FOLLOW akun WATTPAD ini terlebih dulu!
Kisah tentang Agav, seorang ketua basket SMA Airlangga dan mantan ketua geng motor yang punya musuh di mana-mana.
Awal pertemuannya dengan Vea, tanpa sadar membawa Vea ke dalam masalah.
Star 28 September 2021
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vea tersenyum tipis serasa mengibaskan rambutnya kebelakang. Ia berjalan di lorong sekolah dengan sesekali menengok kanan kirinya mencari sosok orang yang ingin ia temui sore ini.
Dia berhenti melangkah ketika tatapannya jatuh pada cowok yang tertidur di kursi panjang yang berada di bawah pohon.
Vea kembali melangkahkan kakinya mendekati sosok itu.
Dengan jahil Vea menundukkan kepalanya tepat di wajah cowok itu seraya berkata. "Agav antarin gue pulang, cepetan!"
Agav yang dipanggil membuka matanya dan menatap gadis didepannya yang menatapnya balik dengan senyum menyebalkan nya.
Siapa yang tidak tau dengan Vea Retina Elgar si gadis super nyebelin dengan sifat tengilnya.
"Siapa lo ngatur-ngatur gue?" ucapan Agav tepat di depan wajahnya membuat Vea memejamkan matanya, ia menghembuskan nafas kesal.
"Sialan!" gumam Vea.
"Ya, gue emang bukan siapa-siapa lo sih, tapi lo tetap harus antarin gue pulang," ujar Vea dengan suara kesal dengan sifat Agav.
"Sinting," ujar Agav tajam.
"Tuan Agav yang terhormat, antarin gue pulang sekarang!" ucap Vea enteng. Cewek itu kembali tersenyum pada Agav sambil menaikkan satu alisnya.
"Bacot, pulang sendiri. Masih punya kaki lengkap, gak usah manja." Agav sambil menunjuk wajah Vea. Vea yang ditunjuk melotot kesal dengan wajah yang memerah.
"Agav pokoknya antarin gue pulang atau gue aduin ke bunda kalau lo itu gak bertanggung jawab jadi cowok," teriak Vea menatap Agav tajam.
"Berisik," ucap Agav. "Jangan kayak jalang yang ngemis."
"Makasih untuk kata-katanya," ucap Vea menatap sengit Agav.
Vea memeras rok nya keras, ia tak suka mendengar kata jalang yang keluar dari mulut Agav. Daripada ia sakit hati mendengar ucapan cowok itu lebih baik ia pergi saja. Bodoh sekali ia, mengapa juga ia harus menyuruh cowok itu mengantarkan nya.
"Nyebelin gila, untung gue sabar," ujar Vea mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah.
Cukup lama Vea duduk di halte menunggu bus datang, namun sialnya bus itu tidak datang-datang membuatnya kesal setengah mati.
Vea memutuskan untuk berjalan kaki, mungkin ia bisa mendapatkan kendaraan lainnya di jalan nanti.
