Bagian - 15

13.1K 1.1K 91
                                    

Kalau ada typo, tolong dikoreksi:)

|H A P P Y  R E A D I N G|



















"Fira, kamu jangan egois. Dia itu, adik aku. Mana mungkin aku jauhin dia," ujar Devan sambil memegang kedua pundak milik Dira.

Dira menepis kasar tangan Devan sembari tertawa sinis, "Haha.... Udah gue duga. Lo akan lebih milih Liona yang dari gue istri lo sendiri."

"Fira, bukan gitu-"

"Halah. Lebih baik lo pergi dari sini, dan jangan pernah tunjukin muka lo di depan gue lagi!" seru Dira sembari mendorong Devan untuk menjauh darinya.

"FIRA!"

Dira sudah tidak mengidahkan bentakan dari Devan. Dengan kasar, dirinya melepas selang infus yang bertengger di tangannya sehingga darah segar mengalir dari sana.

Devan yang melihat itu sontak terkejut, dengan segara ia berusaha menahan Dira yang sudah berjalan ingin keluar dari ruang rawat.

"Lepasin gue!"

Devan tak mendengarkan ucapan Dira, dirinya segera mengangkat Dira untuk kembali ke tempat tidurnya, "Kamu boleh marah sama aku, tapi jangan lukai diri kamu."

"Nggak usah sok peduli!" Dira kembali mendorong Devan untuk menjauh.

"ABANG!" teriak Tania yang baru saja masuk ke dalam ruang rawat Dira.

Dengan emosi menggebu-gebu, Tania menarik Devan untuk menjauh dari Dira. Sedangkan, Dira yang melihat kedatangan Tania langsung bisa bernafas sedikit lega.

"Sat, gue titip Dira bentar," ujar Tania pada Satria yang tadi datang bersama dirinya.

Tanpa menunggu balasan dari Satria, Tania langsung menyeret Devan keluar dari ruang rawat Dira sambil berusaha menghubungi seseorang.

***

"Dira." panggil Satria sambil berjalan menghampiri Dira yang duduk di atas brankar.

"Kenapa bisa kayak gini, sih? Kan, udah gue bilang, jangan pernah ngelakuin ini lagi." lanjut Satria sambil mengambil tissu untuk membersihkan tangan Dira yang masih mengalirkan darah segar.

"Gue nggak bisa, Satria. Dia udah terlalu dalam siksa batin gue, dan gue butuh pelampiasan untuk itu," sahut Dira yang sesekali meringis saat melihat darah ditangannya.

"Tapi, nggak harus pakai cara seperti ini. Lo, kalau lagi ada masalah kan bisa cerita sama Tania. Dengan lo ngelakuin ini, bukan cuma batin lo yang sakit, tapi fisik lo juga ikut sakit," jelas Satria yang berusaha memberi nasehat pada Dira yang mungkin sedang berada di fase terbawah dalam hidup.

"Lo masih ingetkan sama kata-kata gue. Jangan pernah jadi lemah hanya karena laki-laki, jangan pernah jadi lemah hanya karena cinta. Lo harus berjuang buat mempertahankan sesuatu yang masih jadi milik lo. Tapi, lo harus inget, kalau sesuatu itu nggak bisa di pertahankan, ya lo lepas. Jangan malah lo nyiksa diri lo sendiri, diluar sana masih banyak orang yang peduli sama lo." lanjut Satria lagi.

Dira meneteskan air matanya. "Satria."

"Gue ngomong gini, bukan minta lo buat lepasin suami lo. Tapi, gue minta sama lo buat berjuang mempertahankan dia, dia itu udah jadi milik lo seutuhnya. Jangan pernah nyerah dan jangan pernah lemah untuk memperjuangkan apa yang memang jadi milik lo," tutur Satria sambil menepuk-nepuk pelan pucuk kepala Dira.

"Satria, makasih. Gue beruntung bisa kenal lo dalam hidup gue. Kalau seandainya Tuhan nggak pernah mempertemukan kita, entah apa yang bakal terjadi sama hidup gue," kata Dira dengan kepala menunduk.

Serendipitous Soulmates [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang