Kalau ada typo, tolong dikoreksi
|HAPPY READING|
"Devan." Satria menggeram saat ia selesai menyaksikan sebuah video berisi pengakuan dari pelaku tabrak lari yang dialami Dira.
Tadi, sesaat setelah Dira ditangani oleh dokter, Satria sempat menelpon sekretaris pribadinya untuk mencari siapa yang telah menabrak adiknya, dan malam ini, Satria menerima laporan bahwa pelaku sudah berhasil ditangkap dan mengakui bahwa dirinya hanya orang suruhan.
Dan dalam video pengakuan yang sekertarisnya kirimkan, dengan sangat jelas pelaku menyatakan bahwa ia adalah orang suruhan dari Devan.
Dira yang sejak tadi melamun sambil menatap kosong langit-langit kamar, menoleh ke arah Satria. Mendengar Satria menyebutkan nama Devan dengan rahang mengeras membuatnya menatap kebingungan.
"Abang," panggil Dira lemah, sambil menggenggam tangan Satria yang juga mengepal.
"Kamu lihat video ini." Satria menyerahkan ponselnya dan menunjukkan video yang tadi dilihatnya.
"Pak tolong maafkan saya, saya hanya dibayar seseorang untuk menabrak wanita itu," ucap seorang pria dalam video itu.
"Siapa yang sudah bayar kamu?!"
"Pak D-Devan."
"Jadi, dia. DIA YANG UDAH BUNUH ANAK AKU!" Dira berteriak histeris. Sedangkan Satria langsung menarik adiknya dalam dekapannya.
"Dia pembunuh, dia udah bunuh anak aku."
Dira terus menangis, ia tak menyangka bahwa suaminya sendiri dalang dari kecelakaan yang menyebabkan ia harus kehilangan anaknya.
"Dia pembunuh. Aku benci dia."
"Maafin Abang. Seandainya Abang nggak biarin kamu bertahan sama dia, mungkin semua ini nggak akan terjadi." Dengan air mata yang tidak bisa dibendung lagi, Satria mengatakan itu. Ia juga ikut hancur saat melihat adiknya seperti ini.
"Rara mau Mama sama Papa. Anterin Rara ke rumah Oma, Rara mau ketemu Mama sama Papa," ucap Dira sambil mendongak menatap penuh permohonan pada Satria.
"Tunggu kamu pulih dulu, ya. Setelah itu, Abang bakal anterin kamu ke rumah Oma," sahut Satria sambil menghapus air mata Dira.
Dira menggeleng, "Nggak. Rara udah nggak kuat, Rara mau Mama sama Papa,"
Satria hanya menghembuskan nafasnya, kemudian dengan sangat terpaksa ia menganggukkan kepalanya, "Oke, besok kamu bakal pergi ke Belanda. Tapi, maaf, Abang nggak bisa nemenin kamu, ada yang perlu Abang beresin disini. Kamu nggak apa-apakan pergi sendiri?"
"Nggak apa-apa. Aku bisa pergi sendiri," jawab Dira.
"Abang janji, setelah urusan Abang selesai, Abang bakal susul kamu ke Belanda."
"Makasih, Bang. Rara nggak tau kalau seandainya nggak ada Abang disini, mungkin Rara udah mati dari dulu," ujar Dira membuat Satria langsung menatapnya tajam.
"Ngomong apa kamu? Jangan ngomong gitu lagi, Abang nggak suka. Kamu adik satu-satunya Abang, kalau kamu pergi siapa yang bakal ngerepotin Abang?"
"Kan, ada Kak Ana."
"Beda. Direpotin adik sama pacar itu rasanya beda."
"Bang, telpon Kak Ana, ya, aku mau pamit sama dia," pinta Dira sambil melepaskan pelukannya pada Dira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipitous Soulmates [END]
ChickLit⚠️𝐃𝐈𝐓𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐔𝐍𝐓𝐔𝐊 𝐃𝐈𝐁𝐀𝐂𝐀, 𝐁𝐔𝐊𝐀𝐍 𝐃𝐈𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐓⚠️ 18+ [TERDAPAT ADEGAN KEKERASAN, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA] *** "Halah, muka ganteng tapi masih jomblo, kalah sama saya yang muka pas-pasan tapi udah punya pacar." "Untuk apa...