"Dibisikinya aku rahasia dan kunci membuka kembali luka lama."
()()()
Jakarta, 2021
Hari itu gerimis tak henti-hentinya jatuh dalam pelukan bumi Jakarta yang padat. Langit petang yang tak berhenti mencurahkan sedihnya, membuat orang-orang memilih untuk mendekam di rumah atau memutuskan sengaja terjebak dalam kafe atau kantor, membuat lalu lalang jalanan tak terlalu ramai dan lengang.
Laras memandang keluar kaca dari dalam kehangatan kafenya. Hari ini, mungkin karena hujan, kafenya lumayan sepi. Hanya ada beberapa pengunjung yang berani menerobos hujan hanya untuk mendapatkan latte hangat untuk di-sesap.
Suara bel bergemericing, memecah lamunan Laras. Seorang pria bertopi fedora coklat tua masuk dengan coat setengah basah dan sepatu berlumur tanah. Untung saja pria itu sempat membersihkan sepatunya dengan keset dan tisu. Kalau tidak, Laras sudah bersiap berdiri dari tempat duduknya untuk menegur pria itu.
Pria misterius itu memilih tempat duduk yang bagus. Tepat di bawah sebuah lukisan meriam dengan latar perang-di pojok kafe. Tempat yang membuat dirimu tak mencolok.
Seorang pegawai Laras menghampiri pria itu untuk bertanya mengenai pesanan.
Laras tak mendengar apa katanya tapi Laras bisa menebak bahwa lelaki itu akan memilih setidaknya kopi hitam panas untuk hari hujan seperti ini.
Dan benar saja. Lelaki itu memilih secangkir kopi hitam dan sebuah.. pancake? Astaga, Laras tertawa dalam hati. Ternyata memang tidak bisa ya menilai seseorang dari luarnya.
Gadis itu-Laras, hampir memutuskan untuk menghiraukan lelaki misterius itu sebelum kursi di sampingnya ditarik dan sebuah cangkir mengepul diletakkan di mejanya. Err-bersama sepiring pancake manis.
"Boleh saya duduk disini Miss?"
Logatnya yang aneh membuat Laras mengernyitkan alis sejenak sebelum kemudian mengangguk setuju.
Lelaki yang tadi diamatinya kini duduk di sebelahnya, menikmati kopi sambil sesekali mengemil pancake.
"Anda percaya reinkarnasi?" Logat aneh itu kembali terdengar. Laras penasaran apakah pertanyaan itu benar ditujukan kepadanya atau tidak.
Melihat raut wajah Laras yang aneh, lelaki itu menambahkan, "Saya mencoba mengobrol dengan anda, Miss. Tetapi kalau anda tidak nyaman, saya akan berhenti."
"Ah tidak," ternyata benar, itu pertanyaan untuk Laras.
"Reinkarnasi ya? Saya tipe orang yang sulit percaya jika tidak ada bukti, Sir. Jadi mungkin, jika belum ada pembuktian secara objektif, saya tidak, ah, belum percaya."
"Jadi anda bisa saja percaya dengan konsep itu?"
"Iya, tentu saja. Semesta punya banyak rahasia. Saya nggak mungkin tau semuanya."
Pria dengan topi fedora itu tersenyum, lalu dengan tiba-tiba membuka topi yang hampir menutupi sebagian wajahnya.
Wah, rambut pirang. Turis asing ya? Batin Laras.
"Anggap saja anda percaya pada konsep reinkarnasi. Misal berabad-abad lagi, anda bereinkarnasi, namun hanya anda yang mengingat kehidupan anda yang sekarang, yang lain lupa, berpencar. Bahkan orang yang sangat anda cintai melupakan anda. Bagaimana perasaan anda?"
"Itu pasti... sangat menyakitkan."
"Ya, memang. Nah, nona. Percayakah anda kalau saya bilang anda berhutang sesuatu pada saya di masa terdahulu?"
Laras menoleh cepat. Mendapati sepasang mata biru yang sangat cantik itu menatapnya, tanpa binar candaan. Padahal kalimat yang baru saja pria itu utarakan sangat ambigu.
"Apa maksud anda, sir?"
Mendapati raut wajah gadis dihadapannya panik. Lelaki itu tertawa.
"Kamu masih sangat lucu," lirihnya pelan.
"Bukan apa-apa, saya hanya bercanda. Kafe milikmu cantik, hujan sudah reda, dan saya ada pekerjaan. Jadi, selamat tinggal, Laras."
Laras membeku selagi lelaki itu bangkit, meraih topinya dan menjauhi meja, entah kemana, mungkin pulang, atau bekerja seperti yang dikatakannya.
Apa mereka tadi sudah berkenalan? Kenapa pria itu tau namanya?
-----
tbc.
sebenarnya mau update banyak tapi ternyata draftnya belum lengkap T__T
dah itu ajaa, bye-bye!
doain author biar urusannya selesai dengan baik ya teman-teman, agar bisa update cepat lagi!salam dari binjai,
ultraman ribut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Travel (Batavia's Journey) (COMPLETED)
Historical FictionCOMPLETED Bagaimana ini? Laras sepertinya terjebak pada masa kolonial. Permainan semesta tak berhenti begitu saja saat ia tak sengaja bertemu dengan kelibat masa lalu dan sejarah keluarganya. . Terjebak di keadaan yang asing tentu lah sangat mengeri...