Bagian - 32

9.5K 846 72
                                    

Kalau ada typo, tolong dikoreksi

|HAPPY READING|



































"Anak aku." Dira terus menangis dalam dekapan Satria yang juga bingung harus melakukan apa.

"Jangan nangis, nanti cebong juga sedih kalau tau Maminya nangis terus," ujar Satria yang entah sudah berapa kali ia mengatakan itu.

"Ra, jangan kayak gini, gue jadi ikutan nangis," kata Tania sambil mengibaskan tangannya di depan mata. Sejak Bryan mengatakan jika Dira mengalami keguguran, Tania juga tidak bisa untuk menahan air matanya agar tak keluar. Apalagi saat melihat kondisi Dira yang hancur karena harus kehilangan calon anaknya.

"Dia jahat, aku benci sama dia. Aku nggak mau ngeliat mukanya lagi! Dia udah bunuh anakku!" seru Dira sambil memukuli dada Satria.

Dilain sisi, Devan yang hanya bisa berdiri di depan pintu ruangan Dira hanya bisa menangis tanpa suara. Hari ini kehilangan semuanya, bukan anaknya saja yang pergi, tapi Dira juga akan pergi meninggalkannya. Ia memang mengakui kesalahannya, andai dulu ia langsung jujur pada istrinya mungkin tidak akan terjadi kesalah pahaman seperti ini.

Andai dulu ia tidak melepaskan Serra begitu saja, mungkin semua ini tidak akan terjadi, dan wanita gila itu tidak akan memfitnahnya seperti ini.

Plak

Devan mendongak saat seseorang tiba-tiba datang menampar nya.

"Ma-."

"Mama salah apa sampai punya anak brengsek kayak kamu. Berani-beraninya kamu selingkuh dan hamilin perempuan lain saat istri kamu sendiri lagi hamil!" bentak Laras yang tadi menampar Devan.

"Dan sekarang kamu lihat, karena ulah bajingan kamu itu, anak kamu jadi korbannya!" lanjut Laras sambil mencengkram erat kerah kemeja Devan yang masih terdapat noda darah.

"Kalian salah paham, aku nggak pernah melakukan apapun sama perempuan itu, aku dijebak," sangkal Devan dengan nada lemah.

"Dijebak? Papa rasa kamu bukan laki-laki bodoh yang dengan gampangnya dijebak sama perempuan." Lendra yang sejak tadi hanya diam akhirnya buka suara.

"Aku emang bodoh, seharusnya dari awal aku nggak lepasin dia. Sekarang semua udah terlambat, istri aku salah paham dan anak aku pergi sebelum aku bisa lihat dia," ujar Devan dengan air mata yang semakin deras membasahi pipinya.

"Aku pembunuh, aku sendiri yang jadi penyebab anakku pergi!" lanjut Devan sambil memukul-mukuk dadanya yang terasa sangat sesak.

Laras hanya bisa menangis dalam dekapan suaminya. Ia sedih sekaligus kecewa akan apa yang terjadi hari ini. Sedih karena harus kehilangan calon cucunya, dan kecewa karena alasan utama kepergian cucunya adalah kebodohan anaknya sendiri.

"Aku titip Fira, Ma." setelah mengatakan itu, Devan berlalu meninggalkan orang tuanya.

Devan berjalan keluar dari rumah sakit dengan keadaan berantakan. Mata yang dulu jarang mengeluarkan air mata sekarang berubah hanya karena kehilangan calon anaknya.

Ting

Devan mengambil ponselnya dari dalam saku, kemudian membukanya dan membaca pesan dari Arka.

_______

Arka

Pak, saya sudah membawa Serra ke tempat biasa

_______

Setelah membaca itu, Devan langsung segera berlari menuju parkiran untuk mengambil mobilnya, lalu ia melajukan mobilnya menuju tempat yang selama ini menjadi tempat kematian untuk orang-orang yang berani mengusiknya.

Serendipitous Soulmates [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang