Suara jam weker memenuhi kamar gadis cantik bernama Audya Santika. Ia masih nyaman terlelap menjelajah alam mimpi. Dia menggeliat perlahan bangkit dan mematikan alarm. Matanya membulat kala melihat jarum pendek menuju pukul 06:30 WIB.
"Mampus! Telat," gumam Audya lalu bergegas ke kamar mandi.
Dua puluh menit berlalu, Audya tampak tergesa-gesa menuruni anak tangga, dirinya sudah sangat terlambat.
"Pagi! Ayah, Bunda," sapa Audya seraya mengulas senyum tipis.
"Yah, Bun. Audya berangkat dulu ya," ucap Audya sambil menyalami orangtuanya.
"Lhooo, nggak sarapan, sayang?" tanya wanita paruh baya itu sambil menatap lembut putrinya.
"Nggak Bun, nanti di kantin aja. Assalamualaikum, Bun, Yah," sahut Audya sambil berpamitan lalu melangkah meninggalkan meja makan.
"Walaikumsalam, hati-hati sayang," ucap orangtua Audya bersamaan.
Audya bergegas menghampiri Pak Edi, supir yang selalu mengantarnya. Lekas memasuki mobil, setelah menempuh jarak dengan waktu lima belas menit. Audya pun sampai dan turun dari kendaraan roda empat itu.
Mengembuskan napas kasar, kala melihat pintu gerbang telah tertutup, ia melangkah mendekati Pak Satpam.
"Selamat pagi, Pak," sapa Audya sambil cengengesan.
"Pagi, terlambat lagi, Neng?" tanya Satpo, Satpam tersebut.
"Hehehe, kesiangan, Pak." Audya menampilkan deretan gigi putihnya.
"Pak, boleh ya sayang masuk. Janji deh besok nggak telat lagi," pinta Audya memohon, sebenarnya ia malas, tapi apa boleh buat.
Satpo tampak berpikir lalu menghela napas lelah. "Ya sudah Neng, boleh masuk tapi janji besok nggak telat lagi, ya," ujar Sapto pada akhirnya.
"Makasih banyak Pak. Iya Pak, saya janji," kata Audya lalu berlari menuju kelas saat gerbang telah di buka.
Satpo hanya menggeleng kepala melihat tingkah Audya.
"Lolos dari gerbang, sekarang tantangannya guru di kelas. huhhhh, berat amat cobaan hidup gue," gerutu Audya ia menghela napas kasar.
Netra Audya membulat, kala melihat Guru piket menghampiri dirinya. Baru saja hendak kabur, ujung kerah bajunya ditarik oleh Bu Sekar.
"Mau ke mana kamu Audya? tanya Bu Sekar.
"Ehhh, Ibu. Pagi," sapa Audya sambil cengar-cengir, Bu Sekar mendengkus lalu menarik Audya menuju lapangan.
"Bu, jangan ditarik-tarik. Ntar kepala saya putus, serem'kan Bu," sungut Audya karena Bu Sekar menarik kerahnya.
Sekar tak peduli dengan dumelan Audya, ia menatap tajam gadis tersebut. "Kamu, Ibu, hukum karena terlambat, berdiri di lapangan sampai jam istirahat, mengerti!" perintah Sekar dengan nada tegas.
"Saya belum sarapan, Bu. Nanti kalau pingsan gimana," seru Audya berharap bisa lepas dari hukuman.
"Ibu tak peduli, itu hukuman karena datang terlambat. Sudahlah jangan drama kamu," geram Sekar kesal lalu pergi meninggalkan Audya.
"Bisa mati gue di sini, mana belum sarapan lagi. Bundaaa anakmu yang gemoy lagi sekarat kelaparan," keluh Audya.
Dari kejauhan tampak laki-laki tengah memperhatikan Audya, lalu mulai melangkah menghampiri gadis itu dengan senyuman tengil terbingkas di wajahnya.
"Beb, ngapain berjemur, lagi kehabisan pasokan cahaya ya?" tanya Daren sambil tertawa.
"Sialan lo Daren! Bab, Bab, emang gue bebek lo," hardik Audya ia akan emosi jika bertemu Daren, pasti pria itu selalu menjahilinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Event Cerpen Tema Bebas
Short StoryEvent Cerpen Tema Bebas Dalam rangka Anniversary 1st Republik Wattpad Team Karya dari para kontributor merupakan karya orisinil, terbaru dan bukan plagiat Dalam event kali ini Republik Wattpad Team berkolaborasi dengan Redaksi Nanggala.id dan di duk...