Part 23

6.1K 416 6
                                    


Pasti ada momen ketika kita lelah dengan semua yang terjadi dalam hidup kita. Lalu apa yang kamu lakukan jika sedang berada di momen itu? Jika itu Arabelle, maka akan ia jawab "TIDUR".

Selain tidur bisa mengistirahatkan fisik dan otak yang lelah, Arabelle juga percaya bahwa ketika tidur Arabelle akan melupakan semua hal yang terjadi, lalu tuhan dengan segala kebaikannya membuat Arabelle bermimpi indah, sebuah mimpi yang yang menyelipkan sebuah harapan dan makna, bahwa bagi tuhan tempat ini kecil, maka jalani saja dengan hati lapang, yang pasti apapun yang kamu lakukan sertakan tuhan dalam setiap urusan.

Itu sebabnya Arabelle memilih tidur, bayangkan saja, fisik, fikiran apalagi hati kita sudah lelah beraktivitas mulai pagi hingga petang, pasti tubuh kita butuh istirahat, jika tidak di istirahatkan maka tinggal menunggu waktu agar tubuh kita mencapai batasnya, jika sehari saja kita tak mengistirahatkan mata maka mata kita akan merah.

Begitulah devinisi tudur bagi Arabelle, tidur juga solusi bagi Arabelle jika sedang lelah oleh keadaan atau sedang tertekan oleh permasalahan, jika sudah tidur maka ketika kita membuka mata pasti Arabelle akan siap untuk menjalani hari, menyelesaikan apa yang harus di selesaikan.

Maka dengan ajaibnya, ketika kamu membuka mata, hari mu akan terasa indah, beban mu akan berkurang, jiwa mu tidak terguncang dan kamu akan bersemangat memulai aktivitas mu.

Itulah lah yang sedang di lakukan Arabelle, ia baru saja membuka mata bersiap memulai harinya, entah hari ini akan menyenagkan atau akan banyak konflik yang akan di laluinya, namun ia tetap harus melaluinya, hidup harus tetap berjalan sesui kodratnya.

Pagi sekali, Ana sudah berada di mansion untuk menjemput Arabelle, karena hari ini Luciro tak bisa menjemputnya, alasannya karena ia ada meeting pagi dengan kliennya, Arabelle yang tau bagaimana padatnya jadwal pemimpin perusahaan memaklumi keadaan Luciro.

Saat Arabelle sedang berada di perjalanan menuju kantor terdengar notifikasi dari handphone Arabelle.

[ Sudah sampai kantor? ]
Pesan singkat yang di kirimkan oleh Luciro menghangatkan hatinya.

[Masih dalam perjalanan ke kantor, kamu sudah di kantor?] Balasan Arabelle, hanya mengetik kalimat singkat saja sampai membuat Arabelle senyum sendiri, karena baru kali ini ia melakukan hal konyol seperti ini berbalas pesan dengan seseorang, ia harus mengirim kabar pada Luciro setiap hari, begitu pun sebaliknya, kesepakatan konyol yang ia setujui begitu saja, karena takut dengan ancaman Luciro yang akan mengirim penguntit jika ia tak menyetujui persyaratannya, terpaksa Arabelle mengiyakan.

"Ya elah satu mobil sama orang yang lagi kasmaran, berasa satu mobil sama orang gila" Celetuk Ana yang memang sedari tadi mengamati tingkah aneh Arabelle, saat ia menjemputnya di mansion, sang atasan yang sudah ia anggap kakaknya ini bertingkah aneh semenjak kehadiran pengusaha tampan nomer 1 se Asia itu.

"Kamu ngejek aku ngak waras? awas aja kalau kamu udah jatuh cinta pasti bakal ngelebihin aku gilanya" Cetus Arabelle yang tak terima di ejek gila oleh Ana.

"Ngak bakalan, ogah aku kalau harus senyum-senyum tanpa tau tempat". Gerutu Ana, tak ada di dalam kamus Ana bahwa dia harus berkirim pesan pada pasangannya kelak karena pasti bakal buang waktu.

"Nih gara-gara kamu ngomong gitu pesanku malah ngak di balas tau" Gerutu Arabelle menyalahkan Ana karena Luciro sudah tak membalas pesannya, bahkan tak di baca oleh Luciro, padahal ia masih ingin berkirim pesan pada tunangannya itu, beberapa hari tak bertemu ada rasa aneh dalam dirinya.

Karena kesibukan Arabelle dan Luciro yang membuat mereka tak dapat bertemu, padahal baru 1 minggu lamanya, tapi rasanya waktu berjalan lambat dan ketika mendapat notifikasi pesan atau panggilan dari Luciro ia jadi bersemangat bagaikan dapat asupan energi untuk menjalani rutinitasnya, ia juga akan sangat bahagia bagai baru menang lotre.

"Kenapa nyalahin aku? mungkin dia lagi di ruang meeting orang sibuk kayak dia mah sibuknya ngalahin kita yang levelnya di bawah dia dan juga tanggung jawabnya besar" Ucap Ana bijak.

Arabelle hanya mendengus sebal, Ana tak akan tau rasanya menahan rindu yang kata Dilan tokoh dalam novel yang sering Arabelle baca, "Rindu itu berat" dan di benarkan oleh Arabelle bahwa rindu itu memang berat.

Ana yang tak pernah jatuh cinta dengan seorang pria tak akan tau rasaanya menahan rindu, apa lagi Ana yang punya trauma dengan laki-laki, bagi Ana laki-laki tak pantas di kasih hati nanti jadinya nglunjak, maklumin saja karena masalalu Ana yang membuat cara berfikir Ana berbeda.

💫💫💫💫

jika arabelle sedang merindu beda hal dengan Carla Grattenda yang sedang menerima kemarahan dari Abraham, atas kekonyolannya untuk bekerja di perusahaan Hamzah sebagai Ceo di saat dirinya sedang hamil muda.

Bukan tanpa alasan Carla membujuk sang ayah angkat agar mau menyerahkan posisinya pada dirinya, karena Carla merasa punya hak atas perusahaan itu, ia juga ingin menyaingi perusahaan AR Corp, merebut semua klien yang bekerja sama dengan perusahaan itu, tanpa tau bahwa perusahaan Hamzah sudah di balik nama atas nama Arabelle, itu artinya perusahaan itu milik Arabelle dan Abraham bekerja di bawah pengawasan Arabelle.

Jika Arabelle mau pasti sudah mendepak Abraham dari perusahaan itu, beruntungnya Arabelle masih mau memperkerjakan Abraham, karena Arabelle tau sang ayah pasti butuh untuk menghidupi keluarganya yaitu sang bunda yang tak pernah hidup susah dan Carla yang sudah tak punya apa-apa sebab suaminya yang di penjara, sumber pemasukannya hilang.

Walau bagaimana pun Abraham dan Ibundanya adalah orang tuanya, darah mereka mengalir dalam tubuhnya, terlepas dari rasa kecewanya terhadap keluarganya, Arabelle tetap menjalankan kodratnya sebagai anak, yah hitung-hitung membalas budi karena mereka sudah membesarkannya dan merawatnya.

"Jangan cari penyakit jika tak mau sakit" Petuah dari Abraham, seolah itu pengalaman yang pernah ia alami, tapi wanita yang di kasih petuah jusatru tak mendengarkan, ia telah di butakan oleh dendam.

"Papi sudah janji mau melakukan apapun untuk menebus kesalahan Papi karena sudah mencelakai Ibu kandung ku kan, jadi mulai besok aku akan bekerja di perusahaan Hamzam, anggap saja itu ganti rugi terhadap nyawa ibu ku"

Carla menusuk luka Abraham di tempat yang tepat, ia mengingatkan akan kesalahan Abraham, jika bukan karena Abraham pasti ibunya masih hidup sekarang.

Abraham sudah tak tau lagi harus bagaimana, rasa salahnya kian membesar setiap kali di ingatkan tragedi kematian ibu kandung Carla, hingga Abraham dan sang istri harus kehilangan putri semata wayangnya.

Bersambung...

PEMBALASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang