Dibalik Buku Merah

45 11 4
                                    

Aku berlari di sebuah jalanan yang sunyi  dengan napas tersengal-sengal serta hujan yang mengguyur sekujur tubuhku dan tiba-tiba saja ada sekolompok  orang berjubah merah menghampiri dan mendekatiku mereka memojokkanku dengan perkataan aneh.

“Di mana buku merah itu!”

“Cari buku itu dan bakar!”

Aku pun bingung mendengar celotehan yang mereka katakan dan pertanyaan itupun  membuat napasku sesak seakan aku dicekik beribu-ribu tangan. Aku pun berteriak histeris dan mengeluarkan air mata yang tidak bisa aku bendung.

“Aku tidak tahu di mana buku itu!” ucapku sambil menangis histeris dan tersedu-sedu.
Setelah aku mengatakan itu, sekolompok orang berjubah merah itu semakin mendekatiku. Wajah mereka tidak terlihat karena tertutupi kabut dan samar-samar saat aku melihatnya. Beberapa menit kemudian, mulailah terlihat sosok wanita cantik memakai baju kebaya berwarna merah. Aku seperti orang yang lumpuh dan tidak bisa bergerak sama sekali. Dia berbisik di telingaku dan menanyakan hal yang sama seperti sekolompok jubah merah tersebut. Sontak  hal itu membuatku takut dan menjerit histeris sambil memejamkan mata.

“Arghhhhhhh! Tidaaaaakkk!”

“Keyra bangun, Keyra.” suara itu yang terdengar di telingaku setelah aku menjerit histeris.

Huh! Untung saja itu hanya mimpi. batinku

“Kamu kenapa Key?,” tanya Bunda

“Tidak apa-apa, Bunda. Key barusan cuma mimpi,” ucapku sambil memijat kepalaku yang sedikit terasa pusing.

“Kamu yakin, tidak apa-apa?,” tanya bunda sambil mengelus rambutku yang tergerai berantakan.

“Iya, Bunda. Key tidak apa-apa kok. Bunda tenang aja ya,” ucapku sambil memegang tangan Bunda.

Begitulah Bundaku selalu saja memperhatikanku dan selalu khawatir denganku. Tetapi, aku beruntung memiliki seorang Bunda yang tangguh sepertinya.
Sekarang tepatnya jam 09.00. Aku segera bergegas untuk berangkat kuliah. Setelah aku siap bergegas menyiapkan segalanya, aku pun menuruni anak tangga dan menyapa Bundaku yang sedang duduk di sofa.

“Bunda, aku berangkat ke kampus dulu ya.”

“Loh, kamu tidak sarapan dulu?” tanya Bundaku sambil berdiri dari sofa yang dari tadi ia duduki.

“Nanti saja, Bunda. Key, nanti bakal sarapan di kampus kok”, ucapku kepada Bunda.

“Okey, tapi janji ya. Bakal sarapan di sekolah”, ucap Bundaku dengan mengacungkan jari kelingkingnya.

“Iya, Bunda juga harus janji menjaga kesehatan Bunda dan harus  rajin terapi ke puskesmas,” ucapku sambil mengaitkan jari kelingkingku dengan jari kelingking bunda.

“Key berangkat dulu ya,” ucapku tersenyum  sambil menyalami tangan Bunda.

“Iya, hati-hati ya.”

Setelah itu, aku mengendarai motor. Yap, memang aku lebih suka mengendarai motor daripada harus menggunakan taksi atau diantar supir. Ya, memang keadaan dirumahku sekarang sedang kekurangan dalam hal ekonomi .

Setelah satu jam aku mengendarai motor. Akupun akhirnya sampai di universitas terfavorit di Jakarta. Nama universitas itu “PELITA NUSA universitas yang selama aku idamkan dan akhirnya dengan izin Allah, aku sekarang bisa berkuliah di universitas itu.

Sekarang jam menunjukkan pukul 13.40. Menujukkan waktunya semua mahasiswa pulang ke rumahnya. Namun, berbeda denganku yang tak langsung pulang kerumah, melainkan aku berangkat ke restoran untuk bekerja disana. Hal itu sudah menjadi rutinitasku setelah pulang dari kampus. Tetapi, bundaku tidak mengetahui hal itu karena aku sengaja menyembunyikan rahasia itu dari bundaku supaya tidak drop dan tidak kepikiran tentang pekerjaan yang selama ini aku jalani di restoran.

Event Cerpen Tema BebasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang