Cinta Dan Waktu

181 11 8
                                    

Hay, kenalin aku Kenta Nugroho. Seorang anak SMA kelas dua belas. Tentu saja aku masuk IPA karena nilaiku yang bagus, aku juga merupakan anak yang rajin dan pintar. Aku sudah sering mendapatkan piala dan sertifikat kejuaraan. Bukannya aku sombong, tapi memang itulah kenyataannya. 

Aku juga merupakan pria para idaman seluruh wanita. Tentu saja mereka menyukaiku karena kepintaran dan ketampananku, ditambah lagi bahwa keluargaku termasuk orang berada. 

"Tata!" Suara lengkingan itu hampir merusak telingaku, tetapi aku menyukainya. 

"Tata, kamu ke mana aja?" tanya seorang gadis  berambut sebahu dengan pipi tembamnya. 

Dia Nayla, anak perempuan yang aku kenal sejak berumur lima tahun. 

"Aku dari perpustakaan, Nay," ujarku menjawab pertanyaannya. Ia memukul tanganku dan pelan, aku melihatnya begitu menggemaskan. 

"Aku dari tadi tunggu di parkiran !" marahnya sambil menggembungkan pipinya. 

Aku terkekeh dan mengacak rambutnya gemas. Jujur! Dia benar-benar menggemaskan sekali. 

"Maaf, aku pikir kamu belum pulang," kataku sambil tersenyum. Ia masih terlihat marah dan menatapku dengan kesal. 

Aku menyukainya, aku benar-benar menyukai setiap ekspresi yang ia tunjukkan. 

"Aku udah pulang dari tadi tahu!" kesalnya dan kembali memukul lenganku pelan. 

Aku meringis, berpura-pura menahan sakit. "Sakit, Nay!" rajukku dengan wajah memelas. 

"Bodo amat!" pekiknya kesal dan menarik tanganku kasar. 

"Mau kemana? Buru-buru amat, Neng!" tanyaku sambil mengikuti langkahnya. 

Aku tidak kesusahan mengikuti langkahnya, karena kakiku lebih panjang dari kaki Nayla yang sudah pasti bahwa langkahku lebih lebar. Tinggi Nayla itu cuman sampai dadaku saja, dia benar-benar pendek. Sttt! Kalian jangan mengatakan hal itu kepada dirinya, bisa saja aku akan kena lempar buku olehnya. 

Aku selalu menghargai buku, karena aku sangat menyukai ilmu. Aku tidak pernah sekalipun melemparkan buku karena kesal masalah soal. 

Tetapi tidak dengan Nayla, ia akan senang hati melemparkan buku itu kemana saja. Apalagi buku matematika miliknya. 

Oh, ya! Ada satu rahasia lagi yang tidak boleh kalian katakan kepada Nayla, karena aku ingin mengatakan hal itu sendiri suatu saat nanti. Saat aku sudah dapat memantaskan diriku untuknya yang kuanggap sempurna di mataku. 

Aku mencintai dirinya! 

Sttt! Kalian jangan mengatakan hal itu kepada Nayla, aku benar-benar ingin memberikannya kejutan ketika lulus sekolah nanti. 

Kejutan kecil yang sudah ada rancang sedari dulu. Yaitu.... Menikahinya. 

Ya! Aku memang berimpian menikah muda. Entahlah, tiba-tiba saja aku ingin menikah muda dengan Nayla. 

Aku dan Nayla beda jurusan, tetapi ia selalu datang ke kelasku untuk menanyakan soal matematika. Bahkan ia sampai ke rumahku untuk membantunya mengerjakan soal matematika. 

Aku masih ingat saat-saat yang lucu dan menggemaskan. Saat ujian sekolah hampir tiba. 

Waktu itu Nayla datang ke rumah dengan wajah murung, ia melemparkan setumpuk kertas tepat di depanku dengan tangisan yang menyedihkan. 

Ia terisak sepanjang waktu. Saat aku bertanya kenapa, ia menjawab bahwa besok akan ada ujian matematika dan ia masih tidak mengerti pelajaran dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas ini. 

Event Cerpen Tema BebasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang