Bagian - 24

11.5K 996 133
                                    

Kalau ada typo, dikoreksi ya....

|HAPPY READING|











































"Sayang, bangun." bisik Devan sambil menciumi pipi Dira berulang kali.

Dira hanya mengerang, kemudian menarik selimut dan menutupi tubuhnya hingga ujung kepala. Sedangkan Devan yang melihat itu hanya pasrah, sudah hampir setengah jam ia berusaha membangunkan Dira, namun Dira hanya mengacuhkannya.

Hari sudah menunjukkan pukul 7.00 pagi, dan Dira tetap tidak beranjak dari tempatnya. Percayalah, Dira masih lemas karena di jam 4 tadi, ia kembali mengalami morning sickness hingga tenaganya hampir terkuras habis.

"Sayang, ayo bangun. Katanya mau ambil jambu di belakang?" ujar Devan yang masih bertahan di posisinya.

Mendengar ujaran dari mulut Devan, Dira membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, lalu mengarahkan kedua tangannya ke arah Devan.

Devan hanya menatap bingung kedua tangan Dira yang mengarah padanya, ia menaikkan sebelah alisnya sebagai isyarat pertanyaan.

"Gendong, anterin ke kamar mandi," jelas Dira dengan rengekanya.

"Ya Tuhan, ke kamar mandi cuma lima langkah, dan kamu minta gendong. Males banget," sahut Devan yang malah beranjak menuju ke arah jendela untuk membuka tirai.

"Ih, justru itu aku nggak mau buang-buang tenaga buat jalan ke kamar mandi," ucap Dira yang membuat Devan hanya memutar bola matanya malas, "Mas, dengerin aku nggak sih?! Okey, Papi kamu jahat, nggak usah temenan sama dia lagi, Mami nggak suka." sambung Dira yang kemudian bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi sambil menghentak-hentakkan kakinya.

"Jalannya biasa aja, nanti kalau kakinya sakit, nangis," kata Devan datar sambil mendudukkan dirinya di sofa yang ada di kamar Dira.

"Nyebelin!" Dira melemparkan salah satu sandal bulunya ke arah Devan.

"Dosa, loh, ngelemparin suami pake sandal." Devan mengelus jidatnya yang telah menjadi sasaran empuk sandal Dira mendarat.

"Bodoamat!" Dira kembali melempar satu sandalnya lagi ke arah Devan. Namun, kali ini Devan berhasil menangkapnya dan membuang sandal itu keluar jendela.

Sedangkan orang yang sedang berdiri di taman tepat berada di samping bawah kamar Dira hanya bisa mengumpat saat sandal yang ia tidak tahu datang dari mana tiba-tiba jatuh tepat di atas wajah tampannya yang kebetulan sedang mendongak menatap jambu-jambu yang bergelantungan dipohon.

"BAJENG! INI SIAPA WOI.... YANG NGELEMPAR?! UNTUNG AJA KAGAK MASUK KE MULUT GUE!"

🐝🐝🐝

"Pagi-pagi udah teriak-teriak sambil ngumpat? Ngapain?" tanya Satya pada Satria yang baru saja bergabung di meja makan sambil menenteng satu buah sandal dan satu keranjang penuh berisi jambu.

"Ya gimana nggak ngumpat, Pa. Tiba-tiba ini sandal mendarat di muka dan hampir masuk ke mulut," jawab Satria dengan nada sedikit kesal.

"Sandal bentuk lebah. Punya adek kamu itu, kenapa di buang-buang?" sahut Naya yang baru selesai menghidangkan sarapan di atas meja.

Satria hanya menggelengkan kepalanya tanda tak tau, kemudian ia berjalan ke arah dapur untuk mencuci tangan. Namun, baru beberapa langkah berjalan, Satria mengurungkan niatnya setelah mendengar suara gaduh dari arah tangga.

"MAS! AMBILIN NGGAK ITU SANDAL!" teriak Dira sambil mengejar Devan yang sudah berlari mendahuluinya.

"AMBIL SENDIRI! SALAH SIAPA PUNYA SANDAL DILEMPAR-LEMPAR KE MUKA SUAMI!" balas Devan yang terus berlari menghindari Dira yang mengejarnya dengan membawa tongkat kasti.

Serendipitous Soulmates [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang