Bagian - 34 [END]

22.4K 1K 135
                                    

Kalau ada typo, tolong dikoreksi

|HAPPY READING|













































"Ini salah aku, seharusnya aku nggak biarin Rara pergi." Satria terus menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa Dira.

Ana yang sejak tadi juga bersama Satria hanya bisa menahan tangisnya. Perasaannya terasa dicabik-cabik oleh ribuan pisau saat melihat Satria yang terpuruk atas apa yang menimpa adik kekasihnya ini. Apalagi setelah mendapat kabar dari pihak maskapai yang menyatakan bahwa keberadaan pesawat telah ditemukan, dan yang membuat mereka tidak bisa menerimanya adalah ketika pihak maskapai dan tim SAR menyatakan bahwa kondisi pesawat dalam keadaan hancur.

"Aku udah gagal jagain Rara," ucap Satria dengan air mata yang tak juga berhenti keluar.

Ana memeluk tubuh Satria dengan erat, keduanya sama-sama menangis mengeluarkan kesedihan mereka. Bukan hanya suara tangis keduanya yang terdengar di ruangan, tapi juga dari pihak keluarga korban yang lainnya.

"Kita harus kabarin Mama sama Papa kamu, Satria. Mereka harus tau ini semua," ujar Ana sambil melepaskan pelukannya.

Satria hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Aku nggak bisa. Aku nggak tau harus ngomong apa sama mereka. Mereka pasti kecewa banget sama aku, karena aku udah gagal jagain Rara."

"Mereka akan jauh lebih kecewa kalau kamu tutupin kabar ini dari mereka," sahut Ana.

Satria terdiam sesaat, memikirkan apa yang Ana katakan. Setelah itu, ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel dan langsung menelpon ke nomor Papanya.

Tak butuh waktu lama, panggilan telpon itu terjawab.

"Hallo. Kenapa, Bang? Tumben kamu telpon jam segini," sapa orang dari seberang sana.

Satria semakin terdiam kaku saat mendengar suara dari Mamanya. Bagaimana ia bisa mengatakan kabar ini, apa yang akan terjadi kepada Mamanya jika tau anak perempuannya mengalami kecelakaan.

"M-ma."

"Kenapa? Kamu nangis, ya?" tebak Naya yang langsung tau dari suara Satria yang serak seperti orang menangis.

"Ma, adek."

"Adek? Rara kenapa? Dia baik-baik aja, kan?"

Satria terdiam, ia tak sanggup untuk mengeluarkan sepatah kata pun lagi. Dengan sisa kekuatannya, Satria menarik nafas dan menghapus air matanya yang tak juga berhenti keluar.

"Maafin, Abang, Ma. Abang gagal jagain adek."

"Maksud kamu apa ngomong kayak gitu?"

"Adek kecelakaan. Pesawat yang adek tumpangi kecelakaan," kata Satria yang langsung mendengar suara pecahan kaca dan disusul oleh teriakan dari seorang pria yang sangat ia yakini adalah suara Papanya.

"Maafin, Abang," ucap Satria lemah dan dengan air mata yang kembali berjatuhan.

"Satria, bilang sama Papa kalau kamu cuma bercanda," ujar Satya yang sudah mengambil alih panggilan dari Satria.

"Ma-maaf, Pa."

"Papa ke Indonesia sekarang."

Tut

"Bodoh, bodoh, bodoh! Seharusnya Abang nggak izinin kamu pergi!" teriak Satria sambil memukuli kepalanya sendiri.

🍒🍒🍒

Serendipitous Soulmates [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang