Keluarga Adalah Mutiara Bagiku

15 4 0
                                    

“Melangkah maju atau harus tetap diam ditempat, mengapa hidup harus seperti ini, jujur aku lelah untuk menghadapinya,” Ucap Anita yang sedang melamun di bawah pohon.
“Hey, An, lo dipanggil pak Arif, katanya secepatnya keruangan nya.” Ucap Fernando sang ketua kelas yang berjalan kearah Anita, namun tak dianggap oleh Anita.
“Yeh nih anak malah melamun,” Monolog Fernando.
“Hey, An, lo dipanggil pak Arif ke ruangannya, jangan melamun mulu napa,” Ucap Fernando kesal sambil melambaikan tangannya di depan wajah Anita.
“Ha iya, apa?!” Jawab Anita kaget.
“Lo udh selesai belum ngelamunnya?” Tanya Fernando.
“Hem, maaf Ndo, lo nyamperin gue mau nyampein apa? ettss gue tebak,”
“Nah tebak lah,”
“Dahlh ga perlu, gue pergi dulu yaa daahh, makasih.” Ucap Anita, yang berhasil membuat Fernando kesal kepadannya.
Sesampainya di depan ruangan guru Anita berniat mengetuk pintu, namun sebelum itu, ada seseorang yang memegang pundaknya dari belakang, sehingga ia mengurungkan niatnya dan memandang orang tersebut.
“Ikut saya ke perpustakan, SEKARANG TANPA PENOLAKAN!” ucap orang itu dengan dingin.
“Dingin amat pak, kalo boleh tau berapa pintu tuh pak kulkasnya?” Tanya Anita, tanpa rasa takut sekali pun.
Karena tak ingin memperpanjang omongan unfaedah itu, orang itu langsung saja menarik tangan Anita ke perpus. Sepanjang perjalanan banyak sekali bisik-bisik tetangga yang terdengar tentang kedua orang itu. namun tak dianggap oleh keduanya, apa lagi Anita, dia hanya diam saja dengan wajah kesalnya.
“Auw, sakit tau pak, memang saya barang pake tarik ke gitu.” Ucap Anita kesal. Setelah cengkraman di tangannya dilepaskan. Kebetulan saat itu perpus sedang kosong.
“Kamu tau kenapa kamu dipanggi ke sini?” tanya pria itu.
“Yee, bapak mah bukan manggil saya tapi tepatnya menyeret saya pak. Dh lah pak langsung aja to the point aja. Saya bosan melihat bapak.” Jawab Anita.
“Saya mau bicara serius sama kamu, dan saya mohon jaga sikap kamu.” Ucapnya, masih dengan menatap Anita, seperti menunggu jawaban. Namun melihat Anita yang hanya diam saja ia melanjutkan pembicaraannya.
“Saya selaku wali kelas kamu, selama ini telah mendengar begitu banyak laporan dari guru-guru lain yang mengajar di kelas,…,”

“Kalo saya itu baik hati kan pak, cantik, pinter dan cerdas, bijaksana , rajin menabung, alah itu mah udah bisa pak.” potong Anita dengan ekspresi watadosnya.
“Saya belum selesai bicara Anita, tolong jangan dipotong!” ucapnya dengan sangat dingin dan datar. Tetapi bagi Anita itu tidak lah berarti.
“Iya, kamu memang benar tentang apa yang kamu katakan, tetapi ingat itu terjadi sebelum 2 bulan ini. Semuanya berubah drastis, bisa dikatakan sifat mu berubah menjadi 180 derajat dari sebelumnya. Yang dapat kamu sadari sendiri bahwa itu akan berakibat fatal bagi masa depan mu. ingat sekarang tinggal 8 bulan lagi kamu akan lulus, dan akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.” jelasnya dengan penuh penekanan.

“Saya tidak tau apa yang saat  ini kamu hadapi Anita, tetapi jika kamu memerlukan tempat untuk curhat saya sebagai wali kelas siap mendengarkan. Jika tidak mau kepada saya, kamu bisa curhat kepada teman-teman mu atau guru yang lainnya.” Imbuhnya
“Sudahlah pak, jangan urus kehidupan saya, saya permisi, terimakasih.” Ucap Anita dan berlalu pergi.
Selesai dari kegiatan sekolahnya Anita memutuskan untuk pulang. Namun niat itu terurungkan, saat ia tergingat ucapan pak Arif tadi yang cukup menyesakkan  hatinya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke tempat nongkrongnya, di malam hari ia pun pulang.

Setibanya di rumah ia langsung disuguhi keadaan rumah yang berantakan dan orangtuanya yang sedang bertengkar.
“Aku kerja malam-malam baru pulang itu untuk kalian!”
“Alasan kamu saja kamu udah sering bohongi aku mas,”
“Bohongin apa? kamu tau kalo bukan karna kerja keras ku selama ini kamu dan anak sialan, ga berguna, pembawa sial itu gak akan tinggal dan hidup nyaman seperti sekarang ini.”
“Kamu harus ingat juga mas, aku juga kerja, setengah dari harta yang ada di rumah ini milik aku mas. Ingat itu."

Event Cerpen Tema BebasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang