Bagian - 05

15.1K 1.2K 38
                                    

Kalau ada typo, tolong dikoreksi:)

|HAPPY READING|












Sesampainya di kamar, Dira langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur queen size nya, dan tangannya, dengan sigap memeluk boneka hamster kesayangannya.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu kamarnya beserta suara seseorang yang memanggil namanya.

"Rara, anak Papa yang paling cantik. Keluar yuk, ada yang nyariin tuh, di bawah," ucap orang yang tak lain adalah Satya, Papa dari Dira.

Dira yang sebelumnya sempat memejamkan matanya, terpaksa kembali membuka matanya, lalu bangkit untuk membuka pintu dengan masih memeluk bonekanya.

"Ngapain boneka buluk itu dibawa? Bikin malu aja," ucap Satya pada boneka yang dipeluk oleh Dira, dan hal itu mampu membuat sang pemilik menatap berang ke arah sang papa.

"Papa nggak usah ngehina boneka, Rara. Asal papa tau aja, baju yang Papa pakai sekarang jauh lebih buluk dari si Hara," hina Rara balik dan membuat si Papa langsung menggeplak pelan mulut anaknya.

"Sakit, papa," rengek Dira sambil mengusap bibirnya yang terasa sedikit sakit itu.

"Makanya, kalau ngomong jangan sembarangan. Baju mahal gini dikatain buluk."

"Kalau nggak mau dibilang buluk, ya jangan ngehina si Hara buluk, Papa."

"RARA! CEPET TURUN, NGGAK USAH DEBAT SAMA PAPA!" teriak Naya dari lantai bawah.

Dengan cepat, Dira langsung berlari meninggalkan papanya yang masih mengelus dadanya sabar mendengar teriakan sang istri.

Sesampainya di ujung tangga, Dira langsung menghentikan langkahnya karena melihat seseorang yang sangat tidak ingin ia temui.

"Ngapain diem disini? Ayo turun," kata Satya yang sudah berdiri di belakang anaknya.

"Nggak mau." Rara langsung membalikkan tubuhnya dan langsung berjalan kembali ke kamarnya.

Namun baru dua langkah dirinya berjalan, tangannya sudah dicekal oleh Papanya.

"Papa, Rara nggak mau," tolak Rara sambil berusaha melepaskan cekalan tangan sang Papa.

"Papa nggak denger. Ayo turun," paksa Satya sambil menggeret anaknya untuk turun ke bawah.

Sesampainya di bawah, Satya langsung mendudukkan Dira di sofa. Kemudian, dirinya beralih menarik tangan sang istri dan membawanya pergi meninggalkan Dira dan seseorang yang tak lain adalah Devan.

"Baik-baik kalian disini, jangan macem-macem," ucap Naya sebelum menghilang di balik pintu penghubung antara dapur dan ruang tengah.

Setelah kepergian kedua orang tuanya, Dira menggeser tubuhnya untuk memberi jarak antara dirinya dan Devan.

Hening. Tidak ada dari mereka yang membuka suara sedikit pun. Devan yang sibuk dengan pikirannya dan Dira yang justru sibuk mengelus bulu halus boneka yang sedari tadi masih dalam genggamannya.

Dira mendongak, menatap Devan yang hanya diam saja seperti patung, "Bapak kalau mau cosplay jadi patung, mending pulang aja."

"Maaf." Satu kata yang tidak pernah Devan ucapkan akhirnya keluar juga.

"Nggak guna. Maaf Bapak, nggak akan pernah bisa mengembalikan keadaan," sahut Dira yang tau akan maksud kata maaf dari ucapan Devan.

"Saya tau, saya salah. Tapi, kamu juga salah disini."

"What? Bapak nyalahin saya?"

"Saya nggak nyalahin, tapi, ini kenyataan. Kamu salah karena kamu masih berhubungan dengan orang lain, disaat kamu sudah memiliki calon suami," jelas Devan yang membuat Dira menatap tajam ke arahnya.

"Denger ya, Pak. Yang jadi orang lain disini, tuh, Bapak, bukan Satria!" sentak Dira yang sudah ingin meluapkan amarahnya.

"Kamu-,"

"Apa? Nggak terima? Kalau niat Bapak kesini cuma mau ngajak saya debat, mending bapak pulang aja. Saya capek," ucap Dira sambil menatap nyalang ke arah Devan.

"Saya juga capek. Kalau aja mama saya nggak maksa, mana mau saya kesini," balas Devan yang langsung bangkit dari duduknya.

"Yaudah, sana pergi! Ngapain masih disini?!" usir Dira yang juga ikut bangkit dari duduknya.

Tanpa menunggu lama, Devan langsung melenggang pergi meninggalkan Dira yang sudah bersiap melemparnya dengan toples cemilan yang ada di meja.

"LIAT TUH MA, PA. KELAKUAN CALON MANTU KESAYANGAN KALIAN, NGGAK ADA BAIK-BAIKNYA SAMA ORANG!" teriak Dira sebelum Devan benar-benar menghilang dari pandangannya.

"ORANG KAYAK GITU, MAU DIBANGGAIN APANYA?! GANTENG NGGAK, AKHLAK MINUS, HIDUP LAGI!!" lanjut Dira yang langsung membuat Devan semakin mempercepat langkahnya sebelum emosi yang sejak tadi ia tahan meledak.

🦋🦋🦋

Saat ini, Dira sedang menikmati se mangkuk bubur ayam di pinggir jalan dengan santainya.

Namun, gerakannya langsung melambat saat melihat seseorang yang baru saja datang.

"Ngapain lagi, tuh, orang? Dari kemarin ngikutin gue terus, kurang kerjaan banget emang," gumam Dira yang seketika menjadi kesal saat melihat Devan yang dengan santainya duduk di hadapannya.

Demi buburnya, Dira berusaha meredam kekesalannya terhadap Devan. Ia kembali melanjutkan makannya tanpa memperdulikan Devan yang sejak tadi hanya menatap datar dirinya.

"Fira," panggil Devan dengan nama belakang Dira.

Dira hanya acuh saja, karena ia berpikir kalau Devan sedang memanggil orang lain.

"Fira," panggil Devan lagi.

"Bapak manggil siapa, sih? Berisik banget."

"Kamu."

"What the fu**. Sejak kapan nama saya jadi Fira? Bapak pikun apa gimana, nama saya itu Dira, D. I. R. A. Bukan Fira," jelas Dira yang langsung mendapat sentilan pelan di dahinya.

"Saya tau, nama kamu Dira. Tapi, kalau saya lebih suka panggil Fira, kamu mau apa?"

"Suka-suka Bapak, lah. Lama-lama saya stres ngomong sama Bapak."

"Ya emang suka-suka saya. Ngapain situ repot ngurusin hidup saya."

"Gini, ya, Bapak Devan terhormat. Kehadiran bapak disini itu, sangat tidak diharapkan. Jadi, saya mohon sama bapak untuk segera undur diri dari hadapan saya, sebelum nih TEH PANAS SILATURAHMI KE MUKA ANDA!!" teriak Dira yang membuat beberapa pengunjung terlonjak kaget, tak terkecuali Devan yang hampir terjengkang ke belakang.

"Bapak nggak punya kerjaan apa gimana sih? Dari kemarin ngikutin saya terus. Saya tuh capek, Pak. Setiap Bapak ketemu saya, pasti ngajak ribut," kesal Dira dengan wajah yang sudah merah padam.

"Ngimpi apa saya, sampe punya calon suami titisan setan pohon jambu."

Sudah cukup. Dira menyerah jika harus dihadapkan oleh orang semacam Devan. Kemana perginya Devan si cool?

🦋🦋🦋

Maaf, lama nggak update:/

Diriku sadar, kalau cerita ini terbengkalai. Tapi, ya gimana lagi:/ gue orangnya nggak bisa konsisten. Dan ini juga akibat gue terlalu sok buat cerita baru, padahal cerita yang pertama belum kelar.

Harap dimaklumi ya....

Maaf juga kalau ceritanya nggak nyambung.

Jangan lupa vote dan komennya:)

See you next part:)

|TO BE CONTINUED|

Serendipitous Soulmates [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang