Part 9

8.1K 614 15
                                    

Happy readers !!! maaf baru update 🙏

💫💫💫💫

Kamu adalah semangat ku,
Dalam menjalani hari jemu ku,
Kamu adalah tujuan ku,
Menggapai semua impi ku,
Kamu adalah alasan ku,
Untuk bertahan dikala
badai menerpa ku,
Dan kamu adalah tempat ku
untuk berpulang,

~Luciro~

💗💗💗

Pagi telah datang, sinarnya mentari menari-nari di iringi melodi, kicauan burung menyanyi riang menyambut pagi hari yang terasa indah, aku sudah duduk di kursi di apit oleh dua pahlawan ku kakek Danzo yang gagah nan rupawan dan Luciro pria tampan yang dingin.

"Luciro hari ini kamu antar Arabelle ke kantornya dengan selamat tanpa kurang satu apa pun" Ucap kakek memulai pembicaraan ringan sebelum sarapan di mulai.

"Ya kek"

"Baiklah mari kita mulai sarapannya"

Seperti biasa dengan hening menyelimuti suasana, aku menangkap gelagat Stevi yang diam-diam mencuri pandang ke arah Luciro, namun ku pandang Luciro cuek saja tak terpengaruh sedikit pun.

Ia lebih asik menikmati hidangan yang ada di hadapannya tanpa perduli di sekitarnya, nampaknya makanan khas indonesia ini menjadi menu favoritnya yaitu sambal hijau padang lengkap dengan daun singkong rebusnya yang gurih serta rendang daging dan perkedel memanjakan lidah, mengenyangkan perut.

Nampaknya aku harus belajar masakan padang jika aku menjadi istrinya nanti, huh belum menikah saja aku sudah berpikir untuk belajar memasak untuknya, aku menggeleng pelan mengusir fikiran yang kemana-mana.

Acara sarapan pagi pun usai, aku berpamitan kepada kakek untuk pergi ke kantor, aku memeluk kakek sayang, enggan rasanya meninggalkannya, sebenarnya aku masih ingin bermanja padanya, tapi tanggung jawab ku kepada ribuan karyawan mengharuskan ku untuk meninggalkan sang kakek.

Setelah selesai acara berpamitan ku tiba-tiba di depan pintu Stevi sudah berdiri gusar di sana.

"Kak ciro bisakah kau mengantarkan ku dulu ke kampus" Cicitnya sambil memegang kecil lengan Luciro, Luciro hanya memandang kemejanya yang di pegang Stevi, tatapan tak suka tersirat jelas di manik matan yang hitam legam.

"Lepas" Bentaknya yang mengagetkan ku, aku mengelus dada guna meredakan detak jantung ku yang maratoon, lantas Stevi pun melepaskan genggamannya, nampak raut wajah takut tersirat jelas di wajah ayunya.

"Aku sudah telat, kamu pergi sendiri, ngak usah manja" Luciro pun berjalan masuk ke mobil yang langsung ku ikuti dari belakang, aku menoleh sebentar ke arah Stevi yang matanya berkaca-kaca seperti ingin menangis.

Lalu mobil pun melaju membelah padatnya jalanan ibukota, hening senyap menyelimuti suasana dalam mobil, aku dan Luciro bungkam tanpa sepatah kata, ia memilih fokus ke arah jalanan, tak lama kemudian mobil berhenti di depan kantor AR Crop, aku pun turu.

"Terimakasih" Ucap ku kepada Luciro yang masih duduk di kemudi, namun ia membuka sedikit kaca mobilnya, ia mengangguk dan melajukan mobilnya meninggalkan perusahaan AR Corp.

Aku bergegas menuju ruang kebesaran ku, di dekat pintu masuk Ana sudah menunggu ku sembari membawa buket bunga lily putih besar.

"Langsung buang ke tempat sampah saja" Ujar ku to the point.

Lalu Ana langsung membuang buket bunga lily itu, bisikkan tak lepas dari pendengaran Ana, Ana hanya memandang karyawan sekilas lalu berjalan ke ruangan Arabelle, setelah mengetuk pintu, Ana masuk membawa tab yang berisi serangkaian jadwal untuk Arabelle, Ana mulai membacakannya, di akhir kalimat Ana berucap

"Nona Ara tuan Kris tadi mencari anda dan membawa sebuket bunga lily yang tadi saya buang, ia berpesan nanti siang akan berkunjung kesini lagi"

Nampaknya Kris tak patah semangat, aku mendengus sebal mendengar nama Kris pagi gini membuat mood ku berantakan.

Di tengah moodnya yang berantakan terdengar dering ponsel Arabelle menyita perhatiannya, sebab nomer baru yang menghubunginya, menebak dan menerka itulah yang di lakukan Arabelle hingga panggilan yang ke tiga Arabelle baru mengangkat telvonnya.

"Haloo" Sapa Arabelle

"Haloo, Elle nanti siang aku jemput, kita akan ke toko perhiasan sesuai perintah kakek"

"Oke"

Tut tut tut...

Panggilan di akhiri secara sepihak, suara seksi yang baru saja berbicara di telvon tak ayal mengembalikan mood Arabelle yang tadinya hancur, Arabelle pun tak tau mengapa hanya dengan mendengar suaranya saja sudah menjadi mood booster buat Arabelle, hari ini sudah di pastikan akan damai bagi Ana dan para karyawan lain sebab mood Arabelle yang sedang baik.

♉♉♉♉

Seperti yang di katakan Ana tadi pagi bahwa Kris akan mengujunginya lagi saat jam makan siang tiba, sialnya kini ia tengah berpapasan denganya di lobi.

"Arabelle nampaknya kamu sudah tidak sabar makan siang dengan ku sehingga kau memutuskan untuk menyambut ku di lobi"

Arabelle hanya memutar bola mata jengah enggan membalas perkataan Kris yang tingkat ke PD.annya selangit itu, kini ia berharap Luciro segera sampai hingga ia dapat pergi dari hadapan Kris.

"Kamu mau makan di restoran mana? " Pertanyaan Kris yang ku abaikan.

"Naik mobil ku saja biar praktis"
Ucapnya lagi yang masih aku abai kan.

Biar tau rasanya di abaikan, seperti dulu ia yang selalu mengabaikan ku, setiap kali ia akan mengajaknya makan, bahkan Kris lebih memilih makan dengan Carla di banding aku yang notabennya adalah tunangannya.

Sesak di kala ingatan menyakitkan itu menguar begitu saja di ingatan ingin sekali aku menghapus segalanya tentang Kris, untung saja tak begitu lama aku menghirup udara yang sama dengan Kris, sebab pahlawan ku telah tiba.

Ia melambaikan tangan ke arah ku sambil tersenyum manis yang membuat jantung ku berdetak tak berirama, kala memandang senyumnya yang menambah pesona, jarang sekali aku melihatnya tersenyum seperti ini sekalinya tersenyum ia mencairkan gunung es, seketika aku tersadar kala pinggang ku di rangkul mesra olehnya.

"Kamu sudah menunggu lama Elle?" Suara lembut Luciro menyapu pendengaran ku.

"Tidak aku baru saja turun" Ucap ku gugup, ada glanyeran aneh kala tangan besar ini merangkul pinggang ku serasa nyaman dan aman kala berada di pelukannya.

"Seharusnya kamu tak perlu turun biar aku saja yang ke atas, lain kalai jangan di ulangi" Ucapnya mesra sambil menoel hidung ku, aku hanya bisa mengangguk pasrah, sedikit aneh tingkah Luciro siang ini apa karena ada Kris di sini sehingga dia berpura-pura mesra di hadapannya.

"Lepaskan tangan anda tuan Luciro" Sentak Kris yang sedang menggertakan giginya tanda bahwa ia sedang tersulut emosi, namun Luciro santai menanggapi sikap Kris yang berlebihan.

Tangan Kris terulur mencoba menggapai tangan ku untuk ia pegang dan membebaskan ku dari pelukan mesrah Luciro namun perkataan Luciro telak menghentikan pergerakan tangan Kris.

"Jangan coba menyentuh seincipun tubuh tunangan saya tuan Kris"
Dengan nada dingin dan tajam, Kris melongo dan membulatkan matanya terkejut.





Bersambung.......

PEMBALASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang