Bagian - 23

11.5K 1K 218
                                    

Kalau ada typo, dikoreksi ya

|HAPPY READING|

































Devan yang baru akan keluar dari ruang meeting dikagetkan dengan Arka yang berdiri di depan pintu dengan nafas tak teratur. Ia hanya menatap datar Arka sembari mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya kenapa?.

"Anu, Pak. Bu Nadira." ucap Arka tidak jelas.

"Ada apa?" tanya Devan sambil berjalan menuju ruangannya.

"Bu Nadira pingsan, dan sekarang ada di rumah sakit," jawab Arka dengan cepat.

Devan langsung berbalik badan menatap Arka di belakangnya, "Jangan ngomong sembarangan kamu!"

Arka menggeleng, "Nggak, Pak. Pak Lendra baru aja nelpon saya buat kabarin Bapak."

"Kenapa kamu kasih tahu saya!" bentak Devan yang kemudian langsung berlari meninggalkan Arka yang tercengang.

"Lah, terus dari tadi gue ngomong apaan? Untung aja lo bos gue," gumam Arka sembari melangkah menuju ruangannya.

🦋🦋🦋

"Rara kenapa?" tanya Naya yang baru tiba di rumah sakit bersama suaminya.

"Adek pingsan. Tapi, Mama tenang aja, adek udah ditangani dokter," jawab Satria sambil menuntun Mamanya untuk duduk di sebalah Laras yang sudah datang terlebih dahulu.

"Abang mana, sih? Nggak beres banget jadi suami," dumel Tania yang sedang berdiri bersandar di sebelah Laras.

"Tuh, anak emang nggak beres. Pengen Mama cabik-cabik aja mukanya," sahut Laras yang kesal karena Devan belum datang juga.

Tak lama dari itu, pintu ruangan dimana Dira ditangani terbuka, dan nampaklah seorang dokter laki-laki muda bersama seorang perawat di belakangnya.

"Suami pasien?" tanya dokter itu sambil menatap satu persatu orang-orang yang berada di depannya.

"Suaminya masih dijalan, dok. Dokter bisa ngomong aja sama kita," jawab Tania.

Dokter itu hanya menganggukkan kepalanya mengerti, "Jadi, begini, Pak, Bu."

"Anak saya baik-baik aja, kan, dok?" tanya Naya yang tidak sabaran mendengar lanjutan dari ucapan Dokter yang diketahui bernama Bryan tersebut.

"Ibu tenang saja. Anak ibu tidak apa-apa, justru saya ingin mengatakan kabar bahagia buat kalian," ujar Bryan yang membuat Tania langsung berdiri di depannya.

"Kabar bahagia apa, dok?" tanya Tania tepat di depan wajah Bryan.

Satria yang melihat itu langsung menarik kerah baju Tania dan menyeretnya untuk mundur ke belakang, "Astaghfirullah, Tan. Kasihan, noh, dokternya, pengen muntah liat muka lo."

"Sialan!" umpat Tania sambil menepis kasar tangan Satria. Para orang tua hanya bisa menatap keduanya dengan datar.

"Jadi, dok. Kabar bahagia apa yang ingin anda sampaikan pada kami?" kali ini Satria yang ganti bertanya.

"Selamat buat kalian, karena saat ini pasien sedang mengandung dan usia kandungannya sudah masuk enam minggu," jawab Bryan yang membuat Laras dan Naya reflek berpelukan.

"Nah, kan, Sat. Apa gue bilang, Dira hamil woi!" seru Tania heboh sambil memukul pipi Satria keras.

"Gue mau punya keponakan, Tania!" seru Satria balik. Bahkan, saking bahagianya, Satria mengguncang-guncang kedua pundak Tania.

Serendipitous Soulmates [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang