KKN DI DESA PELUKIS

41 13 3
                                    

Satu minggu lalu, pemaparan usulan Ivanka mahasiswa KKN Tematik sudah selesai. Beruntungnya, kelompok KKN Desa Kalisogo yang beranggotakan Ivanka, Sahara, Rahayu, Ana, Dimas, Rafka, dan Biri dinyatakan lolos seleksi paparan program kerja yang di umumkan melalui portal KKN Universitas tadi malam. Tentunya setelah pemaparan adalah program kerja maka seminggu kemudian perjalanan mereka dimulai.

“PAGI TEMAN-TEMANKU YANG JOMBLO DARI OROK SAMPAI SEKARANG!” seruan nyaring nan melengking itu terdengar beberapa detik. Seorang pria berperawakan gembul menghampiri teman-temannya dengan santai seolah aksinya beberapa detik lalu adalah hal yang biasa.

“MATA LO PAGI! LIAT INI JAM BERAPA DOMBA KITA UDAH TELAT BERANGKATNYA CUMA DEMI NUNGGUIN LO!” balasan yang tak kalah nyaring tersebut berasal dari Dimas yang sudah tidak tahan lagi ingin membuang temannya yang bernama Biri tersebut ke laut.

“Udah, gak usah ribut mulu kita tambah telat ke desanya nih,” ujar Ivanka sosok paling dewasa di tim tersebut menengahi keributan kecil itu.

“Bener tuh mending sekarang kita berangkat, gue udah ngga sabar,” ujar Sahara yang tersenyum penuh arti.

Lantas Rahayu menatap Sahara dengan penuh curiga, pasalnya Sahara ini tipikal gadis kota yang tidak bias berlama-lama di desa apalagi daerah terpencil seperti Desa Kalisogo, tapi itu semua tidak dipikir lanjut oleh Rahayu karna mereka sudah akan berangkat.

***

“Akhirnya setelah sekian lama sampai juga disini,” ucap Sahara yang terlihat penuh misteri.

Rahayu yang sedari awal memang menyadari lantas tak tahan untuk mengeluarkan suara akhirnya bertanya,

“Kok kayanya lo seneng banget Ra sampai disini?,”
“Kepo banget sih jadi orang,” Sarkas Sahara. Rahayu yang di balas seperti itu malah tambah penasaran.
“Eh Lo berdua mau sampai kapan di situ? Ayo kesini nyemil dulu gue bawa cemilan,” ajak Aris.
“Bawa apa Ris? Bagi dong kebetulan gue laper,” rayu Biri ke Aris.
“Halah lo mah lapernya setiap saat, nih gue bawa Oreo Supreme” jawab Aris.  
Dimas yang sejak tadi menyimak pembicaraan mereka ikut menimpali, “Heran gue, ada-ada aja. Sekarang ada Oreo Supreme, besok-besok ada kali, ya? Cilok merek Gucci, pisang goreng merek LV, serabi merek Dior, onde-onde merek Chanel, gitu?” sambungnya.

Semua yang ada disana tertawa mendengar pertanyaan Dimas yang absurd, mereka tidak menyadari bahwa sedari tadi Ana pergi, satu-satunya yang menyadari adalah Rafka si irit bicara. Rafka yang memang terlalu malas bicara akhirnya mencari Ana sendiri, dia menemukan ana sedang mengubur sesuatu di balik semak-semak.

“Ngapain?” Tanya Rafka langsung.
“Ngga ada, ayo balik di cariin anak-anak tuh,” jawab Ana sambil berjalan meninggalkan Rafka yang hanya diam.

***

“Sudah lengkap semua?” Tanya Pak Jara.
Ivanka mengangguk, “Sudah, Pak. Berdelapan,” jawabnya sambil melihat teman-temannya satu persatu.
Pak Jara tersenyum “Sudah ada yang kenal saya? Tanya Pak Jara.
Mereka semua menggeleng, termasuk Ivanka. Mereka memang sama sekali tidak mengenal Bapak di depan mereka ini,
“Perkenalkan saya Jara yang akan menjaga kalian selama disini,”
“Menjaga dari apa yah Pak,” kepo Dimas.
“Tidak ada apa-apa, ayo jalan saya tunjukan tempat yang akan kalian tinggali. Dan saya juga ingin menyampaikan hal tabu di desa ini, Desa ini dikenal sebagai desa pelukis, karna setiap malamnya para warga akan membuat lukisan,  jadi kalian dilarang menyentuh lukisan-lukisan tersebut terutama lukisan seorang gadis memakai selendang, paham?
Semuanya hanya mengangguk memahami perkataan Pak Jara. Sudah seminggu mereka di Desa Kalisogo ini, hingga saat malam tiba sekelompok anak KKN ini berkumpul di ruang tengah untuk sekedar mengobrol santai, tapi tidak dengan Sahara yang memilih di kamar sendiri.

“Eh Sahara kemana?” tanya Rahayu.
“Tadi gue aja keluar tapi nolak katanya mau di kamar aja,” jawab Ivanka.
“Gue lihat dulu deh Sahara kali yah,” usul Rahayu yang langsung bergegas ke kamar Sahara.

Tok … tok … tok

“Sahara gue mass …” ucapan rahayu terhenti karna melihat Sahara yang makan kembang melati, Rahayu yang kaget pun langsung teriak hal itu membuat yang lainnya berdatangangan. Sahara yang melihat teman-temannya berdatangan pun merasa geram dengan Rahayu yang mengganggu kegiatannya.

***

Esoknya setelah kejadian tak terduga semalam Sahara dan Rahayu seperti mengadakan perang dingin, hingga selepas Magrib anak cewek di kelompok mereka kecuali Sahara sedang memasak di dapur sedangkan anak cowok sedang membuat paraga untuk kegiatan KKN mereka besok.

“Rahayu! Aku boleh minta tolong?” tanya Ana
“Iya boleh Na, ada apa?” balas Rahayu
“Tolong ambilin Tikar di samping kamar Sahara yah!” pinta Ana.

Rahayu pun pergi mengambil tikar, setelah hampir setengah jam Ana menunggu Rahayu yang tidak kunjung datang ia akhirnya memutuskan untuk menyusul Rahayu. Setibanya di dekat kamar Sahara ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Rahayu dan Sahara. Dia akhirnya mencari kedua temannya tersebut di luar, tempat anak cowok sedang bekerja.

“Ada yang lihat Rahayu sama Sahara gak?” tanya Ana. Dimas yang notabenya menyukai Rahayu langsung khawatir dan bertanya.
“Loh bukannya semua anak cewek lagi masak di dalam?
Sebelum Ana menjawab pertanyaan pertanyaan Dimas para warga desa datang beramai-ramai ke tempat mereka. Ana melihat Pak Jara sedang sedang membopong sesuatu seperti orang yang ia kenali, seketika itupun Ana, Dimas dan cowok lainnya berteriak dan histeris, Ivanka yang mendengar keributan dari luar datang berlari melihat apa yang terjadi. Mereka semua terkejut melihat kejadian di depan mereka.
Rahayu telah meninggal dunia.
Hari-hari berlalu setelah tragedi malam itu, Dimas yang menyukai Rahayu sangat terpukul karna kepergian orang yang dicintainya.

“Gue bakal temuin siapa pelaku yang udah ngebunuh Rahayu!” ucap Dimas yang terlihat penuh dengan emosi. Tidak ada yang membalas perkataan Dimas karna mereka semua juga masih sedang berduka atas kehilangan Rahayu. Setelah beberapa menit mereka semua yang termenung dengan pemikiran mereka sendiri Sahara memilih masuk kamar kembali.

“Guys, kok gue curiga sama Sahara yah? Dari awal kita datang dia bersikap aneh dan yang dari awal ada permasalahan sama Rahayu kan Cuma Sahara?” ungkap Aris tiba-tiba.
“Kita gak boleh nuduh tanpa bukti, apalagi yang kita tuduh adalah teman kita sendiri,” tegur Ivanka yang seperti biasa menjadi paling baik dan dewasa.

***

Malamnya saat Biri mencari Aris untuk meminjam charger dia melihat Sahara yang sedang keluar dari rumah, tak lama setelah melihat Sahara keluar dia melihat Aris mengikuti Sahara secara diam-diam, tapi ia hanya melihat itu karna merasa tidak akan terjadi apa-apa. Paginya saat Dimas bangun paling awal dan membuka pintu dia terkejut akan hal pertama yang ia lihat.
Aris yang sudah tidak bernyawa.
Semuanya kembali berkumpul di ruang tengah tentunya mereka sudah tidak lengkap, kedua teman mereka telah pergi untuk selama-lamanya

“Raf gue takut nih pembunuhnya ngincar salah satu dari kita lagi nantinya, balik aja yuk ke kota,” bisik Biri ke Rafka tapi seperti biasa Rafka tidak membalas perkataan Biri.
“Kita harus cari tau pembunuh ini!” Dimas menyeruakan dengan tegas.
Seketika Biri mengingat apa yang dilihatnya semalam dan lantas bertanya.
“Sahara! Lo semalam kemana? Gue ngeliat lo keluar dari rumah diikuti Aris, jangan-jangan benar kata Aris lo pelaku ini semua!”
Seketika sahara berlari keluar dari rumah. Biri, Dimas, dan Ivanka tidak tinggal diam mereka ikut mengejar Sahara, sebelum Rafka akan ikut mengejar juga dia ditahan oleh Ana.

***
Sahara berlari ke arah gubuk tua yang ditinggali oleh seorang kakek tua. Biri, Dimas dan Ivanka yang mengejar langsung menangkap Sahara dan kakek tua itu, mereka sudah sangat yakin bahwa Sahara lah dalang di balik semua ini.

“Nggak, nggak! Bukan gue pembunuhnya,” elak Sahara sambil memeluk kakek tua tersebut.
“Terus kalau bukan lo? Siapa lagi hah!” Dimas bertanya dengan sarkas.
“IVANKA PELAKUNYA!”
Ana, Rafka, dan para penduduk desa datang menyerbu Ivanka.
“Itu gak mungkin! Lo jangan bercanda Raf,” Dimas membela Ivanka.
“Kalian harus tau bahwa Ivanka sengaja mengusulkan desa ini sebagai tempat KKN agar dia bisa lebih mudah membunuh kita, dia ingin menumbalkan kita kepada Roh Sumbing Genti gadis berselendang yang di lukis oleh penduduk desa ini setiap harinya agar dia bisa awet muda selamanya,” ucap Ana menjelaskan.
“Dan satu-satunya cara mengakhiri semua rencana jahat Ivanka adalah ngelukis Roh Sumbing Genti tanpa selendang dan Ivanka di sampingnya,” papar Rafka sambil menunjukan lukisan yang telah ia gambar.
“NGGAK! MEREKA BERDUA BOHONG!” teriak Ivanka sebelum akhirnya dia masuk ke dalam lukisan tersebut.

Flashback.

“Raf, gue tau siapa pelaku semua ini!” ujar Ana yang mencegah Rafka yang ingin mengejar Sahara
“Siapa?” Tanya Rafka
“Ivanka, gue indigo gue bisa liat mereka yang tidak terlihat, waktu awal kita datang lo tanya gue lagi ngapain? Gue lagi nolongin arwah yang ingin tulangnya di kubur dan dia akhirnya yang ngebantu gue buat pecahin semua teka-teki ini” terang Ana.
“Apa buktinya?” Tanya Rafka lagi.
“Pak Jara, dia sama kek gue bisa melihat, arwah yang gue tolongin ngasih tau Pak Jara, dan Pak Jara ngejelasin ke gue semuanya tentang perempuan berselendang yang setiap hari di lukis di desa ini, namanya Sumbing Genti dahulunya dia adalah kembang desa disini, selalu memakai selendang kemana-mana, perempuan ini memilki kekasih seorang pelukis, tapi pelukis ini melakukan hal keji kepada Sumbing genti dengan melukis tubuhnya secara erotis yang membuat perempuan ini marah dan kecewa besar alhasil, ia membunuh kekasihnya tersebut, setelah itu perempuan tersebut pergi ke dukun hebat dan mengutuk desa ini untuk melukisnya menggunakan selendang setiap malam agar  perasaan malu akan kejadian tersebut dapat hilang. Dan satu-satunya cara buat menghentikan ini semua dengan melukis Ivanka beserta Sumbing Genti tanpa selendang.

“Gue bisa ngelukis.”

SELESAI

***

Bionarasi Penulis :

Cerita ini ditulis oleh Argantara R, dalam ruang lingkup yaitu Lentera Sastra Literasi. LSLC telah menyalurkan beberapa aspirasi karya, salah satunya adalah karya cerpen ini, yang ditulis oleh Co-founder Lentera Sastra Literasi. Imajinasi dalam cerita ini murni pikiran dari penulis.

Event Cerpen Tema BebasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang