Bagian - 11

14K 1.1K 75
                                    

Kalau ada typo, dikoreksi ya....

|HAPPY READING|








"Bibi, namanya siapa?" tanya Dira pada seorang wanita paruh baya di depannya. Wanita itu adalah Art kepercayaan dari Mama mertuanya yang dikirim ke rumahnya.

"Nama saya Siti, Non," jawab Art bernama Siti itu dengan ramah.

"Bibi udah lama kerja sama Mama?"

"Udah, Non. Bahkan, dari Aden masih kecil."

"Emm. Yaudah, Bi. Semoga Bibi betah ya tinggal disini," ujar Dira yang membuat Siti mengangguk pelan.

"Kalau gitu saya tinggal dulu, ya. Mau ke kampus soalnya, titip rumah ya, Bi." setelah berpamitan, Dira berjalan keluar rumah di mana Devan mungkin sudah menunggunya.

"Alhamdulillah, Aden nggak nikah sama perempuan gendeng itu," gumam Siti senang karena perempuan yang dinikahi Devan bukanlah perempuan gila yang merupakan sahabat dari adik Devan.

🦋🦋🦋

Devan menghendaki mobilnya tepat di depan gerbang kampus Dira.

"Ingat, nanti selesai kelas, langsung ke kantor," ucap Devan pada Dira yang sibuk pada membenahi penampilannya.

"Hm. Ohh iya, bagi uangnya, Mas. Masa nanti aku nggak jajan," pinta Dira sambil mengadakan tangannya di depan Devan.

Devan merogoh saku celananya untuk mengambil dompet. Setelah itu, ia menyerahkan empat lembar uang berwarna merah dan sebuah kartu ATM di tangan Dira.

"Kartu itu, buat kebutuhan kamu. Ingat, pakai buat hal yang berguna saja," kata Devan yang membuat Dira bersorak senang.

"Aww, makasih, ya. Emang terbaik deh, kamu," puji Dira sambil memasukkan uang dan kartu di tangannya ke dalam tasnya.

Sebelum keluar, Dira pamit terlebih dahulu pada Devan, tak lupa menyalimi tangan suaminya seperti istri yang baik. "Aku masuk dulu, ya. Jangan genit, kamu kalau di Kantor."

Devan tidak menyahut, ia justru mencium kening Dira, lalu turun ke kedua mata Dira, kemudian di kedua pipi chubby Dira, dan terakhir di bibir yang sudah membuatnya candu.

"Hati-hati," ucap Dira sambil melambaikan tangannya pada mobil Devan yang berjalan meninggalkan area kampusnya.

Dira berjalan memasuki kampusnya dengan perasaan senang. Dalam hati ia terus mengucapkan terimakasih pada orang tuanya yang sudah membuat dirinya bertemu pria songong tapi bisa manis juga. Andai ia tahu, jika menikah dengan Devan seburuk seperti apa yang selama ini ia pikirkan, ia pasti tidak akan melakukan upaya pembatalan pernikahannya yang justru malah mempermalukan dirinya sendiri.

"Ciee, pengantin baru. Senyum-senyum aja, nih. Habis dikasih makan apa lo, sama Bang Devan," ledek Tania yang entah sejak kapan sudah berjalan beriringan dengan Dira. Jangan heran jika Tania memanggil Devan dengan sebutan Abang, karena ternyata oh ternyata, Tania dan Devan adalah saudara sepupu, dimana Ayah Tania adalah adik kandung dari Papa Devan.

"Sumpah, Tan. Kenapa lo nggak bilang kalau suami gue itu bisa manis juga, walaupun masih suka nyebelin," ucap Dira yang mendapat sentilan pelan dikepalanya.

"Ya gimana mau ngasih tau, orang gue aja juga kaget waktu tau yang nikah sama lo itu, Bang Devan."

"Dan tadi, apa lo bilang? Bang Devan, manis? Nggak salah, lo? Orang songong kayak gitu, lo bilang manis," tanya Tania yang sekarang malah heran sendiri.

Serendipitous Soulmates [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang