Bagian - 30

9.2K 830 86
                                    

Kalau ada typo, tolong dikoreksi

|HAPPY READING|







































"Anjing, lo! Buruan kasih gue kunci kamar itu!" bentak Arka pada resepsionis di depannya.

"Maaf, Pak. Ini sudah peraturan hotel, kami tidak akan membiarkan privasi tamu kami terganggu," balas resepsionis yang terus menolak memberikan apa yang Arka minta.

Brak

Arka menggebrak meja resepsionis, emosinya sudah berada di ubun-ubun dan siap meledak kapan saja. Sudah hampir sepuluh menit ia terus memohon agar resepsionis memberikan kunci kamar yang ia minta, tapi resepsionis itu selalu menolaknya.

"Lo perempuan, kan? Pasti tau gimana rasa sakit yang dialami istri yang lagi hamil dan suaminya malah dijebak sama perempuan lain. Gue cuma minta lo kasih kunci cadangan kamar itu, gue mau nyelametin bos gue dari perempuan setan itu," ujar Arka sambil mengepalkan kedua tangannya erat.

"Tapi, Pak-."

"Gue bakal bayar berapun, asal lo mau kasih kunci itu sama gue," ujar Arka.

"Buruan anjing!" bentak Arka saat resepsionis itu hanya diam saja.

Dengan sedikit ragu, resepsionis itu memberikan kunci yang diminta oleh Arka.

"Kalau sampe perempuan itu berhasil ngelakuin rencananya, lo yang bakal tanggung akibatnya," tekan Arka sebelum ia berlari menuju lift.

Jangan heran mengapa Arka bisa berada di hotel ini. Saat ia pergi menyusul Devan, tanpa sengaja ia melihat Devan yang sedang dipapah oleh Serra dan dimasukkan ke dalam mobil. Tanpa pikir panjang, Arka mengejar mobil Serra yang sudah melaju di jalan.

Brak

"SERRA ANJING! BAJINGAN! LO APAIN BOS GUE, HAH?!" teriak Arka yang langsung menarik Serra yang sedang bercumbu dengan Devan.

"Lo-."

Plak

"Apa tamparan kemarin kurang, hah? Sampai lo nekat ngelakuin ini!" bentak Arka setelah menampar pipi Serra hingga terjatuh ke lantai.

"ARKA! APA YANG KAMU LAKUIN SAMA ISTRI SAYA?!" bentak Devan yang berdiri dengan sempoyongan, karena masih dalam pengaruh obat.

"Pak, sadar! Dia Serra, bukan ibu." dengan tidak sopannya, Arka menyiram wajah Devan menggunakan air yang ia dapat di meja.

"Dia Fira, bukan Serra!"

"Bapak buta atau rabun, jelas-jelas dia Serra!"

Dengan cekatan, Arka memakaikan kembali kemeja Devan yang sudah terlepas dan tergeletak mengenaskan di lantai. Setelah itu, Arka memaksa Devan agar keluar bersamanya.

"Lepasin, saya. Saya mau sama istri saya." Devan terus berontak, namun dengan keras, Arka langsung memukul kelapa bosnya.

"Istri Bapak di rumah. Jangan ngaco lo, Pak!"

Orang yang berlalu lalang di lobby hotel hanya menatap keduanya dengan pandangan yang berbeda-beda.

Sesampainya di mobil, Arka mendorong Devan masuk dan duduk di kursi belakang. Setelah itu, Arka mengambil sebuah tali dan menggunakan tali untuk mengikat Devan yang masih dalam pengaruh obat.

Arka mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh, otaknya juga sedang memikirkan cara agar Devan sadar.

"Kalau gue bawa balik ke Jakarta, nggak mungkin. Bisa-bisa dia malah buat ulah lagi di pesawat. Tapi gimana caranya ngilangin pengaruh tuh obat? Ya kali gue nyuruh Pak Bos berhubungan sama perempuan lain, bisa habis gue," gumam Arka sambil sesekali melirik ke arah jok belakang, dimana Devan sedang berusaha melepaskan ikatannya.

Serendipitous Soulmates [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang