Part 24

5.8K 389 2
                                    

Mencinta orang yang tidak mencintai kita akan menorehkan luka semata, Apalagi jika orang yang kita cinta tak pernah menganggapnya ada.

~ Sindi ~

Gaun tanpa lengan berwarna merah melekat indah pada tubuh Arabelle, lekuk tubuh seksinya terlihat jelas, polesan make up tipis dengan rambut yang di gelung keatas menambah keanggunan Arabelle, lengkap dengan high hils yang semakin mempercantik kaki jenjangnya menambah sempurnanya penampilan Arabelle.

Mobil Lamborgini putih sudah terparkir manis di depan pintu masuk mansion megah Arabelle, pria tampan berjas biru dongker lengkap dengan dasi kupu-kupu itu sudah menunggu sang pujaan hati untuk ia bawa naik ke kereta besinya.

Setelah lama menunggu akhirnya ia melihat tanda-tanda kehadiran tuan putrinya, benar saja Arabelle berjalan anggun menghampirinya.

Luciro nampak terpanah oleh sosok bidadari yang sedang berjalan menghampirinya "Sempurna" satu kata yang cocok menggambarkan sosok wanita cantik yang sudah berdiri dengan senyum manis di hadapannya. Luciro diam memandang Arabelle lekat, ia tak dapat mengalihkan tatapannya, ia terpaku oleh keindahan yang ada di hadapannya.

Hingga deheman Arabelle menyadarkan keterpesonaanya melihat penampilan Arabelle malam ini.

"Ehem..." Arabelle berdehem guna meredakan sikapnya yang tiba-tiba salah tingkah, di tatap intens oleh pria yang baru ini mengusik kepalanya membuat Arabelle gugup. Apalagi dengan penampilan Luciro yang tampak terlihat semakin tampan malam ini membuatnya semakin berdebar.

"Sudah siap? ayo masuk" Luciro membukakan pintu mobil bagian depan, Arabelle pun langsung memasuki mobil Luciro bergantian dengan Luciro yang juga sudah duduk di bagian kemudi. Jika sedang bersama Arabelle ia memang lebih suka mengendarai mobilnya sendiri, berbeda jika ia sedang sendiri maka ia akan memilih di supirin oleh supir khusus yang melayaninya.

"Kita mau kemana? " Tanya Arabelle memecah keheningan, sebenarnya Arabelle tak tau akan Luciro bawa kemana, setelah beberapa hari tak bertemu tiba-tiba saja Luciro mengirim sebuah gaun lengkap dengan high hils dan perhiasan yang ia kenakan saat ini, selera Luciro memang sudah tak dapat di ragukan lagi, Arabelle sangat menyukai pilihan Luciro.

Setelah Arabelle menerima paket dari Luciro segera ia menelephone sang pengirim guna menanyakan maksut dan tujuan pria itu memberinya sebuah gaun mahal.

Arabelle menanyakan untuk apa gaun indah yang ia kirim namun dengan entengnya Luciro bilang agar Arabelle memakainnya dan Luciro akan menjemputnya di waktu yang sudah Luciro tentukan dan di sinilah mereka sedang berada. Di sebuah pesta mewah yang di adakan oleh teman Luciro yang bernama Stevan.

Stevan sedang mengadakan resepsi mernikahannya, karena Luciro tak bisa hadir di acara sakralnya maka Luciro memutuskan untuk hadir di acara resepsinya. Wanita cantik bergaun pengantin diam-diam menatap Luciro dengan mata sendu, nampak jelas ada binar cinta di wajah sang pengantin wanita kala memandang ke arah tunangannya ini. Arabelle mulai menerka dan penasaran dengan hubungannya Luciro dan sang pengantin wanita.

Seperti biasa Luciro cuek dan tak memandang sang pengantin wanita ia hanya asik bercengkrama dengan Stevan.

"Selamat atas pernikahan mu Stevan, kau nampak gagah dengan stelan jas pengantin ini" Gurau Luciro dengan sedikit terkekeh, baru kali ini Arabelle melihat Luciro sebahagia ini, senyum manis di wajahnya tak terlepas kala ia bercengkerama dengan Steva.

"Jadi sebelumnya aku tidak gagah? " Tanya Steven dengan mendengus tak terima, lalu tatapan Steven beralih menatapku dengan intens.

"Jangan menatap wanita ku seperti itu Stevan" Nada datar Luciro mengintrupsi Steven agar tak memandang Arabelle lebih lama, tangnnya semakin memeluk pinggang Arabelle posesif. Stevan memutar bola mata jengah.

"Kau selalu saja tak mengizinkanku memandangnya, padahal sedari dulu kita teman sekelas, sikap posesifmu terhadap wanitamu ini tak pernah berubah" Kata Steven dengan nada menyindir mengungkit masalalu mereka. Stevan dan Luciro memang sudah berteman semenjak mereka di dalam kandungan. Mama Stevan dan mama Luciro sudah bersahabat sejak lama.

Bahkan sudah menjodohkannya jika saja kedua anaknya tak berjenis kelamin sama, pasti yang sedang ada di samping Stevan kini adalah Luciro. Sayangnya harapan untuk menjodohkan mereka harus pupus kala anak mereka terlahir dengan jenis kelamin yang sama yaitu laki-laki.

Mendengar pernyataan dari mulut Stevan menambah satu lagi kenyataan yang terbuka, namun Arabelle memilih diam sampai tiba saatnya nanti Luciro sendiri lah yang akan menceritakan semua kenyataan yang terkuak secara perlahan ini.

"Diam lah Stev kalau tidak akan aku jahit mulutmu itu" ucap Luciro sarkas, ia sedikit melirik ke arah Arabelle berharap bahwa Arabelle tak curiga dengan perkataan Stevan, belum saatnya Arabelle tau.

Lagi lagi Stevan mencibir dengan decakan sebal yang kentara ia tunjukan ke arah Luciro.

"Selamat ya atas pernikahannya kamu cantik banget deh" Sapa Arabelle jujur kepada pengantin wanita meski ia tak kenal dengan mereka, namun sang pengantin wanita hanya diam tak membalas ucapan Arabelle justru ia malah menatap Arabelle dengan tajam, ketidak sukaannya terhadap Arabelle tentu karena ia datang dengan Luciro orang yang sebenarnya ingin ia nikahi, apalagi dengan sikap posesifnya Luciro yang tengah memeluk erat tubuh Arabelle membuatnya semakin geram.

Sindi pengantin wanita Stevan yang sudah menyimpan rasa lama ke Luciro justru berakhir menikah dengan Stevan teman Luciro, jika saja ia tak mengandung anak Stevan karena ulahnya sendiri, mungkin yang ada di sampingnya dan menjadi suaminya kini adalah Luciro.

Karena kecerobohannya ia gagal menjebak Luciro untuk tidur dengannya, bukan hanya gagal malah Stevan yang terjebak dengan rencananya hingga membuatnya hamil anak Stevan. Sungguh miris dan sial nasib Sindi, tapi Sindi sudah bertekat jika anaknya lahir ia akan menggugat cerai Stevan dan mengejar Luciro apapun status Luciro nanti ia tak perduli.

Rasa cintanya telah membutakan akal dan hatinya,membuat Sindi seolah bagai pengganggu dalam hidup Luciro, bahkan sangking jijiknya ia terhadap Sindi ia tak mau hanya sekedar berjabat tangan apa lagi bertatap muka. Jika bukan karena Stevan sahabat kecilnya ia tak akan sudi untuk datang ke acara pernikahan Sindi.

Sikap Sindi sudah tak dapat di tolerir lagi oleh Luciro, bahkan secara terang terangan ia menolak kehadiran Sindi di lingkungannya. Namun kini ia harus meredam ketidak sukaannya terhadap Sindi demi menghargai Stevan.

Stevan sendiri juga sudah tau bagaimana hubungan Sindi dan Luciro. Jika tak di paksa oleh keluarga nya Stevan pun tak mau menikahi Sindi,apalagi Stevan juga tak percaya jika Sindi tengah hamil anaknya. Pasti ini hanya salah satu starategi Sindi biar bisa di terima kehadirannya oleh Luciro,lalu diam-diam ia akan melancarkan lagi aksinya.



Bersambung...

PEMBALASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang