Kalau ada typo, tolong dikoreksi
|HAPPY READING|
"Kamu punya Kakak, Ra," ucap Satya yang membuat Dira dan Devan membolakan matanya kaget.
"Ma-maksud, Papa apa?" tanya Dira yang masih tidak percaya dengan ucapan sang Papa.
"Satria, dia Kakak kamu," jawab Satya sambil menatap bergantian ke arah Dira dan Satrui. "20 tahun lalu, saat Kakak kamu masih umur satu tahun, dan kamu masih ada di kandungan Mama. Kakak kamu diculik sama pesaing perusahaan, dan dibuang dipinggir jalan sama orang itu, sampai akhirnya ditemukan sama orang yang selama ini udah ngerawat kakak kamu. Selama ini Papa udah bayar banyak orang buat cari keberadaan Kakak kamu, karena kita yakin kalau kakak kamu masih hidup. Sampai akhirnya salah satu orang suruhan Papa bilang kalau dia nemuin petunjuk tentang Kakak kamu." lanjut Satya lagi.
Dira yang mendengar penjelasan Papanya hanya bisa menangis, apalagi setelah membaca surat hasil tes DNA yang benar-benar menunjukkan bahwa Satria adalah anak kandung Papa dan Mamanya. Entahlah, Dira harus merasa bahagia atau justru sedih dengan kenyataan yang di dengarnya.
"Ma, Rara udah buat dosa besar. Rara pernah mencintai Kakak kandung Rara sendiri," ujar Dira dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.
"Nggak, sayang. Kamu nggak salah, kalian pernah saling mencintai karena kalian nggak tau kalau sebenarnya kalian saudara kandung," sahut Naya yang sudah mengambil alih posisi Devan yang sebelumnya duduk di antara Dira dan Satria.
"Ini alasan kenapa Papa selalu larang kamu buat berhubungan sama Satria. Tapi itu udah masalalu. Sekarang kalian punya kehidupan masing-masing, dan sekarang waktunya kalian untuk menjalin hubungan baru antara Kakak dan adik tanpa melibatkan rasa yang pernah tumbuh dalam hati kalian," kata Satya.
"Udah, ya, nggak usah nangis, masa anak Mama cengeng. Ayo, kalian berdua pelukan," pinta Naya dan setelahnya ia bangkit untuk memberi ruang pada Dira dan Satria.
"Nggak mau. Nanti, tuh, orang ngamuk kalau Dira peluk Satria," tolak Dira sambil menunjuk ke arah Devan yang sejak tadi hanya diam.
"Posesif amat. Inget, ya, dia sekarang adek gue, jadi lo nggak perlu larang-larang gue buat peluk-peluk dia." setelah mengatakan itu, Satria langsung menarik Dira dalam pelukannya dan mengabaikan tatapan sinis dari Devan.
"Sekarang, lo jadi adek gue beneran, Ra," ucap Satria dengan posisi masih memeluk Dira erat.
Dira membalas pelukan Satria tak kalah erat. "Iya. Dan mulai hari ini gue panggil lo Abang, dan lo panggil gue adek Rara."
"Okey, adek Rara."
🦋🦋🦋
"Dua bulan Mama nggak ketemu kamu, kamu udah bisa masak sekarang, Mama, kan, jadi terharu," celetuk Naya pada Dira yang sedang membantunya memasak makan siang.
"Iya, dong, Rara," sahut Dira sambil menepuk dadanya bangga.
"Siapa yang udah buat anak cantik Mama ini bisa masak?" tanya Naya sembari berjalan ke arah kulkas untuk mengambil ayam.
"Mama mertua."
"Oh. Berarti Mama mertua kamu ke rumah kamu terus dong?"
"Nggak, Ma. Kan, satu bulan ini Rara tinggal di rumah Mama mertua," balas Dira.
"Loh, kenapa? Bukannya-"
"Mas Devan bikin ulah, makanya Rara dibawa pulang sama Mama," potong Dira yang membuat Naya langsung menghentikan kegiatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipitous Soulmates [END]
Literatura Feminina⚠️𝐃𝐈𝐓𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐔𝐍𝐓𝐔𝐊 𝐃𝐈𝐁𝐀𝐂𝐀, 𝐁𝐔𝐊𝐀𝐍 𝐃𝐈𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐓⚠️ 18+ [TERDAPAT ADEGAN KEKERASAN, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA] *** "Halah, muka ganteng tapi masih jomblo, kalah sama saya yang muka pas-pasan tapi udah punya pacar." "Untuk apa...