Part 8

8.4K 534 9
                                    

Wahai kekasih,
Aku bersyukur tuhan menjadikan mu sebagai pelengkap ku,
Lilin penerang ku dikala lampu padam,
Cahaya ku dikala gelap gulita,
Bintang ku pelengkap langit malam,
Pelangi ku dikala hujan mereda,
Senja ku menghiasi cakrawala,

~Arabelle~

❤❤❤

Denting sendok dan garpu saling beradu, suasana hening menyelimuti ruang makan, ini lah kebiasaan yang di terapkan oleh kakek Danzo Marquez, tata krama saat makan itu penting menurutnya, setelah makan malam kami semua berkumpul di ruang tengah.

"Ada yang mau kakek sampaikan"

Semua diam bersiap mendengarkan apa yang akan kakek Danzo sampaikan, lantas tiba-tiba suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian, aku terkejut menatapnya, dia laki-laki yang menyapa ku di ruang rapat, ia berjalan perlahan mendekati sang tuan rumah.

"Maaf kek saya telat" Dengan muka datar ia berucap kepada kakek Danzo.

"Kamu ngak biasanya telat, kali ini apa alasannya? "

"Yah mau bagaimana lagi kek, kroco-kroco itu menghalangi jalan ku, terpaksa harus kubereskan dulu"
Dengan muka datar tanpa ekpresi lalu ia bergegas duduk di kursi yang tersisa, kakek Danzo hanya mangut- mangut tanda bahwa ia mengerti,

"Kita lanjut lagi pembahasannya berhubung Ciro sudah hadir disini" Ucap sang kakek sambil memandang satu persatu wajah yang ada di hadapannya.

"Ehem," Kakek Danzo berdehem sebelum ia melanjutkan ucapannya.

"Saya akan menjodohkan Arabelle dengan Ciro, bagaimana menurut kalian? "

Aku tersentak kaget, lalu ku pandang wajah Ciro yang masih datar tak bergeming.

"Kek kenapa harus Arabelle kenapa bukan aku yang di jodohkan dengan kak Ciro" Ucap salah seorang gadis yang aku tau bernama Stevi.

"Iya pah, kenapa bukan Stevi saja yang di jodoh kan dengan Ciro? Arabelle tidak pantas menjadi pendamping Ciro, asal usul serta bebet bobotnya tidak jelas" Ucap Aryo yang merupakan anak angkat kakek Danzo, itu artinya Stevi adalah sepupu Luciro walau pun tak sedarah, toh Stevi juga anak angkat Aryo.

Namun kakek hanya diam memandang tanpa kata tanggapan atau jawaban atas pertanyaan Aryo, sebab menurutnya pendapatnya tidak penting toh kakek Danzo sudah mengambil keputusan, ia menanyakannya karena ingin melihat tanggapan mereka saja.

"Bagaimana pendapat mu Arabelle? " Tanya Alex ayah Luciro menayakan pendapat ku,

"Saya terserah kakek saja, apa pun keputusan kakek, aku akan setuju" Ucap ku pasrah, karena tanpa kakek Danzo mungkin aku sudah mati di jalanan, rasa hutang budi serta kepercayaan ku terhadap kakek, membuat ku enggan untuk menolak.

Aku yakin kakek pasti melakukan yang terbaik untuk ku, selama 2 tahun hidup bersamanya, aku mengerti satu hal bahwa kakek adalah sosok yang baik, dingin dan kejam adalah sampul untuk melindungi yang menurutnya berharga, dan aku bersyukur atas bimbingannya aku mengenal dunia yang kejam ini.

Aku memandang wajah kakek Danzo yang datar namun matanya meneduhkan, memberi ku ketenangan dan rasa aman kala aku memandangnya.

"Lalu bagaimana menurut mu Ciro? " Tanya paman Alex kepada sang anak, aku mengagumi sikapnya yang menanyakan pendapat kedua belah pihak tanpa memaksa dan menghakimi.

"Saya setuju" Jawab singkat Luciro dengan wajah yang masih datar, aku sedikit merasa aneh kenapa dengan mudahnya Luciro setuju, padahal kami tak saling kenal, toh sekali pun kita pernah bertemu hanya sekali, itu pun di tempat rapat.

"Saya tidak setuju kek" Ucap Stevi yang nampak jelas ke cemburuannya, matanya menatap ku tajam tanda bahwa ia tak suka kepada ku

"Sudah di putuskan Luciro dan Arabelle akan bertunangan 1 bulan lagi dan saya tidak butuh persetujuan mu Stevi" Final, keputusan yang kakek Danzo buat tidak dapat di ganggu gugat.

"Ayah... " Geram Aryo

"Sudah lah, keputusan ku sudah bulat" Sela kakek Danzo, Stevi pun pergi meninggalkan ruangan dengan menangis.

"Stevi" Teriak Aryo lalu bergegas menyusulnya. Sebenarnya ini baru pertama kali aku bertemu dengan keluarga kakek Danzo dan baru tau juga bahwa Luciro adalah cucu kakek Danzo.

"Baiklah Ciro jangan lupa siapkan acara pertunangan yang privat hanya keluarga saja yang hadir, ingat keamanan yang utama"

"Iya kek"

"Ya sudah kamu naik lah ke kamar untuk istirahat, kamu pasti lelah karena keroco itu" Dengan terkekeh geli.

"Arabelle kamu menginap saja di mansion kakek"

"Iya kek, kakek juga istirahat yang cukup jangan kecapekan" Ucap ku sambil memeluk kakek Danzo, aku sangat menyayanginnya hanya dia yang aku punya, ia adalah sosok panutan ku, petunjuk jalan yang akan mengarahkan ku ketujuan.

"Baiklah kakek akan naik dulu, Ciro tunjukkan kamar untuk tunanganmu" Perintahnya tegas.

"Ya kek" Jawab Ciro tak kalah tegas dan perlahan semuanya bubar untuk masuk ke kamar masing-masing, karena memang jam sudah menunjukan pukul 9 malam.

Luciro menyandarkan tubuhnya ke sofa, helaan lelah terdengar jelas di telinga, aku menyodorkan segelas air yang kebetulan aku pegang dan belum aku minum sama sekali, ia menyambar air itu dan meminumnya hingga tandas.

"Makasih" Nada dingin keluar dari mulut sang empu.

"Bolehkah aku bertanya?" Ucap ku memulai pembicaraan, karena aku pun tak kuasa menahan rasa keingin tauan ku.

"Heem" Jawabnya acuh sambil memejam kan mata.

"Mengapa kamu menerima perjodohan ini?" Lolos sudah pertanyaan yang sedari tadi mencoba aku tahan.

"Well karena kakek meng harapkan mu sebagai pendamping ku" Jawabnya santai, namun masih acuh, jadi ia sama seperti ku yang menerima perjodohan ini karena keinginan kakek yang terlihat jelas binar kegembiraan dari sorot matanya.

"Sebaiknya kau ikuti langkah ku, akan aku tunjukkan kamar mu" Ia bergegas berdiri lalu berjalan perlahan menaiki tangga, aku mengikutinya dari belakang.

"Ini kamar ku dan di sebelah itu kamar mu" Ia membuka pintu dan langsung menutupnya tanpa salam atau ucapan selamat malam.

Aku pun masuk ke kamar yang bersebelahan dengan kamar Luciro, aku merebah kan diri ke kasur super king size, ah nyamannya memang tidur adalah pilihan yang tepat untuk malam ini, tak lama aku pun terlelap tersesat kealam mimpi yang menyambut malam yang sunyi.



Bersambung.....

PEMBALASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang