Rindu, Debu Dan Kembali Pada Rindu

16 2 0
                                    

Hari demi hari terus silih berganti. Tak sampai di sini saja, satu bulan tak terasa menghampiri hidupku yang menyendiri. 

"Uwaahh, hari ini pengumuman yah," gumamku pada meja karya.

"1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 ... 10," hitungku dengan menunjuk jadwal pengumuman lomba.

"Widihh, ampe 10 pengumuman hari ini? Emang terbaiklah," kataku bersorak tepuk tangan.

"Selanjutnya agenda hari ini ngapain yah?" Tanyaku pada diriku sendiri.

"Gimana kalau rebahan saja? Itung-itung hemat biaya pengeluaran uang jajan," jawabku sendiri di depan kaca.

"Nggak mau ih, bosen. Gimana kalau nonton TV Doraemon?" Tubuhku kembali bertanya pada diriku sendiri.

"Nggak mau, itu pun bosan. Gimana kalau hari ini jalan-jalan ke taman?" Tanyaku masih menghadap kaca.

"Nggak boleh, taman ditutup karena corona," jawabku menatap bola mataku.

"Lalu gimana dong? Yah gabut," ujarku lesu.

"Karena menjadi anak yang berbakti kepada orangtua, agama, nusa, bangsa, negara, dan hatinya, lebih baik bebersih rumah," kataku dengan estetik.

"Nah ide bagus tuh, ayok gas," ucapku meninggalkan kaca.

Itulah dialog interaktif antar diriku sendiri untuk menentukan agenda hari ini. Karena hari ini aku pilih bebersih rumah, maka mau tidak mau harus membuat rumah mak cling. Dengan memakan waktu selama 1 jam lebih 15 menit, akhirnya rumahku menjadi istana yang bling-bling.

"Uwaahhh, capekku terbayarkan oleh pemandangan yang serba bersih," kataku memandang seisi ruang.

Tak terasa senja mengukir senyumannya, semburat cahayanya masuk melalui celah ruang kecil, menggetarkan HPku yang banyak notifikasi.

Mak klunting mak klunting mak klunting sampai 100 kali terdengar di telingaku sampai hafal nadanya.

"Iya-iya nanti gue buka deh, gue mo mandi dulu," kataku memegang handuk lalu menuju kamar mandi.

Dinginnya air yang merilekskan badan, membuat tubuhku menggigil.

"Brrrr, dingin dingin dimandiin nanti masuk angin," nyanyiku menutup kran air.

Aku langsung bergegas untuk ganti baju lalu masak makanan favoritku yakni mie ekstra pedas dengan telur 2 butir serta minuman susu segar rasa coklat.

"Makanlah selagi bisa makan, minumlah selagi bisa minum, nakallah selagi kamu tak mau nakal. Eh kok gini sih nggak jelas muluk," kataku mengaduk-aduk mie dan 2 butir telur.

Setelah hidangan semuanya matang, bau menggodanya memenuhi seisi ruang. Aku makan sendirian tanpa sesiapa yang ngajak berbicara.

Bunyi dari HP kian lama meresahkan, bagaimana tidak? Ternyata chatt 2k (2000) lebih belum aku baca. 

"Etdah, pesan 2k ini masuk ke HPku serasa mau ngelag," kataku menatap layar HP.

Karena penasaran, aku buka satu persatu hasil  pengumuman lomba.

"Pengumuman ke-1 lomba cipta puisi tema hujan ... tidak ada namaku," kataku meneliti dari chatt awal sampai akhir.

"Pengumuman ke-2 lomba cipta quotes tema kehilangan ... ini namaku juga tidak ada," ucapku mempelototi dengan penuh kesabaran.

"Pengumuman ke-3 lomba cipta surat tema sedih ... masih sama saja tidak ada namaku," ujarku masih bersabar.

"Pengumuman ke-4 lomba cipta cerpen tema yang kini meredup ... di manakah namaku? Kok tidak ada?" tanyaku masih positif thinking.

Event Cerpen Tema BebasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang