Sebuh belaian di kepala mengusik tidur Arabelle, perlahan ia membuka kelopak matanya dan membiasakan remang cahaya masuk kedalam mata. Arabelle mengernyit lalu memandang tangan yang berada di kepalanya, lalu memandang sang pemilik tangan, sebuah ekspresi datar terlihat dari wajah pucatnya namun masih tetap telihat tampan.
"Kau sudah siuman? Bagaimana kondisimu? Bagian mana yang sakit?" Tanya Arabelle beruntun sembari menggenggam tangan Luciro, namun sayangnya Luciro hanya diam dan memandang Arabelle dengan ekspresi yang tak terbaca. Arabelle memencet tombol yang ada di samping ranjang, tak lama seorang dokter pria yang masih nampak muda serta diikuti oleh suster masuk keruang rawat.
"Selamat pagi tuan Luciro, saya akan memeriksa keadaan tuan terlebih dahulu" Sapa sang dokter ramah, jangan lupakan senyumannya yang manis. Arabelle hanya mengamati dari tempat ia duduk membiarkan sang dokter memeriksa lebih lanjut keadaan Luciro, entah sejak kapan Luciro sudah membuka mata yang pasti ia bersukur bahwa Luciro sudah siuman.
"Bagaimana keadaannya dokter?" Arabelle memandang sang dokter, setelah ia melihat sang dokter sudah nampak selesai memeriksa Luciro, maka Arabelle memutuskan untuk bertanya, tak ia pungkiri bahwa ia sedang dilanda kekawatiran dan rasa takut kehilangan yang masih berada dalam benaknya.
"Alhamdulillah sudah mulai membaik tinggal perawatan luka luar saja dan tuan Luciro masih memerlukan banyak istirahat" Ucap sang dokter sembari berpamitan untuk memeriksa pasian lain.
"Terimakasih dok" Balas Arabelle yang lega mendengar pernyataan sang dokter. Arabelle mengalihkan pandangannya ke arah Luciro yang masih betah diam, sehat atupun lagi sakit masih saja dingin. Tangan Luciro terulur ke arah nakas nampaknya ia ingin mengambil minuman yang ada di atas nakas dengan susah payah. Arabelle yang tau bahwa Luciro haus mengambilkan gelas kaca dan menyodorkannya ke Luciro.
Luciro menerimanya lalu meminum air dalam gelas hingga tersisa setengah, nampaknya dia benar-benar kehausan, setelah merasa cukup Luciro menyerahkan kembali gelas itu ke Arabelle agar Arabelle mengembalikan gelas itu ketempatnya.
Hanya keheningan yang ada dalam ruangan ini, setelah beberapa saat terdengar suara serak Luciro mencoba memecah keheningan. "Kamu tidak pulang?"
"Bagaimana aku bisa pulang kalau kamu saja masih di sini lagian sebentar lagi kakek,mama dan papa juga akan sampai di sini" Jelas Arabelle sembari memainkan gawainya, sebenarnya Arabelle ingin menanyakan banyak hal namun ia urungkan mengingat bahwa luciro baru siuman.
"Kamu tidak kekantor? " Tanya Luciro lagi, nampaknya dia tak akan berhenti bertanya jika tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan, ingin sekali Arabelle menggetok kepala Luciro jika saja status Luciro tidak sebagai pasien.
"Aku cuti, jangan geer karena ini perintah kakek agar aku menjagamu"
"Elle, kamu sudah makan? "
"Belum sebentar lagi aku akan makan kalau sudah memastikan kamu kenyang terlebih dahulu" Tiba-tiba pintu terbuka, masuklah kakek Danzo yang di ikuti oleh mama dan papa Luciro, mereka langsung memeluk Luciro secara bergantian, nampaknya mereka datang tergesa-gesa kala mendapatkan kabar dari Arabelle tentang kondisi Luciro yang sudah siuman.
"Kakek bisa kah kita bicara di luar?" Tanpa menjawab pertanyaan Arabelle kakek Danzo berjalan keluar, Arabelle menyusulnya setelah berpamitan kepada mama dan papa Luciro.
"Apa yang mau kamu tanyakan Elle? " Tanya kakek Danzo setelah Arabelle duduk di sebelahnya.
"Bagaimana perkembangannya kek? " Tanpa basa-basi Arabelle menanyakan perkembang kasus Luciro.
"Jon dan Ana sudah mengurusnya, kamu tak perlu khawatir Elle, kamu hanya harus fokus ke perawatan serta pemulihan Ciro"
"Iya kek tapi siapa sebenarnya Anastasya itu? Mengapa ia mencelakai Ciro kek? " Dengan rasa penasaran yang tak bisa Arabelle tutupi lagi
"Baiklah kakek akan bercerita tentang suatu hal.... " Kakek Danzo mulai menceritakan tentang Anastasya.
Anastasya Herlina adalah teman Luciro kala ia menempuh pendidikannya di luar negeri, mama Anastasya dan mama Luciro diam-diam telah menjodohkan mereka, namun sudah berbagi macam cara mereka lakuk Luciro tetap menolak dengan perjodohan mereka, hingga suatu ketika kekek tau tentang perjodohan Luciro dan Anastasya yang tak meminta pendapat sang kakek, kakek Danzo marah besar dan tak menyetujui perjodohan itu, dan mama Luciro dengan terpaksa membatalkan perjodohannya.
Anastasya tidak terima, ia marah besar, dia bertekat jika bukan dia pendamping Luciro maka tak ada satu wanita pun yang bisa menjadi pendamping Luciro, banyak wanita yang dekat dengan Luciro meninggal dengan cara yang tidak wajar, mulai dari percobaan bunuh diri, kecelakaan, hingga overdosis dan semua bukti kasus itu menunjuk ke arah Anastasya dan semenjak itu pula Anastasya menghilang hingga entah bagaimana cara Stevi menghubunginya dan menjalin kerjasama untuk memisahkan Arabelle dan Luciro, namun sayang rencana mereka gagal.
Karena marah Anastasya ingin mendatangi Arabelle dan berniat mencelakainya saat itu juga dan lagi-lagi Luciro menggagalkan aksinya, Anastasya semakin marah dan menggila hingga dia berniat membunuh Luciro, karena jika Luciro tiada maka Arabelle juga tak akan bisa memilikinya.
Mendengar Cerita kakek Danzo tentang Anastasya membuat Arabelle menggertakan giginya, ia tak menyangka wanita yang ia lihat sedang makan bersama Luciro di seberang restoran itu adalah Anastasya dan Luciro berusaha melindunginya, itu sebabnya Luciro memperingatinya untuk jangan pulang sendiri dan hanya boleh pulang jika dengan di antar oleh Arman sekretaris sekaligus tangan kanan Luciro.
Apakah Arabelle akan menangkap Anastasya yang bersembunyi dengan tangannya sendiri? atau memasrahkan semuanya di tangan sang kakek?
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBALASAN
RomansaSeorang wanita cantik, berjalan anggun menuju ruang rapat. Hari ini adalah hari yang di nanti Arabelle, akhirnya setelah sekian lama ia mampu bertatap muka dengan orang di masalalu, bukan sebagai anggota keluarga melainkan sebagai klien bisnis. Set...