Bagian - 19

12.4K 1.1K 194
                                    

Kalau ada typo, tolong dikoreksi

|HAPPY READING|
























Dira berdiri di depan pintu unit apartemen milik Devan, tanpa menunggu lama ia memencet bel, dan tak lama pintu terbuka, menampilkan Arka dengan penampilan yang bisa dibilang berantakan.

"Akhirnya Ibu dateng juga," ucap Arka sambil menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Ayo Bu, masuk." lanjutnya lagi dan memberi jalan untuk Dira masuk ke dalam apartemen.

Pemandangan pertama yang Dira lihat adalah ruangan yang sudah seperti kapal pecah. Pecahan kaca bertebaran di lantai, banyak sekali kaleng-kaleng minuman yang berserakan di meja dan sofa, tak lupa juga aroma alkohol yang menyeruak di hidung siapapun yang masuk ke ruangan tersebut.

"Ini kenapa kayak gini? Habis di lewatin badai?" tanya Dira yang masih menatap sekeliling apartemen milik Devan.

"Lebih dari badai, bu. Pak Devan itu kalau ngamuk udah kayak badai ketemu banjir bandang, bisa menghancurkan apapun yang ada di dekatnya," jelas Arka sembari memungut kaleng-kaleng yang berserakan di sofa dan meja.

"Sekarang, dimana bosmu itu?" tanya Dira.

"Di sana, Bu," jawab Arka sembari menunjuk ke arah salah satu ruangan dengan pintu tertutup rapat.

Dira hanya mengangguk, "Yaudah, kamu bisa pulang sekarang. Biar bosmu saya yang urus."

"Terima kasih, ya, Bu. Besok pagi saya bakal kirim orang buat beresin kekacauan ini. Kalau gitu saya pamit pergi dulu, bu." Setelah itu, Arka berlalu meninggalkan Dira.

Setelah kepergian Arka, Dira mengunci pintu dan kembali berjalan ke arah ruangan dimana Devan berada. Dirinya membuka pintu itu dengan pelan, matanya menelisik guna mencari keberadaan Devan.

Dapat Dira lihat, Devan sedang duduk dilantai sembari bersandar di sisi ranjang. Ia melangkah masuk menghampiri Devan, tak lupa sebelum itu ia menutup pintu terlebih dahulu.

Sesampainya dihadapan Devan, Dira langsung merebut botol minuman yang berada di tangan Devan, lalu melemparnya ke dalam tong sampah.

"ARKA!" bentak Devan yang masih tidak sadar akan keberadaan Dira.

"APA? SIAPA YANG NYURUH KAMU MABUK, HAH?!" bentak Dira balik.

Devan mendongak, menatap Dira dengan senyum remeh. Devan berusaha bangkit, karena tubuhnya yang lemas, Devan hampir saja terjatuh jika Dira tak menahannya.

"Jangan sentuh saya," ucap Devan sembari menepis tangan Dira dengan kasar.

Dira hanya menatap Devan, kemudian ia melepaskan tangannya dari tubuh Devan. Kemudian dirinya duduk disisi ranjang, dan membiarkan Devan yang berusaha untuk tetap berdiri tegak sembari meracau tidak jelas.

Devan menubruk tubuh Dira dari depan, membuat Dira yang tidak kuat menahan berat badan Devan langsung ambruk ke atas ranjang. Kali ini posisi Devan berada di atas tubuh Dira, dan kedua wajah mereka saling berhadapan.

Devan mengamati dengan seksama wajah Dira, meneliti setiap inci wajah istrinya itu, "Kamu cantik. Tapi, kenapa kamu khianati aku?"

Dira menatap bingung pada mata Devan, "Gini, nih. Orang kalau kebanyakan minum, jadi kayak orang gila. Suka ngomong ngelantur."

"Kamu udah khianati aku, kamu bohongin aku, kamu jahat!"

"Coba ulangi lagi, ngomong apa kamu barusan." Dira mendorong tubuh Devan hingga terjatuh di sisi kosong sebelahnya.

Serendipitous Soulmates [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang