Aluna sangat menyukai musik, hidupnya tak akan berwarna jika musik kesukaannya menghilang dari bumi. Judul musiknya, evoca lo spirito, terdengar aneh namun Aluna menyukainya. Pagi itu, Aluna sedang berlatih di dalam kamarnya, mengingat besok ia akan ikut audisi musik yang berada tak jauh dari kota kediamannya.
Aluna mulai berlatih dengan rangkaian nada dari musik itu menggunakan biola kesayangannya. Bunyi biola itu mengalun merdu di seluruh penjuru rumahnya mengikuti musik tersebut hingga terdengar di telinga Sang ibu.
Rita, berstatus ibu Aluna berlari ke arah kamar anaknya dan membuka paksa pintu kamar tersebut, membuat Sang anak terlonjak kaget.
“Jangan bilang kamu akan memakai musik ini untuk audisi besok, Aluna!” bentak Rita dengan napas ngos-ngosan.
“Iya, aku akan memakainya! Kenapa? Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa ibu selalu saja melarangku untuk memainkan nada musik ini? Padahal, ini adalah musik kesukaanku!” protes Aluna dan dibalas tatapan tajam oleh Rita.
“Jangan membantah! Pokoknya tidak boleh! Apalagi kalau sampai kau memainkannya di pukul 12 mal–“ Ucapannya terpotong saat sadar bahwa hal itu seharusnya tidak ia ucapkan pada gadis keras kepala itu atau semuanya akan berakhir.
“Ah, lupakan. Intinya, jangan pernah memainkan nada musik itu, atau biolamu akan ibu sita!” Rita kemudian melenggang pergi dari hadapan Aluna.
“Jika itu adalah larangan bagi ibu, maka itu adalah sebuah perintah bagiku, yash.”
****
Tepat pukul 12 malam, Aluna bangun dari tidurnya. Ia sengaja tidur lebih cepat malam ini, agar bisa terbangun pada pukul 12 malam. Dengan bantuan alarm, Aluna akhirnya terbangun, tepat pada waktu yang ditentukannya.
Aluna segera beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil Cupi, biola kesayangannya. Ia berjalan mengendap-endap sampai ke taman belakang rumah.
“Aku akan buktikan pada ibu kalau cerita tentang musik ini hanyalah dongeng belaka.” Aluna mulai memainkan nada dari musik evoca lo spirito menggunakan biolanya. Alunan musik tersebut semakin merdu dan membuat angin bertiup kencang. Perlahan-lahan, alunan musik yang dimainkan Aluna membuka sebuah portal dan menarik Aluna masuk ke dalam portal tersebut.
“KYAAA!” teriakan Aluna membangunkan Rita yang saat itu sedang terlelap. Dengan tergopoh-gopoh, Rita menuju ke kamar Aluna untuk mengecek apakah anaknya baik-baik saja. Namun, saat Rita membuka pintu kamar Aluna, tidak ada siapapun yang berada disana. Firasatnya mulai buruk, Rita segera berlari ke arah taman belakang rumah dimana suara teriakan itu terdengar jelas. Dan benar saja, Rita menemukan biola Aluna. Tetapi, Aluna sama sekali tidak ada disana, bahkan jejak kakinya berhenti tepat dimana biola itu ditemukan.
“Sepertinya, aku benar-benar terlambat.” Tubuh Rita seketika melemah, ia terduduk di rumput belakang rumahnya dan menatap nanar biola kesayangan Aluna.
“Waktu itu kau Albert dan sekarang anakmu lagi. Apa kau yang memanggilnya kesana? Kumohon, bawa dia kembali. Aku tidak ingin kehilangan Aluna, cukup aku menderita karena kehilangan dirimu.”
****
Hutan yang begitu lebat dengan pepohonan yang besar dan rindang membuat suasana hutan menjadi gelap dan mencekam. Hanya ada cahaya rembulan yang senantiasa menyinari seluruh penjuru hutan.
Suara-suara aneh dan menakutkan membuat Aluna bergidik ngeri. Ia berusaha mencari jalan keluar dari hutan ini, namun nihil. Seberapa jauh pun Aluna berlari, ia tetap saja kembali ditempat yang sama.
Aluna mulai frustasi, ia menangis sejadi-jadinya. Ia memanggil ibunya sejak tadi, berharap sosok yang ia butuhkan datang dan mengantarnya keluar dari hutan menyeramkan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Event Cerpen Tema Bebas
Short StoryEvent Cerpen Tema Bebas Dalam rangka Anniversary 1st Republik Wattpad Team Karya dari para kontributor merupakan karya orisinil, terbaru dan bukan plagiat Dalam event kali ini Republik Wattpad Team berkolaborasi dengan Redaksi Nanggala.id dan di duk...