini Arabelle menguatkan hati mengeraskan tekad ia tak akan mampu lagi di tindas seperti dulu tak akan pernah bisa lagi mereka menyentuh seujung kuku pun dari tubuhnya.

Seolah takdir sedang bercanda dengannya, kini ia malah di pertemukan dengan ibunya dan Carla saat ia asik makan dengan Luciro di restoran yang ada di dalam mall, tiba tiba saja Carla menggebrak meja makannya membuatnya telonjak kaget bahkan mata pengunjung di sekitar memandang kearah mereka seolah menanti pertunjukan menarik.

Brak... Suara meja yang di gebrak nyaring melonjakkan dada yang terkejut oleh ulahnya.

"Wanita murahan" Desisnya dengan kebencian nyaring memenuhi indra pendengaran, Arabelle menatap datar wajah dari sang pemilik tangan yang sedang beraksi membuat ulah.

"Berani beraninya kamu muncul lagi di hadapanku, kenapa kamu selalu muncul di hadapanku dan di manapun aku pergi, apa kamu menguntitku? " Tanyanya sarkas pedas bagai cabai yang digiling halus, Arabelle dengan tenang kembali memasukkan suapan makana ke mulutknya tak memperdulikan Carla yang marah marah tak jelas.

Apa dia bilang tadi "menguntitnya" apa dia buta kalau ini tempat umum kurang kerjaan banget ia harus menguntit wanita jalang ini, Luciro hanya memandang kearah Arabelle yang tengah makan dengan lahap dan tenang padahal musuhnya sedang berada di hadapannya, senyum samar tersungging di wajah tampan Luciro ini lah yang ia suka dari Arabelle, sikap tenang dalam kondisi apapun.

"Sudah lah Carla jangan bikin ribut di tempat umum"

deg.. Suara itu, suara yang selama ini ia rindukan suara sang ibunda tercintanya, kala mendengar suara itu Arabelle sempat berhenti sejenak tak lama hanya beberapa detik saja setelah ia tersadar dari keterkejutannya ia melanjutkan lagi aktivitasnya,

"Ngak bisa ma, wanita jalang ini menguntitku sedari tadi" Dengan nada manja dan bibir yang mencebik menunjukan bahwa ia sedang merajuk, Arabelle memutar bola mata jengah, akting yang memukau kenapa Carla tak jadi artis saja biar sekalian dapat penobatan sebagai ratu drama.

"Sudahlah jangan bikin malu, kamu ini putri semata wayang keluarga Hamzah ngak usah bikin malu seperti ini" Carla tersenyum puas kala sang mama mengingatkan bahwa hanya dirinya keturunan Hamzah.

Seketika api amarah yang dulunya hanya kecil kini telah membesar akibat mendengar perkataan ibundanya, tega sekali ibudanya itu, yang seharusnya keturunannya adalah Arabelle bukan Carla, yang anak kandungnya adalah Arabelle bukan Carla, hingga tanpa sengaja Arabelle mengeggam erat sendok dan garpunya dengan erat menahan sesak menyeruak begitu saja, mencekik hingga rasanya ia tak dapat bernafas dengan benar.

"Sayang"
Deg.. Jantung Arabelle berdetak kencang kala mendengar suara lembut Luciro, lalu Arabelle menatap manik mata hitam Luciro.

"Sayang, apa kamu mengenal mereka" Tanya Luciro dengan ekspresi seolah bingung padahal Luciro pun sudah tau siapa kedua wanita di hadapannya ini, yang pasti kali ini Luciro akan melindungi Arabelle.

"Tidak, abaikan saja mereka, mereka hanya pengemis yang sedang meminta makan" Ucap sarkastis Arabelle.

"Hemm, ya sudah.. makananmu sudah selesaikan mending kita langsung pergi saja dari sini, pengemis ini membuat selera makanku hilang" Luciro berdiri menjulurkan tangan ke arah Arabelle berharap Arabelle menerima uluran tangannya

Luciro berniat menggandeng tangan Arabelle dan benar saja Arabelle menjulur menerima uluran tangan Luciro untuk ia genggam, Arabelle memang sedang butuh pegangan untuk berhadapan dengan masa lalunya ini, perlahan mereka pergi meninggalkan kedua wanita yang menatap mereka dengan tajam.

"Kamu berani sekali kamu mengatai keturunan Hamzah sebagai pengemis" Teriak Carla yang masih memandang punggung Arabelle yang berjalan pergi

"Sudah lah Carla" Ucap sang mama menenangkan, padahal dalam lubuk hati sang mama tercabik kala anak kandungnya mengatai dirinya pengemis, rasa rindu yang ia tahan sekian lama semakin menumpuk ingin sekali ia memeluk anaknya itu

Anak yang ia lahirkan dengan susah payah, ibu mana yang sanggup melukai anaknya namun biarlah, biarlah sang anak membencinya demi menebus dosanya dan hutang budinya kepada ibu Carla.

💫💫💫

Ketika langkah kaki orang di sampingnya berhenti, secara tidak langsung membuat Arabelle menghentikan langkah kakinya juga, Arabelle mengernyit bingung,

"Kenapa? " Tanyanya kepada Luciro yang tengah membungkuk di hadapannya perlahan tangannya meraih kaki Arabelle yang sudah lecet dan menggantikan sepatu Arabelle dengan sandal yang tak sempat Arabelle pakai tadi sewaktu berada di restora.

"Jalan sudah pincang, tapi kamu tak merasakan sakit sedikitpun, bahkan kamu masih punya telinga untuk mendengar kakimu yang sedang berteriak kesakitan" Arabelle melongo dengan monolog Luciro dan benar saja kini ia dapat merasakan sedikit rasa nyeri mungkin kakinya tengah lecet akibat sepatu hak tingginya.

"Terimakasih" Dengan senyum tulus yang ia berikan kepada Luciro, ia merasa sebagai tuan putri dengan sikap Luciro yang menurutnya manis

"Tak usah berterimakasih, aku hanya menjalankan amanat kakek untuk tidak membawamu pulang dalam keadaan lecet" Ucapnya datar

Huftt
Aku menyesal mengatakan bahwa sikap luciro manis, aku tarik lagi kata-kataku yang menyebutkan bahwa perhatian yang di berikan Luciro adalah perhatian yang manis

Nyatanya kini ia merasa perkataan Luciro sang pahit untuk di telan, jengkel banget rasanya di perlakukan semanis dan setinggi mungkin namun sedetik kemudian di dorong terjun sampai ke tanah, dasar Luciro menyebalkan selalu saja membuatnya emosi bisa-bisa ia kena darah tinggi jika menghadapi Luciro, namun berbeda dengan Luciro yang diam-diam tersenyum melihat wajah cemberut Arabelle.

"Lebih baik aku melihat wajahmu yang cemberut jutek dari pada harus melihat wajahmu bersedih seperti tadi" Batin Luciro


Bersambung.......

PEMBALASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang