Bagian - 16

13.2K 1.1K 112
                                    

Kalau ada typo, tolong dikoreksi:)

|HAPPY READING|


























📌TERDAPAT ADEGAN KEKERASAN📌

"Kak Dev, tolongin aku." Liona merintih kesakitan akibat lengan dan kakinya mengalami memar.

Devan hanya menatap Liona dengan tatapan dingin. Setelah ikatannya terlepas, Devan langsung bangkit dan berjalan ke arah Liona dengan tangan yang mengepal kuat.

Sedangkan Liona tersenyum saat melihat Devan datang menghampirinya. Ia yakin, Devan pasti akan menolongnya seperti sebelum-sebelumnya. Namun, ternyata dugaannya salah. Bukannya menolong, Devan justru menariknya secara kasar, dan setelah itu langsung mendorongnya hingga punggungnya menabrak tembok dengan keras.

"Sudah puas main-mainnya?" tanya Devan dingin. Tangannya bergerak mencengkram kuat leher Liona hingga sangat empu kesulitan bernapas.

"K-kak, le-lepas.... A-aku ng-nggak ngerti ma-maksud, K-kakak," ujar Liona dengan terbata-bata. Dirinya juga berusaha melepaskan cengkraman tangan Devan pada lehernya.

Plak

"Jangan pura-pura bego, Liona! Kamu pikir saya tidak tau apa yang selama ini kamu lakukan di belakang saya!" setelah mendaratkan sebuah tamparan di salah satu pipi Liona dan melayangkan sebuah bentakan, Devan langsung menyeret Liona dan mendudukkannya di sebuah bangku kosong yang berada di pojok ruangan.

"Kak, sakit."

"Jangan pernah sebut saya sebagai Kakak kamu! Karena mulai detik ini, saya sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi sama kamu!" kata Devan penuh penekanan. Dirinya mengambil tali yang tadi Tania gunakan untuk mengikatnya. Setelah itu, ia mengikatkan tali itu di tangan, kaki, pinggang Liona.

Liona terus berontak dan berusaha melepaskan diri dari lilitan tali Devan. Tapi, usahanya sia-sia karena tanpa di duga, Tania memukul belakang kepalanya hingga dirinya tak sadarkan diri.

"Bang, mending lo tenangin diri dulu. Biar setan ini, gue yang urus," kata Tania sambil mengambil alih tali dari tangan Devan.

Bella menuntun Devan untuk duduk di sofa, setelah itu dirinya memberi segelas air putih pada Abangnya itu.

"Yaudah, Bell. Kita pergi dulu ya." pamit dua orang remaja perempuan yang merupakan teman Bella yang membawa Liona ke ruangan ini.

"Thanks, ya. Uangnya udah gue tf ke kalian. Sekali lagi makasih, udah mau bantuin gue," sahut Bella pada kedua temannya.

"Santai aja, Bell. Kalau gitu kita pergi dulu." Setelah itu, kedua remaja itu pergi meninggalkan ruangan yang mungkin akan menjadi tempat terakhir Liona menghirup udara.

Setelah kepergian kedua teman Bella, Devan tanpa aba-aba langsung menarik Bella ke dalam dekapannya.

"Bang, lepas.... Badan lo bau, anjir!" seru Bella yang berusaha melepaskan pelukan Devan padanya.

Devan menggeleng, dirinya justru semakin mengeratkan pelukannya pada sang adik. Entahlah, sudah berapa banyak kesalahan yang ia lakukan pada Bella, hanya untuk membela seseorang yang selama ini telah membohonginya.

"Maaf, Maafin Abang.... Abang nggak tau udah seberapa banyak kesalahan Abang sama kamu, tapi Abang mohon sama kamu, tolong maafin Abang, ya," ujar Devan dengan air mata yang mulai menetes.

"Kesalahan Abang emang bayak banget sama Bella. Saking banyaknya nih, kalau dituker sama uang udah bisa buat nafkahin para bujang sampai 7 keturunan," sahut Bella dengan kekehan, "Tapi, karena Bella anak baik, Bella udah maafin Abang dari lubuk hati Bella yang paling dalam." sambungnya lagi.

Serendipitous Soulmates [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang